Table of Contents

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS): Prinsip-Prinsip, Komponen, Ciri-Ciri, Karakteristik, Pihak yang Berperan, Serta Kelebihan dan Kelemahan

Manajemen berbasis sekolah yaitu suatu strategi yang digunakan dalam mewujudkan sekolah yang efektif dan produktif sebagai paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi yang luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional (Mulyasa, 2007). Menurut Rohiat (2010) Manajemen berbasis sekolah (MBS) yaitu sebuah model manajemen yang memberikan otonomi atau kewenangan dan tanggung jawab kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan lebih besar kepada sekolah, mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat, serta meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Otonomi yang diberikan kepada sekolah ini bertujuan agar sekolah lebih leluasa mengelola sumber daya atau sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Sekolah harus mandiri dalam menentukan prioritas, mengalokasikan, mengendalikan, serta mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber baik kepada masyarakat maupun pemerintah.

Manajemen Berbasis Sekolah mengembangkan satuan-satuan pendidikan secara otonom, maka sesuai dengan strategi ini sekolah bukan lagi sebagai bawahan dari birokrasi pemerintah daerah, melainkan sebagai lembaga profesional yang bertanggung jawab terhadap pelanggan (siswa dan orang tua) yang diwakili oleh komite sekolah dan dewan pendidikan. Fungsi pemerintah dari manajemen berbasis sekolah ini yaitu hanya sebagai fasilitator untuk mendorong sekolah-sekolah agar lebih berkembang menjadi lembaga profesional dan otonom sehingga mutu pelayanannya terhadap masyarakat dapat memuaskan (Sabil, 2014). Kebijakan MBS ini dilakukan untuk mencapai kualitas mutu dan relevansi pendidikan yang setinggi-tingginya dengan tolok ukur penilaiannya pada hasil output dan outcome bukan pada metodologi atau prosesnya. Antara mutu dan relevansi ada yang memandangnya sebagai satu kesatuan substansi, pendidikan yang bermutu adalah yang relevan dengan berbagai kebutuhan dan konteksnya (Pasaribu, 2017). Adanya manajemen berbasis sekolah pemerintah akan menyerahkan lebih banyak tanggung jawab kepada sekolah dan memberi sekolah otonomi dan fleksibilitas yang lebih besar dalam operasi sehari-hari, pengelolaan sumber daya dan perencanaan pengembangan sekolah (Martin, 2019).

Menurut Pratiwi (2016) Manajemen Berbasis Sekolah mempunyai lima tujuan dasar diantaranya yaitu: (1) meningkatkan mutu pendidikan dan inisiatif sekolah dalam mengelola serta memberdayakan sumber daya yang tersedia; (2) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan; (3) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolah; (4) meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan; (5) memberdayakan potensi sekolah yang ada agar menghasilkan lulusan yang berhasil.

Prinsip-Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut Nurkolis (2005) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) mempunyai 4 prinsip diantaranya:

  • Prinsip Ekuifinalitas (Equifinality), didefinisikan bahwa terdapat perbedaan cara untuk mencapai sebuah tujuan.
  • Prinsip Desentralisasi (Decentralization),didefinisikan bahwa dengan memiliki otonomi secara penuh sekolah akan memiliki ruang yang lebih luas untuk bergerak dan dimaksudkan agar sekolah bisa mengambil keputusan sendiri dan menyelesaikan permasalahannya baik yang bersifat internal maupun eksternal.
  • Prinsip sistem pengelolaan mandiri (Self-Managing System), didefinisikan bahwa sekolah memiliki otonomi dalam pengembangan tujuan pengajaran dan strategi manajemen, mendistribusikan sumber daya yang ada di sekolah, serta memecahkan masalah dan meraih tujuan menurut kondisi sekolah masing-masing.
  • Prinsip inisiatif manusia (Human Initiative), didefinisikan bahwa pentingnya menekankan sumber daya manusia sebagai poin utama manajemen yaitu mengembangkan sumber daya manusia di sekolah agar lebih mempunyai peran yang inisiatif.

Sedangkan menurut Hidayat & Machali (2012) prinsip manajemen berbasis sekolah dapat dibagi seperti berikut ini:

  • Prinsip otonomi, yaitu dapat diartikan sebagai kemandirian. Kemandirian yang dimaksud yaitu mandiri dalam hal mengatur diri sendiri, dimana sekolah memiliki otonomi untuk mengembangkan tujuan pengajaran dan strategi manajemen secara mandiri. Sekolah dapat memiliki visi, misi, dan tujuan sendiri, serta dapat melakukan pengelolaan program-program yang dibutuhkan hingga pendanaan operasional sekolah secara mandiri.
  • Prinsip fleksibilitas, yaitu dapat diartikan sebagai keluwesan yang diberikan kepada pihak sekolah untuk mengelola, memanfaatkan sumber daya sekolah dan dana seoptimal mungkin dalam peningkatan mutu sekolah. Dengan adanya prinsip ini akan menghasilkan sekolah yang tanggap terhadap permasalahan yang harus dihadapi.
  • Prinsip partisipasi, yaitu dapat diartikan sebagai penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik. Prinsip ini mendorong warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan masyarakat agar terlibat aktif dalam penyelenggaraan pendidikan, dimulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pendidikan.
  • Prinsip inisiatif, yaitu dapat diartikan bahwa manusia merupakan sumber daya yang dinamis, maka potensi sumber daya manusia ini harus selalu digali dan dikembangkan agar menjadi sumber daya yang inisiatif dalam pengelolaan pendidikan.

Komponen Dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Setiap satuan pendidikan perlu memperhatikan komponen-komponen Manajemen Sekolah. Dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah beberapa komponen sekolah yang perlu dikelola yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kemuridan, sarana dan prasarana pendidikan, dan pengelolaan hubungan sekolah dan orang tua/wali murid.

1. Kurikulum dan Program Pengajaran

Kurikulum dan program pengajaran merupakan pijakan dalam proses pendidikan yang diselenggarakan pada sebuah lembaga pendidikan, Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional telah dilakukan Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Akan tetapi sekolah juga bertugas dan berwenang mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat setempat dan sosial budaya yang mendukung pembangunan lokal sehingga peserta didik tidak terlepas dari akar sosial budaya lingkungan (Mulyasa, 2002:40).

Dalam manajemen berbasis sekolah di Indonesia untuk muatan lokal mengharuskan setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan dan memunculkan keunggulan program pendidikan tertentu sesuai dengan latar belakang tuntutan lingkungan sosial masyarakat. Dengan otonomi sekolah dalam arti luas mempunyai fungsi untuk menghubungkan program-program sekolah dengan seluruh kehidupan peserta didik dan kebutuhan lingkungan sehingga setelah siswa menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan mereka siap pakai sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum.

2. Manajemen Tenaga Kependidikan

Peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan sumber daya manusia , Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan dengan cara mengikut sertakan pada kegiatan-kegiatan yang menunjang pada kinerja seluruh unsur sekolah. Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup beberapa hal yaitu: (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai. Hal ini menunjukkan, bahwa keberhasilan pengelolaan pendidikan pada sebuah sekolah apabila Kepala Sekolah memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang melibatkan pada semua unsur pengelola sekolah.

3. Manajemen Kesiswaan

Salah satu tugas sekolah di awal tahun pelajaran baru adalah menata siswa. Manajemen kemuridan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik (murid), awal pendaftaran sampai mereka lulus, tetapi bukan sekedar pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan murid melalui proses pendidikan di sekolah (Mulyasa, 2002). Meskipun Pencatatan sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan manajemen kemuridan, buku presensi murid, buku raport, daftar kenaikan kelas, buku mutasi murid, dan sebagainya. Manajemen kemuridan dimaksudkan bertujuan mengatur berbagai kegiatan pembelajaran di sekolah berjalan.dengan kondusif. Menurut Sutisna dalam Mulyasa (2002) ada tiga yaitu: (1) penerimaan murid baru, (2) kegiatan pelaporan kemajuan belajar murid, dan (3) bimbingan dan pembinaan disiplin murid. Sedangkan tanggung jawab Kepala sekolah dalam mengelola bidang kemuridan adalah:

  • Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah bidang kemuridan yang berhubungan dengan hal studi.
  • Penerimaan, orientasi,klasifikasi, dan pembagian kelas murid dan pembagian program studi.
  • Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar murid
  • Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti mengulang pengajaran (remid), perbaikan, dan pengajaran luar biasa
  • Pengendalian kedisiplinan murid belajar di sekolah
  • Program bimbingan dan penyuluhan bagi seluruh murid.
  • Program kesehatan dan keamanan murid belajar, terutama ketenangan belajar murid
    di kelas.
  • Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional murid (Mulyasa, 2002:46).

4. Manajemen Keuangan

Keuangan merupakan sumber daya yang secara langsung dapat berpengaruh pada keefektifan dan efisiensi pengelolaan pendidikan yang diselenggarakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Manajerial kepala sekolah pada keuangan sangat dibutuhkan dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menuntut kemampuan sekolah dalam merencanakan melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran, pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2002:47). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberi kewenangan pada sekolah untuk menggali dan menggunakan sumber dana sesuai keperluan sekolah. Sumber dana dalam proses pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: (1) pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah, (2) orang tua/wali atau peserta didik, dan (3) masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.

Berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua/wali murid dan masyarakat ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional atau UU No. 2 tahun 1989 yaitu kemampuan pemerintah terbatas dalam pemenuhan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua/wali murid. Meskipun dalam prakteknya implementasi (MBS) itu terkadang sebagian sekolah menggunakan kesempatan ini terkesan secara berlebih lebihan seperti kasus tes mandiri berdampak pada kecemburuan sosial bagi mereka yang kurang mampu, dengan kata lain siswa yang diterima pada sebuah sekolah yang dianggap favorit oleh lapisan masyarakat tertentu maka dapat ditentukan oleh kesiapan orang tua dari berapa kesanggupan membayar yang disepakati oleh pihak sekolah. Secara hukum praktek seleksi mandiri memang sah karena tidak bertentangan dengan karakter dan komponen-komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) hal ini banyak terjadi pada jenjang pendidikan SMP dan SMA.

5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Setiap satuan pendidikan tidak dapat melepaskan faktor sarana dan prasarana yang dapat dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, proses belajar dan mengajar. Manajemen sarana dan prasarana bertujuan dapat menciptakan kondisi yang menyenangkan baik guru maupun murid untuk berada di sekolah. Demikian pula tersedianya media pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan materi pelajaran sangat diperlukan manajerial pengelola pendidikan di satuan pendidikan

6. Manajemen Pengelolaan Hubungan Masyarakat

Hubungan antara sekolah dengan orang tua/wali murid serta masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi murid di sekolah. Sekolah dan orang tua/wali murid memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Gaffar dalam Mulyasa menyatakan, bahwa hubungan sekolah dengan orang tua/wali murid bertujuan antara lain: (1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan murid; (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah (Mulyasa, 2002:50).

Pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) , manajemen hubungan sekolah dengan orang tua wali murid diharapkan berjalan dengan baik. Hubungan yang harmonis membuat masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah. Penciptaan hubungan dan kerja sama yang harmonis, apabila masyarakat mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah. Gambaran yang jelas dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua wali murid, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan dari staf sekolah, dan laporan tahunan sekolah.

Melalui hubungan yang harmonis diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu proses pendidikan terlaksana secara produktif, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas akan terlihat dari penguasaan/kompetensi murid tentang ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat dijadikan bekal ketika terjun di tengah-tengah masyarakat (out come).

Ciri-Ciri Sekolah Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah

Setiap sekolah memiliki ciri-ciri tersendiri dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah. Ciri-ciri khusus pada sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah menurut Aryani & Suhardani (2020) adalah:

  • Sekolah memperlihatkan bentuk-bentuk kegiatan dalam rangka kegiatan perubahan.
  • Sekolah memiliki visi yang jelas.
  • Sekolah memberikan kesempatan yang sama bagi guru mereka untuk mengemukakan pendapat
  • Sekolah memberi jalan kepada orang tua untuk berpartisipasi.
  • Sekolah memanfaatkan tanda-tanda dalam pengembangan kurikulum.
  • Sekolah merancang setiap kegiatan pembelajaran di sekolah

Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut Nurkolis (2004) menyatakan setiap sekolah yang ingin menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah supaya memahami beberapa karakteristiknya dan sehingga dapat menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah dengan sukses. Berikut ada delapan karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah, diantaranya:

  • Sekolah harus memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah untuk mencapai sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nilai-nilai sekolah, serta membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan dan memberi arah kerja. Misi ini berpengaruh besar terhadap fungsi dan efektivitas sekolah karena dengan misi ini dapat mengembangkan warga sekolah dalam budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun komitmen yang tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai inisiatif untuk memberikan tingkat layanan pendidikan yang lebih baik.
  • Aktivitas pendidikan dalam sekolah dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan situasi sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan karena secara tidak langsung memperkenalkan perubahan manajemen sekolah dari manajemen kontrol eksternal menjadi model berbasis sekolah.
  • Terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan, penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen. Oleh karena itu dalam konteks pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, perubahan strategi manajemen lebih memandang pada aspek pengembangan yang tepat dan relevan dengan kebutuhan sekolah.
  • Sekolah memiliki keleluasaan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan, guna memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan sebagainya.
  • Sekolah menuntut peran aktif sekolah, administrator sekolah, guru, orang tua, dan pihakpihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan penerapan manajemen berbasisi sekolah, sekolah dapat mengembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing. Dalam konteks ini, sekolah berperan mengembangkan inisiatif, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi semua kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas pembelajaran. Demikian halnya dengan unsur-unsur lain seperti guru, orang tua, komite sekolah, administrator sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan perannya masing-masing.
  • Sekolah menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka, bekerja sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, iklim organisasi cenderung mengarah ke tipe komitmen sehingga efektivitas sekolah dapat tercapai.
  • Sekolah memanfaatkan Peran administrator karena sangat penting dalam kerangka Manajemen Berbasis Sekolah sehingga dibutuhkan individu yang berkualitas yang harus dimiliki administrator dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah.
  • Dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator multi tingkat dan multisegi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses pembelajaran dan metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah harus memperhatikan multi tingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, dan individu, serta indikator multisegi yaitu input, proses dan output sekolah serta perkembangan akademik siswa.

Sedangkan Menurut Nurokhim (2017) Karakteristik manajemen Berbasis Sekolah dalam peningkatan mutu berbasis sekolah dapat diketahui dari bagaimana sekolah tersebut dapat mengoptimalkan kinerjanya. Beberapa kinerja yang dapat menjadi acuannya, diantaranya: proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem administrasi secara keseluruhan. secara inklusif, karakteristik manajemen berbasis sekolah memuat berbagai elemen sekolah efektif yang dikategorikan menjadi input, proses dan output. Karakteristik ini menerapkan pada keseluruhan aspek pendidikan melalui pendekatan sistem yang diuraikan menjadi tiga yang diawali dengan output dan diakhiri dengan input. Output sekolah diukur dengan kinerja sekolah, yaitu pencapaian atau prestasi yang dihasilkan oleh proses sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari efektivitas, kualitas, produktivitas, efisiensi, inovasi, moral kerja. Proses sekolah adalah proses pengambilan keputusan,pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, dan belajar-mengajar. Input sekolah antara lain visi, misi, tujuan, sasaran, struktur organisasi, input manajemen, input sumber daya.

Peran Pihak-Pihak dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Penerapan manajemen berbasis sekolah memerlukan peranan pihak-pihak tertentu untuk meningkatkan efisiensi, peningkatan mutu, dan peningkatan pemerataan Pendidikan. Menurut Pasaribu (2017) pihak- pihak yang dimaksud disini adalah:

1. Kantor Pendidikan Pusat dan Daerah

Peran kantor Pendidikan pusat sesuai PP No. 25 Tahun 2000 menyatakan peran kantor Pendidikan antara lain menerapkan standar kompetensi siswa dan warga, menetapkan peraturan kurikulum nasional dan sistem penilaian hasil belajar, penentuan pedoman pelaksana Pendidikan, penetapan pedoman pembiayaan Pendidikan, penetapan persyaratan perpindahan, sertifikasi siswa, menjaga kelangsungan proses. Menurut Sabil (2014) fungsi pemerintah dari manajemen berbasis sekolah ini yaitu hanya sebagai fasilitator untuk mendorong sekolah-sekolah agar lebih berkembang menjadi lembaga profesional dan otonom sehingga mutu pelayanannya terhadap masyarakat dapat memuaskan. Pendidikan yang bermutu, menjaga kesetaraan mutu antara daerah kabupaten/kota dan antara daerah provinsi agar tidak terjadi kesenjangan yang mencolok. Menjaga keberlangsungan pembentukan budi pekerti, semangat kebangsaan dan jiwa nasionalisme melalui program Pendidikan.Peran pemerintah daerah yaitu memfasilitasi dan membantu staf sekolah atas tindakannya yang akan dilakukan sekolah, mengembangkan kinerja staf sekolah dan kinerja siswa serta melakukan seleksi karyawan.

2. Dewan Sekolah dan Pengawas

Menurut Aryanti & Suhardan (2020) komite sekolah berperan dalam bentuk dana, pikiran dan tenaga yang mana disalurkan kepada kepala sekolah untuk efektivitas manajemen berbasis sekolah. Komite sekolah memiliki peran dalam memberikan dukungan pada kegiatan pembelajaran baik dalam pembinaan intrakurikuler, ekstrakulikuler dan spiritual. Sedangkan menurut Moradi, et al. (2012) menyatakan bahwa wewenang dari dewan sekolah umumnya tentang Pendidikan, keuangan, eksekutif dan teknis di sekolah. Dewan sekolah juga berperan dalam mengambil keputusan, memberikan ide, memberi saran dan tempat berkonsultasi untuk masalah sekolah. Pengawas sekolah berperan sebagai fasilitator antara kebijakan pemda kepada sekolah antara lain menjelaskan tujuan akademik dan anggarannya, serta memberikan bantuan teknis kepada sekolah menghadapi masalah menerjemahkan visi pemda.

3. Kepala Sekolah

Menurut Ismail (2018) peran kepala sekolah yaitu sebagai evaluator, manajer, administrator, leader, innovator dan motivator. Evaluator disini berarti kepala sekolah berperan sebagai supervise, leader berarti kepala sekolah memimpin sekolahan, innovator berarti mencetuskan hal-hal baru, motivator yaitu memberikan motivasi kepada staf sekolah untuk tetap menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Menurut Ariyanti & Suhardan (2020) kepala sekolah juga bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya. Menurut Septiyani & Nurkolis (2016) kepala sekolah harus memiliki keterampilan berupa:

  • Keterampilan konsep (Conceptual skill)
  • Keterampilan manusiawi (Human skill)
  • Keterampilan teknik (Technical skill)
  • Keterampilan desain (Design skill)

4. Para Guru

Guru yang profesional seharusnya memiliki beberapa kompetensi yaitu kompetensi kepribadian (integritas, moral, etika dan etos kerja), kompetensi akademik (sertifikat kependidikan, menguasai bidang tugasnya) dan kompetensi kinerja (terampil dalam pengelolaan pembelajaraan). Menurut Ismail (2018) keterampilan ini sangat berfungsi karena berpengaruh dalam pembentukan moral maupun intelektual dalam sekolah. Hal ini juga berpengaruh dalam penanaman nilai-nilai bagi para siswa. Selain itu menurut Mulyasa (2011) guru berperan sebagai: (1) pelayan belajar yang mana membantu kesulitan belajar peserta didik, (2) guru sebagai model yang berarti dapat menerapkan model pembelajaran yang baik, model manusia yang berkualitas dan berkepribadian unggul, (3) guru sebagai petunjuk arah yang berarti guru harus mampu mengantarkan peserta didik pada titik yang tepat sesuai dengan bakat, kemampuan, karakteristik dan kebutuhannya.

5. Orang Tua dan Masyarakat

Menurut Riyani (2009) peran orang tua dalam manajemen berbasis sekolah adalah melakukan kerjasama dengan pihak sekolah dan menyukseskan program-program yang diselenggarakan di Sekolah. Orang tua juga membantu sekolah dalam proses pembelajaran siswa yang dilakukan di rumah. Peran masyarakat sendiri selain membantu dukungan finansial juga berperan dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan tertib serta menjalankan control social di sekolah.

Kelebihan Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut Mulyadi, dkk (2021) dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah tentunya memiliki keunggulan dari sekolah yang tidak menerapkan MBS, diantaranya:

  • Memberikan pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru dalam penerapan kebijakan dan kewenangan sekolah
  • Memiliki tujuan untuk memanfaatkan sumber daya lokal;
  • Dapat membina peserta didik secara efektif seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah;
  • Adanya kegiatan yang disepakati secara bersama, seperti dalam mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.

Menurut Pratiwi (2016) dan Karmila & Wijaya (2020) dalam menerapkan tujuan MBS memiliki beberapa Keuntungan, diantaranya:

  • Meningkatkan efisiensi kualitas pendidikan dengan kemandirian dan fleksibilitas dalam
    mengelola sumber daya yang ada.
  • Memberikan kesempatan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang dapat memperbaiki pelajaran.
  • Memberikan kesempatan kepada seluruh komunitas sekolah dalam mengambil keputusan utama.
  • Memfokuskan pada tanggung jawab atas keputusan-keputusan yang diambil,
  • Mengarahkan pada kreativitas dalam merancang program
  • Mengarahkan kembali sumber-sumber daya guna mendukung pencapaian tujuan yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah,
  • Mengarahkan pada anggaran yang nyata agar para orang tua dan guru menyadari status keuangan sekolah, batas-batas pengeluaran dan biaya dari program-program itu, dan
  • Meningkatkan moralitas guru dan memelihara munculnya pemimpin baru

Sedangkan menurut Sulistiyoningrum (2016) yang telah menerapkan manajemen berbasis sekolah diketahui beberapa keuntungan penerapan manajemen berbasis sekolah, diantaranya:

  • Meningkatkan kompetensi siswa yang tidak hanya dalam bidang-bidang yang termuat dalam kurikulum pendidikan nasional tetapi juga kemampuan lain, khususnya bidang keagamaan.
  • Meningkatnya efektivitas kegiatan belajar-mengajar di sekolah; kepemimpinan kepala sekolah cukup kuat;
  • Menjadikan lingkungan sekolah cukup tertib dan aman;
  • Menjadikan teamwork yang cerdas, kompak dan dinamis;
  • Kewenangan dalam merencanakan program dan menjalankannya secara mandiri;
  • Memberikan kesempatan Partisipasi warga sekolah dan masyarakat dengan partisipasi yang cukup tinggi;
  • Membuat kegiatan evaluasi dan perbaikan berjalan secara berkelanjutan;
  • Meningkatkan kemampuan warga sekolah yang responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan, baik eksternal maupun internal;
  • Meningkatkan komunikasi antar warga sekolah dan stakeholder.

Kelemahan Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut Sulistiyaningrum (2016) ada tujuh kekurangan pada penerapan Manajemen Berbasis Sekolah:

  • Pada sekolah madrasah hanya sebatas prestasi dan keunggulan yang diraih pada lembaga pendidikan yang ada dibawah departemen agama. Sedangkan, di bidang-bidang yang lain ataupun tertentu masih kalah bersaing dengan sekolah-sekolah dasar unggulan pada bidang prestasi.
  • Kepala sekolah masih belum maksimal dalam kekuatan kepemimpinannya, dikarenakan peran kepala sekolah masih terbayang oleh otoritas ketua yayasan yang lebih tinggi. Khususnya, lebih banyak pengaruh dari kemampuan yayasan pada kelengkapan kebutuhan sarana dan prasarana. walaupun begitu, pengelolaan akademik sekolah kepada kepala sekolah berjalan dengan baik yang dibuktikan dari pendelegasian wewenangnya.
  • Keterbatasan tenaga ahli yang dimiliki mengakibatkan beberapa tenaga pengajar maupun tenaga kependidikan yang bekerja di luar bidang keahliannya. Namun, upaya sekolah dalam mengatasi problem ini dengan mengadakan pelatihan terbukti cukup efektif.
  • Sumber dana yang terbatas menjadikan kelemahan umum yang dialami oleh sekolah-sekolah yang dikelola oleh yayasan yang ada di lingkungan masyarakat menengah ke bawah.
  • Input siswa yang belum cukup tinggi yang ditinjau dari perbandingan antara siswa yang diterima dan yang tidak diterima masih belum melampaui dua kali lipatnya.
  • Rumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang belum terukur dalam rentang waktu pemenuhan yang jelas. Hal ini berpengaruh pada program jangka panjang yang tidak terukur. Di samping itu, sosialisasi Visi dan Misi juga masih kurang berkesinambungan. Meskipun sosialisasi telah dilakukan dan meliputi seluruh warga sekolah dan stakeholder, namun masih sebatas pada even-even tertentu dan target pemahamannya pun masih belum tercapai secara maksimal. Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan (SWOT) yang dilakukan juga masih terbatas oleh kepala sekolah dan jajarannya. Tidak dilakukan secara bersama-sama dengan stakeholder. Demikian juga dengan tindak lanjut dari analisis SWOT juga belum disosialisasikan dan dilakukan secara maksimal.
  • Upaya-upaya strategis yang dilakukan dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis sekolah (MBS) dari para guru, karyawan, pihak-pihak yang terkait, dan pengurus yayasan yang lain masih belum berperan secara maksimal sehingga lebih banyak diperankan oleh Kepala Sekolah dan Ketua Yayasan

Sedangkan menurut Karnama & Depi (2019) berdasarkan dari beberapa penelitian tentang manajemen berbasisi sekolah, ada beberapa hambatan yang terjadi dalam proses pelaksanaannya, antara lain:

  • Tidak berminat untuk terlibat khususnya pada pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan manajemen berbasisi sekolah, karena sebagian orang tentunya tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjan yang sedang mereka lakukan, dan mereka akan berasumsi bahwa kegiatan yang dilakukan hanya menambah beban
  • Tidak Efisien dalam pengambilan keputusan yang diambil dengan partisipasi yang kadang menimbulkan frustasi dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Sehingga dari Stakeholder dan masyarakat yang terkait harus fokus pada tugas dan fungsi.
  • Pikiran Kelompok yang menyebabkan terlalu banyak kompromi terhadap keputusan yang dibuat.
  • Memerlukan Pelatihan dalam menerapkan model yang rumit dan partisifasif khususnya Pihak-pihak yang berkepentingan tidak atau belum berpengalaman.
  • Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru mengakibatkan pihak-pihak belum terbiasa dengan suasana kerja baru. Dalam penerapan manajemen berbasisi sekolah tentunya akan memperbaharui peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan.
  • Kesulitan Koordinasi yang disebabkan oleh penerapan model yang rumit dan kegiatan yang beragam sehingga akan mengakibatkan kegiatan tersebut akan berjalan masingmasing dan bisa jadi menjauh dari tujuan sekolah yang sudah direncanakan.

Menurut Bandur (2012) masalah yang dialami sekolah dalam proses implementasi manajemen berbasis sekolah, diantaranya:

  • Kurangnya pengembangan profesional yang sesuai untuk pimpinan sekolah.
  • Kurangnya fasilitas sekolah.
  • Kurangnya pengetahuan tentang manajemen berbasis sekolah.Keuangan yang tidak memadai.

Menurut Sutisna (2017) ada beberapa kendala yang mungkin dihadapi dalam melaksanakan program Manajemen Berbasis Sekolah, diantaranya:

  • Secara internal, sekolah belum memberikan kewenangan sepenuhnya untuk melakukan evaluasi hasil belajar sesuai dengan kondisi dan situasi serta kebutuhan setempat.
  • Masih terjadi mispersepsi bahwa untuk melakukan perubahan menuju manajemen berbasisi sekolah diperlukan dana yang besar yang harus disediakan sendiri oleh sekolah tanpa partisipasi dari orang tua.

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Mulyadi, dkk (2021) dibalik keuntungan manajemen berbasisi sekolah, tentunya manajemen berbasisi sekolah memiliki kelemahan khususnya pada konteks desentralisasi pengelolaan pendidikan yang mana dapat melemahkan tumbuhnya perasaan nasional yang sehat, dapat menimbulkan rasa kedaerahan yang berlebihan, serta akan menjurus pada isolasi dan pertentangan sehingga untuk mengatasi kelemahan tersebut perlu diajarkan bagaimana pentingnya pengakuan dan kesepakatan menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas bangsa dan negara

Baca Artikel Lainnya

Laporan Praktikum: Penentuan Tetapan Dissosiasi Asam Lemah (Ka) Dengan Ph-Meter

Tujuan Menentukan Tetapan Dissosiasi Asam Lemah (Ka) Dengan Menggunakan Ph-Meter. Landasan Teori Konsep asam basa yang sangat terkenal terdiri dari tiga macam yaitu menurut Arhenius, Bronsted Lowry dan asam basa

Pencegahan Dan Pengendalian Erosi Tanah: Cara Vegetasi Dan Cara Teknis-Mekanis

Erosi tanah saat ini merupakan masalah utama bagi lingkungan. Erosi tanah yaitu transportasi tanah pada permukaan lahan oleh angin dan air yang dipengaruhi oleh faktor alam (energi hujan, materi induk

Kelebihan, Kelemahan, Gangguan, Serta Penerapan atomic absorption spectrophotometry (AAS)

Kelebihan dan Kelemahan AAS Kelebihan AAS Selektif, bebas dari gangguan analit-analit lain. Kalaupun ada, mudah diatasi. Spesifik Sensitifitas tinggi, dapat menganalisi ion logam dalam konsentrasi μg/L – mg/L. Cepat dan

Edible Coating: Mengenal Lebih Dalam Tentang Teknologi Baru dalam Pengemasan Makanan

Edible coating atau lapisan yang dapat dimakan adalah sebuah teknologi pangan yang digunakan untuk menjaga kefreshan, kualitas, dan penampilan buah-buahan. Edible coating dapat diterapkan pada buah-buahan segar seperti stroberi, nanas,

Mempersiapkan Dana Darurat untuk Meningkatkan Ketahanan Finansial Anda

Dana darurat sangat penting untuk melindungi finansial di masa depan. Namun, banyak orang merasa kesulitan untuk memulai membangun dana darurat. Oleh karena itu, ada beberapa strategi sederhana yang dapat dilakukan

Jenis Metode Pembelajaran: Metode Ceramah & Metode Diskusi dan Jenis Kelompok Diskusi

Mengajar bukan suatu kegiatan yang statis, tetapi merupakan interaksi yang dinamis antara kondisi sosial, tujuan pengembangan berpikir, teori-teori belajar, teknologi yang mendukung terutama dengan aspek personal dan intelektual dari pelajar.