Table of Contents

Paradigma Penelitian Kependidikan dan Konsep Dasar Penelitian Kependidikan

Pengertian Paradigma

Paradigma memberikan pedoman mengenai apa yang harus dipelajari, pertanyaan yang dikemukakan, dan kaidah yang diikuti dalam menafsirkan dalam jawaban yang dihasilkan (Rosyad, 2020). Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Sebagian orang menyebut paradigma sebagai citra fundamental dari pokok permasalahan didalam suatu ilmu. Selain itu paradigma merupakan cara pandang atau melihat sesuatu yang hidup pada diri seseorang dan mematuhi orang dalam memandang realitas (Ridha, 2017). Paradigma menggariskan hal yang seharusnya dipelajari, pernyataan-pernyataan yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh. Namun secara umum, paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari (Salim, 2006)

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan prakteknya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma dalam pandangan filosofis, memuat pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Dengan demikian paradigma membawa konsekuensi praktis berperilaku, cara berpikir, interpretasi dan kebijakan dalam pemilihan terhadap masalah.

Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandangnya terhadap dunia. Paradigma konstruktivis berbasis pada pemikiran umum tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritisi aliran konstruktivis. Paradigma konstruktivis dapat dijelaskan melalui empat dimensi, sebagai berikut:

  1. Ontologis: realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Ketika para peneliti melaksanakan penelitian, mereka menganut ide tentang beragam realitas. Para peneliti yang berbeda pasti menganut realitas yang berbeda pula. Sebagai contoh ketika para penulis menyusun riset fenomenologis, mereka akan melaporkan bagaimana individu-individu yang berpartisipasi dalam riset tersebut melihat pengalaman mereka secara berbeda-beda (Batubara, 2017)
  2. Epistemologis adalah pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Sebagai contoh yaitu pada penelitian bidang ilmu yang terkait dengan objek manusia. Dengan asumsi epistemologis ini peneliti berusaha untuk sedekat mungkin dengan para partisipan yang dipelajari. Semakin lama seorang peneliti tinggal di “lapangan” atau berusaha untuk mengenali para partisipan, semakin banyak ia akan mendapatkan informasi (Batubara, 2017)
  3. Axiologis: nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian.
  4. Metodologis: menekankan empati dan interaksi dialektis antara peneliti dengan responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti (Moleong, 2008)

Paradigma konstruktivisme adalah paradigma yang kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme ini berada dalam perspektif secara penafsiran. Jadi paradigma digunakan sebagai pola pikir hubungan antar variabel yang diteliti dengan cerminan jenis dan jumlah rumusan masalah. yang dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis maupun teknik analisis yang digunakan.

Jenis-Jenis Paradigma Penelitian Kependidikan

A. Berdasarkan Pendekatan

1. Penelitian Kuantitatif

Paradigma penelitian kuantitatif merupakan paradigma penelitian yang didalamnya berisi mengenai pandangan-pandangan  atau keyakinan bahwa fokus penelitian adalah kualitas (hakikat dan esensi), akar filsafat yang dianut diantaranya yaitu fenomenologi dan interaksi simbolik, aktivitas utamanya adalah kerja lapangan, etnografis, grounded, tujuannya adalah pemahaman, deskripsi, temuan, dan pemunculan hipotesis, desain yang digunakan bersifat lentur, fleksibel, berevolusi, dinamis, latar penelitiannya alamiah, sumber data yang dijadikan sasaran kecil, tidak acak, pengumpulan data dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama, modus analisis induktif, dan temuannya komprehensif dan holistik serta mementingkan transferabilitas (Alwasilah & Chaedar A, 2002).

Paradigma penelitian selalu dihubungkan dengan penelitian kuantitatif yang didasarkan pada postpositivisme. Dimana, didalam penelitian kuantitatif mencangkup penelitian survey, deskriptif causal comparative, retrospektif, pre-experimental, quasi-experimental, true experimental, korelasional, dan eksperimen kompleks yang dilakukan dengan banyaknya perlakuan (seperti desain faktorial dan desain pengukuran ulang) dan juga banyaknya variabel (Zaluchu, 2020).

Melalui pengukuran variabel penelitian, paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori. Penelitian kuantitatif menggunakan angket dan data-data yang berupa angka, tabulasi, perhitungan-perhitungan menggunakan sejumlah metode analisis matematik/statistik yang hasilnya menjadi dasar pijakan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan. Data dari pendekatan kuantitatif lebih banyak berbentuk angka dan tabel. Sementara itu, tahap analisis hanya dapat dilakukan jika data telah terkumpul dengan lengkap dan tersaji dalam tabulasi yang siap diolah secara statistik (Slevitch, 2011).

Paradigma penelitian kuantitatif dipilih jika penelitian memiliki tujuan untuk menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, hubungan antar aspek, datanya bersifat numerik, dapat diukur, bebas konteks, dan digunakan untuk menguji suatu teori.

Adapun ciri-ciri paradigma penelitian kuantitatif yaitu sebagai berikut:

  • Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris
  • Menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik
  • Bersifat obyektif dan berdimensi tunggal
  • Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti
  • Bebas nilai dan tidak bias
  • Pendekatan deduktif
  • Pengujian teori dan analisis kuantitatif

2. Penelitian Kualitatif

Paradigma penelitian kualitatif merupakan paradigma penelitian yang memiliki fokus penelitian kepada kuantitas dengan menggunakan landasan filsafat positivisme dan empirisme. Tujuan penelitian kualitatif ini, diarahkan pada deskripsi, prediksi, kontrol, dan pembuktian hipotesis. Sedangkan desain dalam penelitian ini ditentukan lebih awal dan cenderung terstruktur sempurna. Karena menggunakan sampel besar, acak, dan representatif. Selain itu pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif didasarkan pada penggunaan tes, skala angka, survey, kuesioner, kemudian untuk memperoleh temuan yang persis agar dapat melakukan generalisasi maka hasilnya dianalisis dengan menggunakan statistik.

Dilihat dari instrumen penelitian yang menjadi alat pengumpulan data serta analisis, penelitian kualitatif banyak menggunakan data yang bersifat deskriptif seperti daftar wawancara, laporan hasil pengamatan lapangan, transkrip-transkrip pembicaraan, dan catatan-catatan pengamatan. Laporan disusun dari rangkuman semua sumber-sumber tersebut dengan dukungan teori yang ada, menjadi uraian analisis. Tahap analisis dalam pendekatan ini sudah dimulai sejak penelitian dan data pertama telah diperoleh (Zaluchu, 2020).

Paradigma penelitian kualitatif dipilih apabila penelitian tersebut bertujuan menjelaskan apa dan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi, data verbal, interpretatif, multi realitas dan multitafsir, bergantung konteks, dan dapat digunakan untuk mengenbangkan teori.

Adapun ciri-ciri paradigma penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut:

  • Pendekatan konstruktivis, interpretatif, atau perspektif postmodern
  • Menekankan pada pemahaman masalah berdasarkan realitas
  • Realitas bersifat subyektif dan berdimensi banyak
  • Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti
  • Tidak bebas nilai dan bias
  • Pendekatan induktif
  • Penyusunan teori dengan analisis kualitatif

Sehingga didapatkan karakteristik penelitian kuantitatif dan kualitatif pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Karakteristik kuantitatif dan kualitatif

KuantitafKualitatif
Dilakukan untuk hubungan ataupun pengaruh antara dua variabelDilaksanakan pada latar alamiah yaitu tempat dan kejadian manusia secara berlangsung
Berfokus pada pertanyaan pada tingkat pengaruh antara dua variabel ataupun lebihBerfokus pada menggali persepsi dan pengalaman partisipan penelitian.
Teori menemukan konsep yang terdapat dalam teori, kemudian dijadikan variabel.Teori maupun hipotesis tidak diwajibkan ada.
Dilakukan untuk menguji hipotesisDilakukan untuk menyusun teori
Instrumen penilaian berupa kuesioner atau angketPeneliti yaitu instrumen utama penelitian untuk mengumpulkan data
Data yang dikumpulkan berupa angka penyajian data yaitu tabelData yang dikumpulkan berupa deskriptif
Data yang ditentukan oleh peneliti dalam pilihan indikatorData ditafsirkan dalam ideografis atau bukan untuk merumuskan generalisasi.

B. Berdasarkan Fungsi

1. Penelitian Dasar

Penelitian dasar merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditunjukkan secara langsung untuk mendapatkan pemecahan bagi suatu permasalahan khusus. Dimana penelitian dasar dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada atau mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Dalam penelitian dasar, yang harus dilakukan yaitu pengujian konsep atau hipotesis awal, pembuatan kajian lebih dalam, dan kesimpulan mengenai fenomena yang diamati (Wibisono. 2005)

Dalam pengembangan teori, penelitian dasar dibedakan atas pendekatan yang digunakan sebagai berikut:

  • Pendekatan deduktif yaitu penelitian yang bertujuan menguji teori pada keadaan tertentu
  • Pendekatan induktif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan (generating) teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.

Penelitian dasar lebih diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan, dan mendeskripsikan fenomena alam dan sosial. Adapun tujuan penelitian dasar yaitu untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar, hukum-hukum ilmiah, dan untuk meningkatkan metodologi ilmiah (Sukmadinata, 2005).

Pengumpulan dan analisis data berlangsung bersamaan dan pada umumnya menghasilkan sebuah teori yang substantif dan padat konsep. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kenyataan sosial yang berlangsung di lapangan. Teori yang akhirnya dihasilkan dapat memperkokoh, memperluas dan melengkapi teori yang sebelumnya yang telah ada (Winchester & Salji, 2016).

2. Penelitian Terapan

Penelitian terapan berbeda dengan penelitian terapan. Penelitian terapan dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai permasalahan yang khusus atau untuk membuat keputusan mengenai tindakan atau kebijakan khusus. Dalam pengembangan teori, penelitian terapan dibedakan sebagai berikut:

  • Penelitian dan pengembangan yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk, sehingga memiliki kualitas yang baik.
  • Penelitian tindakan yaitu penelitian yang dilakukan untuk digunakan sebagai dasar tindakan pemecahan masalah.

Penelitian terapan berfungsi untuk mencari solusi mengenai masalah-masalah tertentu. Adapun tujuan utama penelitian ini yaitu dapat memecahkan masalah. Sehingga, hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu maupun kelompok (Sukardi, 2003)

3. Penelitian Evaluatif

Penelitian evaluatif merupakan bagian dari penelitian terapan. Dimana, penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program, produk, ataupun kegiatan tertentu (Danim, 2000).  Hasil penelitian ini adalah rekomendasi yang bersifat perbaikan atau dukungan atas keputusan yang telah diambil sebelumnya. Penelitian bermanfaat untuk menemukan masalah dari penerapan kebijakan tertentu dan rekomendasi penyelesaiannya sehingga dilakukan perbaikan dan pengembangan yang baru di dalam pelaksanaannya (Welch & Patton 1992)

Karakteristik Paradigma Penelitian Kependidikan

Karakteristik penelitian terdiri dari:

1. Objektivitas

Objektivitas melalui keterbukaan, terhindar dan subjektivitas. Pada prosedur penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang secara interpretasi yang dipertanggungjawabkan. Objektivitas diketahui dari kualitas data yang dihasilkan dari prosedur atau langkah ide dan subjektivitas (Nana, 2010).

2. Ketepatan

Teknis instrumen pengumpulan data harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai, desain penelitian, pengambilan sampel dan teknik analisis.

3. Verifikasi

Pada penelitian, diverifikasi maksudnya yaitu dikonfirmasikan, direvisi dan dilakukan secara berulang dengan cara yang sama ataupun berbeda. Selain itu verifikasi memiliki makna memberikan sumbangan kepada ilmu.

4. Penjelasan ringkas

Tujuan dari akhir dari penelitian yaitu mengurangi kenyataan atau realita yang kompleks pada penjelasan yang secara singkat.

5. Empiris

Empiris memiliki makna yaitu pengalaman praktis. Pada penelitian empiris kesimpulan berdasarkan kenyataan yang dihasilkan menggunakan metode penelitian yang sistematik.

6. Penalaran Logis                         

Penalaran merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip logika deduktif.

7. Kesimpulan Kondisional

Kesimpulan hasil penelitian tidak bersifat absolute. Penelitian, perilaku, dan ilmu alam, tidak menghasilkan kepastian, dan kepastian relatif. 

Tujuan dan Fungsi Paradigma Peneliitian Kependidikan

Tujuan dalam penelitian memegang peranan yang sangat penting, karena merupakan arah dan sasaran yang harus dicapai, oleh karena itu tujuan penelitian harus dirumuskan dengan jelas, tegas, dan rinci dalam bentuk pernyataan-pernyataan (statement). Tujuan paradigma penelitian kependidikan yaitu:

1. Tujuan Verifikatif

Penelitian dilaksanakan untuk menguji kebenaran dari sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau ilmu pengetahuan tertentu. Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan. Contoh lainnya adalah penelitian yang dilakukan untuk menguji efektivitas metode pembelajaran yang telah dikembangkan di luar negeri jika diterapkan di Indonesia.

2. Tujuan Pengembangan

Penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan atau memperdalam ilmu pengetahuan yang telah ada. Misalnya penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IPA. Contoh lainnya adalah penelitian tentang sistem penjaminan mutu (Quality Assurannce) dalam organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah berhasil diterapkan dalam organisasi bisnis/perusahaan (S. Margono, 1997).

Tujuan umum penelitian adalah:

  1. Menemukan fakta-fakta baru atau memverifikasi dan menguji fakta-fakta lama
  2. Meneliti urutan mereka, hubungan, dan yang penjelasan yang menyebabkan telah diperoleh di dalam suatu kerangka acuan teoritis
  3. Mengembangkan perangkat ilmiah baru, konsep, dan teori yang akan memudahkan untuk mempelajari tingkah laku manusia yang dapat dipercaya.

(Ine Amir Yousda dan Zainal Arifin, 1992)

Setiap penelitian harus dan pasti memiliki tujuan, menurut (Mihendra et al, 2020) ada tiga macam tujuan umum penelitian yaitu bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh itu merupakan data yang belum pernah diketahui maupun diteliti sebelumnya. Pembuktian berarti data yang diperoleh untuk membuktikan suatu informasi atau pengetahuan sebelumnya. Sedangkan pengembangan berarti memperdalam ataupun memperluas pengetahuan yang telah ada

Sehingga berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan umum dari penelitian pendidikan adalah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, konsep, prinsip dan generalisasi tentang pendidikan. Sedangkan fungsi penelitian pendidikan mencakup dua yang diantaranya adalah:

  1. Fungsi pengembangan ilmu
  2. Fungsi pemecahan masalah-masalah praktis

Penelitian pendidikan memiliki lima fungsi diantaranya yaitu sebagai berikut:

  1. Menunjukkan isi dan cara mengajar serta mengorganisasikan dan menjalankan sekolah
  2. Menilai program, prosedur, dan bahan-bahan untuk menunjukkan hasil pendidikan yang telah dicapai, biaya dalam ukuran waktu, usaha dan bahan-bahan, dan keadaan hasil-hasil yang dicapai
  3. Membentuk suatu badan informasi tentang usaha pendidikan yang bermanfaat dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan
  4. Menyediakan pandangan, rangsangan dan penyuluhan yang berhasil untuk pembaharuan pendidikan
  5. Mengembangkan teori yang lebih memadai dan sahih (valid) tentang proses pendidikan serta pengoprasian usaha

Penelitian menghasilkan pengetahuan yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan fenomena, menjelaskan hubungan kausal antara fenomena, meramalkan fenomena yang akan terjadi secara ilmiah dan akurat, dan mengendalikan berbagai fenomena dan kekuatan alam untuk berbagai keperluan. Pengetahuan yang demikian sangat berguna untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup dan keinginan manusia. Salah satu kegunaan penting penelitian adalah untuk mengembangkan serta memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegunaan lainnya yang lebih bersifat nyata dan praktis adalah untuk perencanaan dan kebijakan dalam pembangunan dan untuk memecahkan berbagai masalah praktis yang dihadapi manusia dalam segala segi hidupnya. Dengan demikian penelitian mengemban fungsi-fungsi sebagai berikut:

  1. Sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Pengetahuan sebagai hasil penelitian dapat berupa temuan-temuan baru, dukungan atau koreksi terhadap temuan-temuan dan atau teori-teori yang sudah ada.
  2. Sebagai cara untuk mengembangkan teknologi. Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan ke dalam prosedur dan alat (instrumen) untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam bidang kehidupan, misalnya dalam bidang industri, perhubungan dan komunikasi, pendidikan, dan lain sebagainya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat bergantung pada hasil penelitian.
  3. Sebagai penyumbang informasi penting bagi pembuatan kebijakan dan perencanaan program-program pembangunan sangat mengandalkan informasi hasil penelitian dalam merumuskan kebijakan dan merencanakan berbagai program pembangunan.
  4. Sebagai alat pemecahan masalah praktis di lapangan. Para pelaksana program/kegiatan dalam berbagai bidang dapat memanfaatkan hasil penelitian, melaksanakan sendiri penelitian-penelitian tindakan (action research) yang sederhana dan cepat untuk mempelajari sebab-sebab timbulnya masalah (kemacetan, ketimpangan, hambatan) dalam pelaksanaan program/kegiatan supaya dapat mengambil langkah/kegiatan yang tepat untuk mengatasinya. Demikian pula halnya bagi masyarakat yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.

Daftar Pustaka

Alwasilah, and Chaedar, A. 2002. Pokok Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung PT. Dunia Pustaka Jaya.

Batubara, Juliana. 2017. Paradigma Penelitian Kualitatif dan Filsafat Ilmu Pengetahuan dalam Konseling. Jurnal Fokus Konseling, 3 (2): 95-107

Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Pelaku. Jakarta: Bumi Aksara.

Mihendra, Nanda., Andryani, Fida., Madiyah, Dita I., Priska, Apriani M., Mujib, Abdul. 2020. Paradigma Penelitian Pendidikan: : Studi Kasus Mahasiswa Pendidikan Matematika di Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah Tahun 2015-2016. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Terpadu. 2 (1): 46-54.

Moleong, lexy j. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ridha, N. 2017. Proses Penelitian, Masalah, Variabel, dan Paradigma Penelitian. Jurnal Hikmah. 14(1), 62–70.

Rizki, Z., Harefa, A., Pulungan, P. H., & Mujib, A. 2020. Kajian Hasil Penelitian Mahasiswa Pendidikan Matematika universitas muslim nusantara al- washliyah Tahun 2016 / 2017. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Terpadu. 2(2): 113–121.

Rosyad, Ali M. 2020. Paradigma Pendidikan Demokrasi dan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi di Indonesia. Jurnal Pendidikan Isalam, 3 (1): 75-99

Salim, Agus. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Slevitch, L. 2011. Qualitative and quantitative methodologies compared: Ontological and epistemological perspectives. Journal of Quality Assurance in Hospitality and Tourism, 12(1), 73–81

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Welch, J. K., & Patton, M. Q. 1992. Qualitative Evaluation and Research Methods. The Modern Language Journal, 76(4), 543.

Wibisono, D. 2005. Metode Penelitian & Analisis Data. Jakarta: Salemba.

Winchester, C. L., & Salji, M. 2016. Writing a literature review. Journal of Clinical Urology, 9(5), 308–312.

Zaluchu, Sonny E. 2020. Strategi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif di dalam Penelitian Agama. Evangelikal: Jurnal Teknologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat. 4 (1): 28-38

Baca Artikel Lainnya

Pembelajaran Quantum Learning: (Prinsip-Prinsip, karakteristik, Manfaat, dan Metode Pembelajaran Quantum Learning)

Pembelajaran kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu quantum learning. Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar

Dampak Positif Kemajuan Literasi Digital

Dampak Positif Kemajuan Literasi Digital dalam Relevansi Kehidupan Bermasyarakat Pada dasarnya setiap manusia perlu berkomunikasi. Manusia juga perlu bahkan sesekali haus akan informasi. Mungkin, “kepo” (knowing every particular object) bisa

Perbedaan Body Lotion dengan Body Serum & Perbedaan Body Scrub dengan Lulur

Perbedaan Body Lotion dan Body Serum Body lotion dan body serum adalah dua produk perawatan kulit yang berbeda, meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memperbaiki dan melembabkan kulit.

Laporan Praktikum Biokimia: Identifikasi Senyawa Golongan Vitamin (Vitamin B1, Vitamin B2, Dan Vitamin C)

Tujuan Mengidentifikasi vitamin B1, B2, C secara kualitatif dengan reaksi warna. Menjelaskan reaksi kimia yang mendasari identifikasi vitamin dalam sampel. Landasan Teori Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat

Contoh Instrumen Penilaian Sikap/Afektif, Penilaian Pengetahuan/Kognitif, Penilaian Keterampilan/Psikomotorik dalam Pembelajaran Kimia SMA Materi Koloid

Instrumen Penilaian Sikap/Afektif Lembar Observasi Sikap No Nama Peserta Didik Aspek yang dinilai Skor Bekerja dalam kelompok Disiplin Berani dalam bertanya dan menjawab Kreatif   1        

Penerapan Pembelajaran Etnosains Pada Materi Kimia: Rekontruksi Pengetahuan Masyarakat Pada Pembuatan Kecap

Pengertian Etnosains Ethnoscience berasal dari kata ethnos dari bahasa Yunani yang berarti bangsa dan kata scientia dari bahasa Latin yang berarti pengetahuan. Etnosains kurang lebih berarti pengetahuan yang dimiliki oleh