Table of Contents

Pencegahan Dan Pengendalian Erosi Tanah: Cara Vegetasi Dan Cara Teknis-Mekanis

Erosi tanah saat ini merupakan masalah utama bagi lingkungan. Erosi tanah yaitu transportasi tanah pada permukaan lahan oleh angin dan air yang dipengaruhi oleh faktor alam (energi hujan, materi induk tanah, kedalaman tanah, dan topografi/kemiringan lereng) dan faktor antropologi    (tipe    vegetasi,    tutupan    vegetasi    dan     praktek     managemen).    Erosi tanah merupakan masalah yang seringkali terjadi di beberapa wilayah yang mempunyai intensitas hujan tinggi dan kondisi topografi yang bervariasi. Wilayah ini dapat berubah secara drastis. Misalnya, bila dipicu oleh peningkatan jumlah penduduk yang cepat sehingga pemenuhan kebutuhan hidup dasar seperti makanan dan tempat tinggal juga meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, penduduk membuka lahan untuk pertanian dan perkebunan secara terus menerus tanpa mempertimbangkan kondisi tanahnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) mempunyai potensi tinggi untuk terjadnya erosi tanah. Pemantauan erosi tanah di DAS agak sulit dilakukan jika kondisi lahannya berbukit dan bergunung serta peningkatan populasi penduduk yang cepat. Oleh sebab itu, keberadaan data fisik spasial sangat penting untuk memantau dan menghitung erosi tanah yang mungkin terjadi.

Dalam usaha pencegahan dan pengendalian erosi ini perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi. Faktor-faktor ini terutama adalah iklim, tanah topografi atau bentuk wilayah terutama panjang dan kemiringan lereng, vegatasi penutup tanah, dan kegiatan manusia. Berdasarkan pengendalian faktor-faktor yang dapat diatasi manusia, maka prinsip pengawetan tanah ini meliputi 1 cara vegetasi, cara teknis mekanis dan cara pemakaian bahan- bahan pemantap tanah (soil conditioner).

Cara Vegetasi

Sumberdaya alam berupa vegetasi dengan tipe-tipenya, yaitu yang berupa hutan, perkebunan, kebun campuran dengan pola usaha tani terpadu dan lain-lain harus diperhatikan dan dikembangkan sesuai dengan peranannya, yaitu sebagai pelindung tanah. Di antara tipe-tipe penutup tanah tersebut, maka hutan alami atau hutan buatan memiliki peranan sebagai pelindung tanah yang paling baik, asal dalam keadaan ekosistem yang utuh. Dalam hal ini pengaruhnya terhadap erosi tergantung pula pada pengelolaannya.

Penerapan teknik konservasi tanah dengan mengurangi derajat kemiringan lahan dan panjang lereng merupakan salah satu cara terbaik mengendalikan erosi. Penerapan metode vegetatif merupakan pilihan utama, namun perlakuan fisik mekanis seperti pembuatan saluran pembuangan air (SPA), bangunan terjunan (drop structure), dan lain-lain masih tetap diperlukan. Tanah-tanah di Indonesia tergolong peka terhadap erosi, karena terbentuk dari bahan-bahan yang relatif mudah lapuk. Erosi yang terjadi akan memperburuk kondisi tanah tersebut, dan menurunkan produktivitasnya. Oleh karena itu, penerapan teknik konservasi tanah tidak hanya ditujukan untuk mengandalikan erosi, melainkan juga untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanah yang telah terdegradasi. Beberapa cara usaha konservasi tanah dan air secara vegetasi antara lain:

1. Sisa-sisa tumbuhan sebagai penutup tanah

Pembenaman sisa-sisa tumbuhan ke dalam tanah akan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan memelihara keseimbangan unsur hara tanah. Selain dibenamkan ke dalam tanah sisa-sisa tumbuhan dapat pula diletakkan di atas tanah sebagai serasah (mulsa) yang dapat mempertahankan kelembaban tanah. Dengan mula maka penguapan air tanah dapat diperkecil sehingga tumbuhan yang terdapat pada tanah dapat tetap hidup.

2. Penanaman tumbuhan penutup tanah

Tumbuh-tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai penutup tanah dapat digolongkan ke dalam tiga jenis:

  • Tumbuhan penutup tanah tinggi atau tanaman perlindung, seperti Albizzia falcata Backer dan Leucaena leucocephala (lamtoro gung).
  • Tumbuhan penutup tanah sedang, berupa semak seperti beberapa tumbuhan leguminosa (kacang-kacangan), yaitu Crotalaria anagyroides, C juncea L, dan C. Striata
  • Tumbuhan penutup tanah rendah, seperti Colopogonium muconoides Desy, Cetrosema pubescens Benth, Ageratum conizoides L (babadotan), dan beberapa jenis rumput-rumputan, misalnya akar wangi, rumput gajah, dan rumput benggala.

Beberapa rumput makanan ternak dapat ditanam pada lahan kering untuk konservasi tanah dan air. Bila lahan kering tersebut datar, rumput dapat ditanam tersendiri atau sebagai sisipan diantara tanaman lainnya. Untuk tanah miring yang terteras, rumput tersebut bisa ditanam pada bagian tepi teras atau pada sampingan teras. Contoh rumput makanan ternak yang baik ditanam antara lain rumput gajah, rumput benggala, rumput signal (Brachiaria decumbens Staph) dan rumput sataria (Setaria sphacelata).

3. Pergiliran Tumbuhan

Pergiliran tumbuhan ialah sistem penanaman berbagai tumbuhan secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada sebidang tanah. Pada lahan kering yang berlereng atau tanahnya miring, pergiliran yang efektif untuk pencegahan erosi adalah antara tumbuhan penghasil bahan pangan dengan tumbuhan penutup tanah atau pupuk hijau. Selain mencegah erosi, keuntungan lain dari pergiliran tumbuhan adalah:

  • Memberantas hama dan penyak-it tumbuhan melalui pemutusan siklus hidupnya,
  • Memberantas tumbuhan pengganggu atau hama,
  • Mempertahankan sifat-sifat fisik tanah dengan cara mengembalikan sisa-sisa tumbuhan ke dalam tanah.

4. Penanaman tumbuhan dalam jalur

Penanaman dalam jalur (strip cropping) adalah suatu sistem bercocok tanam dengan cara beberapa jenis tumbuhan ditanam dalam jalur-jalur yang berselang-seling pada sebidang tanah, dan disusun memotong lereng atau menurut kontur. Biasanya tumbuhan yang dipergunakan adalah tumbuhan pangan atau tumbuhan semusim yang biasa ditanam berbaris diselingi dengan jalur-jalur tumbuhan yang tumbuh rapat berupa tumbuhan pupuk hijau atau tumbuhan penutup tanah. Dalam sistem ini semua pekerjaan pengolahan tanah dilakukan searah dengan jalur, melaksanakan pergiliran tumbuhan dan penggunaan sisa-sisa tumbuhan.

5. Penanaman tumbuh-tumbuhan penguat teras

Tumbuhan penguat teras dapat dipilih jenisnya sesuai dengan keinginan para petani. Bentuk tumbuhan penguat teras ini dapat berupa pohon-pohon atau rumput-rumputan. Tumbuh- tumbuhan yang memenuhi syarat sebagai penguat teras dan adalah sebagai berikut:

  • Mempunyai perakaran intensif sehingga mampu mengikat tanah.
  • Tahan pangkas, supaya tidak menaungi tanaman utama,
  • Bermanfaat dalam menyuburkan tanah maupun sebagai penghasil makanan ternak.

Contoh tumbuhan penguat teras yang dianjurkan ditanam antara lain lamtoro gung, kaliandra, gamal, akasia, rumput gajah, rumput benggala, dan rumput setaria.

Cara Teknis-Mekanis

Pengendalian erosi secara teknis-mekanis adalah usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara-cara mekanis tertentu. Cara ini meliputi:

  • Pembuatan sengkedan atau terasering pada tanah-tanah miring
  • Pembuatan jalur-jalur aliran air atau water wayas pada tempat-tempat tertentu.
  • Pembuatan selokan-selokan (rorak-rorak) dan lubang-lubang pada tempat-tempat tertentu.
  • Mengadakan pengolahan tanah yang tepat, yaitu menurut arah contour atau memotong arah kemiringan lereng. Usaha pengendalian erosi secara mekanis ini pada pokoknya adalah untuk mengurangi atau menghalangi aliran air di permukaan (run-off), sebelum aliran air ini disalurkan dengan baik dan kecepatannya di kurangi sampai tidak menyebabkan erosi.

Pada usaha konservasi dengan cara teknis mekanis, yang perlu dibuat adalah teras dan saluran pembuangan air. Pembuatan teras dimaksudkan untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat. Gunanya untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampung agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah.

Saluran pembuangan air merupakan bagian yang harus ada bila teras guludan atau teras bangku dibuat pada tanah miring. Pembuatannya dengan arah memotong garis kontur. Bila keadaan memungkinkan, saluran pembuangan air ini ditempatkan pada saluran alam yang ada. Pada saluran pembuangan air biasanya dibuatkan bangunan terjunan secara bertingkat, mulai dari bangunan atas sampai kebagian terbawah dengan permukaan yang datar Deretan bangunan terjunan ini berfungsi untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan mencegah terbentuknya jurang-jurang yang dalam pada saluran pembuangan. Bangunan terjunan dapat dibuat dari batu kali. Sistem pembuatan teras dapat dibedakan ke dalam beberapa macam, yaitu:

a. Sistem Pembuatan Teras Datar.

Teras datar biasanya dibuat pada tempat-tempat dengan curah hujan yang rendah, kemiringan tanahnya paling besar 3% dan mudah menyerap air.

b. Sistem Pembuatan Teras Kridit

Teras kridit umumnya diterapkan pada tempat-tempat tanahnya sulit menyerap air, dengan kemiringan 3-10% dan curah hujannya tinggi.

c. Sistem Pembuatan Teras Guludan

Teras guludan dibuat pada tempat-tempat dengan kemiringan tanah 15%, dilengkapi dengan saluran pembuangan air disepanjang bagian atas guludan.

d. Sistem Perawatan Teras Bangku

Bentuk teras bangku ini menyerupai bangku, mirip dengan petakan sawah yang bertingkat- tingkat. Bedanya hanya terletak pada bidang olahnya yang agak miring ke dalam karena tidak memerlukan genangan air. Teras bangku dibuat pada tanah-tanah dengan kemiringan 15-50%. Teras bangku memiliki bidang olah yang dibuat miring ± 0,1% ke arah dalam yang juga dilengkapi dengan saluran pembuang air. Teras bangku terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu bidang olah, tampingan, guludan, dan saluran teras. Teras bangku dengan bidang olahnya yang landai sangat memungkinkan untuk menerapkan teknik-teknik usaha tani secara aman di daerah miring tanpa menimbulkan kerusakan tanah akibat aliran permukaan. Bidang olah pada bangku merupakan bagian permukaan teras yang dapat ditanami dengan tumbuhan semusim seperti jagung, padi, kacang-kacangan, dan lain-lain. Setelah pekerjaan menggali, mengurug, memadatkan, dan meratakan tanah selesai, lapisan atas setebal 20 cm yang semula dikeruk dan dipisahkan harus dikembalikan lagi ke bagian atas secara merata. Lebar bidang olah berkisar antara 1 – 5 meter tergantung pada kemiringan lapangan, dan dibuat miring 0,1% ke arah dalam.

Tampingan merupakan bagian yang berbentuk bidang tegak teras bangku dengan perbandingan 1 : 2 Tinggi tampingan berkisar antara ¼ – 1 ½ meter. Guludan merupakan bagian

sebelah luar teras bangku yang dibuat lebih tinggi ± 20 cm dari bidang olah dengan lebar ± 25 cm. Guludan yang berbentuk pematang ini dibuat dengan maksud untuk mencegah agar air tidak mengalir ke arah tampingan. Saluran teras merupakan bagian tepi sebelah dalam teras bangku, berbentuk parit selebar ± 25 cm dengan dalam ± 10 cm dan berada di bawah tampingan. Saluran ini dibuat dengan kemiringan 0,1% dan berfungsi untuk menampung kelebihan air pada bidang olah serta mengalirkannya secara perlahan ke saluran pembuang.

Saluran pembuangan merupakan bagian tepi sebelah dalam teras bangku, berbentuk parit selebar ± 25 cm dengan dalam ± 10 cm dan berada di bawah tampingan. Saluran ini dibuat dengan kemiringan 0,1% dan berfungsi untuk menampung kelebihan air pada bidang olah serta mengalirkannya secara perlahan ke saluran pembuang.

Saluran pembuangan merupakan pelengkap teras bangku yang berfungsi untuk menampung air yang berasal dari saluran-saluran teras. Saluran pembuangan dibuat sebesar 60- 100 cm dengan kemiringan sisinya 1 : 2 dan diperkuat dengan tanaman rumput untuk mencegah longsor. Jarak antara saluran pembuangan yang satu dengan yang lain paling jauh 100 meter, dan biasanya dibuat dengan arah memotong garis kontur. Bila mungkin, sebaiknya saluran pembuangan ini ditempatkan pada saluran air yang ada.

Pada saluran pembuangan harus dibuatkan bangunan terjunan secara bertingkat mulai dari bagian atas sampai ke bagian terbawah dengan permukaan yang datar. Deretan bangunan terjunan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya jurang-jurang dalam pada saluran pembuang. Bangunan terjunan dapat dibuat dari bambu atau pasangan batu kali.

Baca Artikel Lainnya

Mengetahui Lebih dalam tentang Pajak Penghasilan (PPh): Jenis-jenis PPh, Cara Menghitung, dan Contoh Perhitungan

Pajak Penghasilan (PPH) adalah salah satu jenis pajak yang dikenakan oleh pemerintah Indonesia terhadap pendapatan yang diterima oleh wajib pajak. Pajak ini digunakan sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan

Makalah Reaksi Substitusi SN2: Mekanisme Reaksi SN2, Kestabilan Reaksi SN2, Kinetika SN2, Dan Stereokimia SN2

Substitusi Nukleofilik Reaksi substitusi nukleofilik adalah reaksi ketika suatu nukleofil secara selektif menyerang suatu molekul bermuatan positif atau parsial positif. Saat hal tersebut terjadi, nukleofil akan menggantikan gugus pergi. Pada

Tiga Level Representasi Makroskopis, Mikroskopis, Dan Simbolik Pada Konsep Asam Basa

Representasi Makroskopis Representasi makroskopis yaitu didapatkan berdasarkan pengamatan secara nyata mengenai fenomena kimia yang dapat ditangkap oleh panca indra. Contoh representasi makroskopis pada konsep asam basa yaitu Kertas lakmus berwarna

Jenis-Jenis Metode Analisis Kadar Air pada Bahan Pangan Dan Cara Menghitung % Kadar Air

Kadar air pada makanan berperan sangat penting karena kadar air dalam makanan merupakan faktor-faktor seperti rasa, tekstur, penampilan, bentuk, dan berat produk makanan sehingga menentukan umur simpan makanan atau produk

Hukum Dasar dan Prinsip Dasar Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Hukum Dasar AAS AAS didasarkan pada proses penyerapan energy oleh atom-atom yang berada pada ground state. Akibatnya, electron dari atom-atom bebas tereksitasi ini tidak stabil dan akan kembali ke keadaan

Analisis Bahan Tambahan Pangan (BTP): Analisis Bahan Pengawet Pada Bahan Pangan

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke