Tradisi Lebaran Ketupat, yang dirayakan pada tanggal 8 Syawal, memiliki sejarah panjang dan makna yang mendalam bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Berikut beberapa poin penting tentang sejarah ketupat di hari raya:
Asal Mula
- Diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo, pada abad ke-16 M.
- Digunakan sebagai pelengkap tradisi slametan yang sudah ada di masyarakat Jawa.
- Menjadi bagian dari upaya menyebarkan agama Islam di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa.
Makna Filosofis
Bentuk Ketuupat
- Melambangkan kesatuan dan persatuan umat Islam.
- Empat segi ketupat mewakili empat sifat Allah SWT: Rahman, Rahim, Malik, dan Quddus.
- Anyaman ketupat yang rumit melambangkan kesabaran dan ketekunan dalam menjalani ibadah.
Proses Pembuatan
- Beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa muda melambangkan kesucian hati dan jiwa.
- Proses memasak yang membutuhkan waktu lama melambangkan proses intropeksi diri dan penyempurnaan diri.
Momentum Lebaran Ketupat
- Dirayakan pada tanggal 8 Syawal, tepat sepekan setelah Idul Fitri.
- Menjadi simbol syukur atas selesainya ibadah puasa Ramadhan dan dimulainya kembali kehidupan fitrah.
- Momen untuk mempererat tali silaturahmi dan saling memaafkan antar sesama.
Tradisi
- Ketupat menjadi hidangan khas yang selalu ada di momen Lebaran Ketupat.
- Biasanya dimakan bersama dengan berbagai hidangan Lebaran lainnya seperti opor, rendang, dan sambal goreng ati.
- Ketupat juga sering dijadikan sebagai hantaran atau bingkisan Lebaran untuk keluarga dan tetangga.
- Di beberapa daerah, terdapat tradisi “lebaran ketupat” yang diwarnai dengan berbagai kegiatan adat dan budaya.
Kesimpulan
Lebaran Ketupat bukan hanya sekedar tradisi, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan makna filosofis yang mendalam. Tradisi ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk selalu bersyukur, intropeksi diri, dan mempererat tali silaturahmi. Seiring perkembangan zaman, tradisi Lebaran Ketupat masih terus dilestarikan dan menjadi bagian penting dari budaya masyarakat Indonesia.