Pendahuluan
Udara merupakan sumber yang paling penting bagi kehidupan manusia. Contohnya yaitu sebagai sumber untuk bernafas dan masih banyak lagi. Tidak hanya sebagian manusia saja yang dapat memanfaatkan udara. Hewan, tumbuhan pun dapat memanfaatkan udara. Udara merupakan sumber alam yang paling banyak kita butuhkan. Oksigen di udara diperlukan untuk pernafasan, yang merupakan bagian pokok dari proses hidup. Tanpa udara, manusia dan kebanyakan hewan hanya mampu bertahan hidup tidak lebih dari lima menit. Karena setiap hari kita membutuhkan udara sebanyak tujuh sampai Sembilan kali lebih banyak dari pada air dan makanan. Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan. Dengan demikian akan terjadi gangguan pada kesehatan manusia.
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung merapi dan dari proses biologis tanah, rawa dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian. Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga beberapa kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Dalam modul ini, akan membahas beberapa dampak pencemaran udara dan hujan asam. Sehingga melalui modul ini, diharapkan dapat meminimalisir terjadinya pencemaran udara dan hujan asam.
Pencemaran Udara
Udara merupakan sumber yang paling penting untuk kita. Disamping itu, udara merupakan sumber alam yang paling banyak kita butuhkan. Oksigen yang ada di udara berfungsi untuk pernafasan. Sehingga, udara memiliki peran yang pentung dalam kehidupan. Akan tetapi, terkadang manusia lalai untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran yang menyebabkan hilangnya keasrian alam.
Pencemaran udara merupakan masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan. Dengan demikian akan terjadi gangguan pada kesehatan manusia. Menurut WHO menyatakan bahwa pencemaran udara merupakan risiko gangguan kesehatan terbesar di dunia diperkirakan data tahun 2016 sekitar 6,5 juta orang meninggal tiap tahun akibat paparan polusi udara. Pencemaran udara di Indonesia mengakibatkan 16.000 kematian setiap tahunnya, 1 dari 10 orang menderita infeksi saluran pernapasan atas dan 1 dari 10 anak menderita asma.
Terdapat dua jenis sumber pencemaran udara, yang pertama adalah pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources) seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Pencemaran udara dapat terjadi dimana- mana, seperti di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran seperti ini sering disebut dengan pencemaran dalam ruangan (indoor pollution). Sedangkan pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup.
Jenis Pencemaran Udara
1. Karbon Monoksida (CO)
Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60%-70% pencemaran udara di Indonesia disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel.
Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor. (Tempo Interaktif, 2005).
2. Nitrogen Oksida (NOx)
Sampai tahun 2000 NOx yang berasal dari alat transportasi laut di Jepang menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun). Gas NOx terbentuk atas tiga fungsi yaitu; Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi Oksigen (O2), NOx = f (T, t, O2). Ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya NOx, yaitu:
- Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism): Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx → NO + NO2).
- Prompt NOx: Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran.
- Fuel NOx: NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau kabut berawan coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia. (Nishida Osami, 2001)
3. Sulfur Oxide (SOx)
Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SOx emisi. Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses pembakaran sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk dari reaksi:
S + O2 → SO2
SO2 + ½ O2 → SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar (1-5)%. Gas yang berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun apabila bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa tahun 1997-2003 jumlah sulfur dioksida di udara telah mencapai ambang batas.
4. Hydrocarbon (HC)
Emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam mesin yang merupakan sumber pencemar. Penyebabnya adalah karena tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna dan tidak terbakarnya minyak pelumas silinder. Emisi HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat menyebabkan leukemia dan kanker.
5. Partikulat Matter (PM)
Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan setelah proses oksidasi. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida. Dalam kelanjutan proses ekspansi di atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O. Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Diketahui juga bahwa di beberapa kota besar di dunia perubahan menjadi partikel sulfat di atmosfir banyak disebabkan karena proses oksida oleh molekul sulfur.
Dampak Negatif Pencemaran Udara
Tabel 1. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Pencemar |
Sumber |
Keterangan |
Karbon monoksida (CO) | Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri | Standar kesehatan: 10 mg/m3
(9 ppm) |
Sulfur dioksida (S02) | Panas dan fasilitas pembangkit listrik | Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm) |
Partikulat Matter | Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri | Standar kesehatan: 50 ug/m3
selama 1 tahun; 150 ug/m3 |
Nitrogen dioksida (N02) | Buangan kendaraan bermotor; panas dan fasilitas | Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam |
Ozon (03) | Terbentuk di atmosfir | Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm) selama 1 jam |
Sumber: Bapedal
Dampak terhadap kesehatan manusia
Dalam tingkat kondisi tertentu, zat pencemar udara dapat berakibat langsung terhadap kesehatan manusia yaitu iritasi saluran pernapasan, iritasi mata, dan alergi kulit sampai timbulnya kanker paru-paru.
Dampak Terhadap Kesehatan Flora
Tumbuhan memiliki reaksi yang besar dalam menerina pengaruh perubahan atau gangguan akibat polusi udara dan perubahan lingkungan. Beberapa contoh kerusakan yang terjadi pada gangguan biologis tumbuhan yaitu terjadinya penurunan kandungan enzim, gangguan pada fotosintesis, penurunan gasil panen, dan kerusakan pada daun misalnya daun menguning dan bintik-bintik.
Dampak Terhadap Material
Dampak pencemaran udara terhadap material yaitu bangunan, logam, batuan, kulit, dan lain-lain. Adapun contohnya yaitu timbulnya karat pada logam, yang menyebabkan terlepas dan hiangnya material permukaan serta berubah-ubahbya
kemampuan elektris logam.
Dampak Terhadap Terjadinya Hujan Asam
Dampak hujan asam terjadi di lingkungan sangat berdampak negatif. Dimana dalam hal ini, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada bangunan dan benda yang terbuat dari logam dan terjadinya pengasaman danau-danau dan sungai. (Budiyono, Afif. 2001)
Hujan Asam
Penyebab dan pH Hujan Asam
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung merapi dan dari proses biologis tanah, rawa dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian. Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga beberapa kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah (Agustiarni, 2008).
Hujan asam terjadi sebagai dampak pertemuan antara polutan SO2, SO3, NO2, dan HNO3 dengan butir-butir air. Semua unsur polutan ini merupakan hasil sampingan dari proses pembakaran bensin maupun solar baik dari pabrik maupun kendaraan. Selain itu, dapat berasal dari pembakaran batu bara dan minyak bumi dalam jumlah besar. Pembakaran sempurna bahan bakar fosil menghasilkan CO2 dan H2O bersama beberapa nitrogen oksida yang muncul dari fiksasi nitrogen dan atmosfer pada suhu tinggi. Pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan asap hitam yang terdiri dari partikel- partikel karbon atau hidrokarbon kompleks atau CO dan senyawa organik yang teroksidasi sebagian (Kristanto, 2002). Sulfur atau belerang merupakan unsur yang terkandung dalam bahan bakar minyak solar. Selama proses pembakaran, belerang ini berkombinasi dengan oksigen dan uap air yang terbentuk secara alamiah di dalam atmosfer, dan menghasilkan larutan asam yang kemudian mengendap dalam air hujan, salju, atau kabut.
Untuk mengukur keasaman hujan asam digunakan pH meter. Air murni menunjukkan pH 7,0 air asam memiliki pH kurang dari 7 (0-7), dan air basa menunjukkan ph lebih dari 7 (7-14). Air hujan normal memang agak asam, pH sekitar 5,6 karena karbon dioksida (CO:) dan air bereaksi membentuk carbonic acid (asam lemah). Jika air hujan memiliki pH di bawah 5,6 maka dianggap sudah tercemari oleh gas yang mengandung asam di atmosfer. Hujan dikatakan hujan asam jika telah memiliki pH di bawah 5,0. Makin rendah pH air hujan tersebut, makin berat dampaknya
bagi makhluk hidup. (Efendi, 2003)
Proses Terjadinya Hujan Asam
Hujan asam adalah salah satu indikator untuk melihat kondisi pencemaran udara. Di atmosfer, presipitasi basah dari polutan di udara yang larut dalam awan akan jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, salju dan kabut. Dengan polutan S02, SO3, NO2, dan HNO3, butir-butir air hujan akan membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang menjadikan pH air hujan kurang dari 5,60. Salah satu reaksi polutan penyebab hujan asam:
S + O2 → SO2
2SO2(g) + O2(g) 🡪 2SO3(g)
SO3(g) + H2O (l) —> H2SO4(g)
Lebih dari 90% emisi sulfur dan nitrogen berasal dari aktivitas manusia. Senyawa sulfat dan nitrat itu akan berpindah dari atmosfer ke permukaan bumi melalui presipitasi dan deposisi langsung yang dikenal dengan istilah deposisi basah dan deposisi kering. Akibat adanya pencemaran udara yang tinggi, daerah-daerah yang padat industri ataupun kendaraan bermotor terutama kota besar di Indonesia telah mengalami hujan asam, seperti kota Bandung. Dari hasil penelitian derajad keasaman (pH) dan komposisi kimia air hujan di cekungan Bandung menunjukkan telah terjadi peningkatan keasaman air hujan di wilayah tepian cekungan Bandung, walaupun belum keseluruhan terindikasi mengalami hujan asam (Gusnita, 2003).
Deposisi basah terjadi dengan pembentukan awan dan akhirnya turun sebagai hujan, salju, atau kabut yang mengandung asam. Sedang deposisi kering ditunjukkan dengan gas dan aerosol yang mengandung unsur asam seperti gas SO2, NO2 dan (NH4)2S04 dalam aerosol. Deposisi kering terjadi jika keadaan cuaca cerah dan berawan sehingga butiran- butiran gas dan aerosol yang bersifat asam diterbangkan angin dan memungkinkan tertinggal di pepohonan, bangunan bahkan terhirup masuk ke pernapasan. Air hujan yang membawa asam melalui proses deposisi basah, bila pHnya di bawah 5,6 sudah dikategorikan hujan asam. Keasaman air hujan sangat dipengaruhi senyawa sulfat, nitrat serta klorida. Karena itulah, kenaikan atau penurunan senyawa tersebut dapat menyebabkan angka pH turun atau naik (Gambar 1).
Gambar 1. Proses kejadian hujan asam dan area vane terkena hujan asam
(Sumber: Gusnita, 2003)
Zat-zat pencemaran udara seperti Sulfur Dioksida dan Nitrogen Oksida dipancarkan ke dalam udara dari ketel-ketel (boilers) di pabrik- pabrik, dan pembangkit tenaga listrik, juga dari gas buang kendaraan bermotor. Zat-zat pengotor ini diubah menjadi asam belerang dan asam nitrat melalui serangkaian reaksi kimia yang kompleks dan kembali jatuh ke bumi. (Farida, 2003). Endapan asam yang dihasilkan menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius terhadap ekosistem air dan tanah, bangunan- bangunan budaya serta gedung-gedung.
Dampak Hujan Asam terhadap Lingkungan
Dampak pada Komponen Biotik
Pada dasarnya hujan asam akan memberikan pengaruh pada daerah yang terkena seperti tanah di daerah hutan ataupun persawahan, air, pabrik, atau mesin industri serta bahan-bahan material lainnya. Endapan asam mempengaruhi tanah, air, berbagai makhluk hidup, dan juga tanam-tanaman, sehingga lingkungan di tanah dan air yang berupa makhluk hidup (biotik) akan terpengaruh oleh adanya keasaman di lingkungan hidupnya.
Naiknya tingkat keasaman air hujan menyebabkan meningkatnya keasaman air sungai dan danau, yang menyebabkan kematian ikan dan organisme lainnya. Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis plankton dan invertebrate merupakan makhluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Jika air di danau memiliki pH di bawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang. Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem.
Salah satu contoh dampak dari hujan asam pada ekosistem sungai yaitu di negara-negara Skandinavia, berbagai jenis ikan termasuk ikan Salmon Atlantik dan ikan trout coklat (brown trout), lenyap. Pada puncak musim-musim dingin yang sangat dingin, yang biasa terjadi di negara-negara Skandinavia dan Amerika Utara, salju berkadar asam, jatuh dan dengan cepat mencair pada musim semi, mengakibatkan air pada sungai-sungai dan danau-danau menjadi berasam. Karena ikan Salmon mempunyai toleransi yang lemah terhadap keasaman, ikan Salmon tidak dapat bertahan hidup pada musim-musim mencairnya salju. (Prdojosantoso & Tutik, 2011)
Gambar 2. Kerusakan hutan karena adanya hujan asam (Sumber: Prdojosantoso & Tutik, 2011)
Deposisi asam yang disebabkan presipitasi asam dan keasaman gas-gas dapat mengakibatkan keasaman tanah, ketidakseimbangan nutrien, yang langsung merusak batang tanaman, dan dapat mengakibatkan tcrjadinya kerusakan hutan. Namun proses kerusakan hutan ini relarif lambat dan cukup lama. Kesetimbangan makanan dan unsur perunut dalam tanah dapat terusik oleh air hujan. Tanah yang sedikit mengandung buffer, seperti tanah berbatu, menjadi kurang subur akibat air hujan asam. Beberapa jenis tanaman rusak, bahkan tanaman jenis tertentu bisa mengalami kepunahan.
Selain pengaruh pada biotik, hujan asam akan berpengaruh pada elemen tidak hidup (abiotik), seperti tetesan-tetesan air hujan asam masuk ke dalam dinding-dinding melalui retakan-retakan, melarutkan kalsium dalam bahan- bahan beton, lalu meleleh keluar dari dinding-dinding. Zat-zat tersebut bersenyawa dengan Karbon Dioksida di udara dan membentuk Kalsium Karbonat, yang tumbuh seperti lapisan kerucut es. Bila kita mengamati “lapisan kerucut es” ini, kita dapat menemukan tetesan-tetesan kotor di puncak “lapisan kerucut es” tersebut. Air hujan yang mengandung asam melarutkan bukan hanya bahan-bahan beton tetapi juga lantai-lantai dan ukiran-ukiran pualam, bahkan atap-atap dan ukiran-ukiran tembaga. Bila endapan asam terus berlangsung, kita akan mengalami kerusakan yang lebih besar, dan lingkungan hidup kita akan berubah secara signifikan.
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasir besi, marmer, batu pada dinding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bangunan tua serta monumen. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan. Terjadinya korosi pada dinding bangunan di perkotaan merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam. Katedral St. Paul di London yang dibangun dari semen kapur diperkirakan mcngalami pengikisan setebal 15 mm dari konstruksinya. (Sharpe, 1982).
Dampak lainnya yang diakibatkan oleh deposisi asam terhadap kesehatan, antara lain: dapat mengakibatkan penyakit kanker paru-paru, bronkhitis, emphysema, dan asma sebagai tanda terhisapnya partikel-partikel ukuran kecil yang bcrasal dari polutan, khususnya partikel ukuran 10 s yang berasal dari emisi kendaraan. Penyakit paru-paru saat ini merupakan penyebab utama sakit dan kelumpuhan di Inggris. Selain itu, kanker paru-paru di Amerika meningkat dari 18.000 menjadi 153.000 penderita selama tahun 1950 – 1994 (John, 1998).
Tindakan yang Dapat Dilakukan dalam Pencegahan Hujan Asam
- Dengan mclakukan penghijauan di lingkungan rumah, minimal satu kcpala kcluarga menanam satu jenis tanaman yang bcrfungsi mengurangi kadar polutan di atmosfcr. Dengan demikian hal tersebut dapat mengurangi terjadinya deposisi asam yang bcrdampak terhadap hidup manusia.
- Mengurangi penggunaan bahan bakar bensin yang merupakan sumber utama NO, dan SO serta menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan atau bahan bakar gas.
- Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mcnyebarluaskan angkutan umum sebagai alat transportasi di setiap wilayah, misalnya kereta api listrik.
- Menyebarluaskan gerakan hemat energi kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi polutan yang berasal dari rumah tangga.
- Sedangkan peranan pemerintah sebagai pemegang kebijakan, adalah dengan mengeIuarkan aturan yang ketat terhadap penecemar lingkungan serta memberikan motivasi kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kelestarian lingkungan.
- Langkah aktif yang dapat dilakukan pemerintah, adalah dengan mendukung program penghijauan dan mengeluarkan penjualan bahan bakar tanpa timbal (Pb) yang dapat mengurangi kadar nitrogen oksida dan sulfur di udara. (Gusnita, 2003)
-
Kesimpulan
Pencemaran udara dapat berasal dari 2 sumber, yaitu yang pertama adalah pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources) seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Pencemaran udara dapat terjadi dimana- mana, seperti di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Terdapat banyak sekali jenis sumber pencemar udara seperti NOx, SOx, CO, HC, PM, dsb. Sumber pencemar tersebut dapat mengakibatkan dampak terhadap manusia dan lingkungan.
Salah satu dampak dalam pencemaran udara adalah terjadinya hujan asam. Hujan asam terjadi sebagai dampak pertemuan antara polutan SO2, SO3, NO2, dan HNO3 dengan butir-butir air. Semua unsur polutan ini merupakan hasil sampingan dari proses pembakaran bensin maupun solar baik dari pabrik maupun kendaraan. Selain itu, dapat berasal dari pembakaran batu bara dan minyak bumi dalam jumlah besar. Hujan asam berdampak pada komponen biotik, abiotik, dan pada kesehatan manusia.
Daftar Pustaka
Agustiarni, Y., 2008. Pengaruh Hutan Kota dalam Mengurangi Hujan Asam Di Kawasan Industri: Studi Kasus di Kawasan Industri Medan, Kelurahan Malabar, Kecamatan Medan Deli. Medan: Skripsi Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang, 2002
Budiyono, Afif. 2001. Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan.
Berita Dirgantara. 2 (1)
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Farida. 2003. Bandung Diguyur Hujan Asam. Bandung: Pikiran Rakyat.
Gusnita, Dessy. 2003. Penentuan Komposisi Kimia Air Hujan Di Tepi Cekungan Bandung. Jurnal Ilmu Hayati dan Fisik Padjajaran. 5 (1)
John H., Seinfeld and Pandis S N, 1998, Atmospheric Chemistry, New York: John Wiley & sons, Inc.
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi Offet.
Nishida Osami, Actual State and Prevention of Marine Air Pollution from Ships, Review of Kobe University of Mercantile Marine No. 49, Kobe-Japan, 2001.
Prodjosantoso., Tutik, Regina. 2011. Kimia Lingkungan (Teori, Eksperimen, dan Aplikasi). Yogyakarta: Kanisius.
Sharpe, 1982. Interpreting the Environment. New york: John Wiley and Sons, Inc.
Tempo Interaktif, 2005, Metromini Penyebab Pencemaran Udara Terbesar di Jakarta, Januari 2005.
Wright A.A, Exhaust Emissions from Combustion Machinery, IMARE London, 2000.