Table of Contents

Laporan Praktikum: Penentuan Tetapan Dissosiasi Asam Lemah (Ka) Dengan Ph-Meter

Tujuan

Menentukan Tetapan Dissosiasi Asam Lemah (Ka) Dengan Menggunakan Ph-Meter.

Landasan Teori

Konsep asam basa yang sangat terkenal terdiri dari tiga macam yaitu menurut Arhenius, Bronsted Lowry dan asam basa menurut Lewis. Arhenius menyatakan bahwa asam adalah senyawa hidrogen, dimana jika senyawa tersebut dilarutkan dalam air akan mengalami disosiasi elektrolit dan menghasilkan ion H+. kemampuan suatu asam untuk menghasilkan ion H+ dinilai sebagai kekuatan asam. Besar ion H+ yang dihasilkan berbanding lurus dengan kekuatan asam. Semakin besar H yang dihasilkan semakin besar ion H+ maka nilai Ka juga akan semakin besar. Oleh karena itu, pada asam atau Ka pada basa digunakan sebagai ukuran penentuan kekuatan suatu asam (Khopkar, 1990).

Banyak teori yang mendeskripsikan tentang asam. Berdasarkan teori-teori tersebut asam dapat dibagi dalam berbagai macam spesifikasi. Asam secara spesifikasi tersebut ialah asam monoprotik dan asam poliprotik. Asam lemah monoprotik (HA) di dalam larutan selalu berada dalam kesetimbangan dengan ion – ionnya (H+ dan A).

HA + OH ⇌ H2O + A

Jumlah A yang terbentuk sama dengan HA yang digunakan sehingga perbandingan

[A]/[HA] dapat ditentukan. Untuk menentukan Ka maka:

Ka=[H+]([A])/([HA])

Atau jika dinyatakan dalam -log Ka = pKa

pKa = pH + log [HA]/ [A]

Bila perbandingan [A]/[HA] = 1, maka [A] = [HA] sehingga Ka = [H+]. Perbandingan seperti ini dapat diperoleh dengan membagi larutan menjadi dua bagian yang sama. Satu bagian dinetralkan dan ditambahkan ke bagian lain yang tidak dinetralkan, sehingga [A]/[HA] = 1. Selanjutnya, dengan mengukur pH larutan, [H+] dapat diketahui dan Ka dapat ditentukan, yaitu Ka = [H+].

Asam lemah adalah salah satu yang tidak terionisasi seluruhnya ketika asam lemah tersebut dilarutkan dalam air. Asam etanoat (asam asetat) adalah asam lemah yang khas. Asam etanoat bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion hidroksonium dan ion etanoat, tetapi reaksi kebalikannya lebih baik dibandingkan dengan reaksi ke arah produk. Ion bereaksi dengan sangat mudah untuk membentuk kembali asam dan air. Asam poliprotik adalah asam yang dapat kehilangan lebih dari satu proton. Konstanta disosiasi untuk proton pertama dapat dinotasikan sebagai Ka1 dan konstanta disosiasi untuk proton yang berurutan sebagai Ka2, dan lain-lain. Asam fosfat, H3PO4, adalah contoh dari asam poliprotik karena dapat kehilangan tiga proton (Kennedy, 1990).

Pengukuran nilai pKa yang paling sederhana adalah dengan mengukur pH larutan sebagai fungsi dari konsentrasi relatif dari asam atau basa kuat yang ditambahkan dalam larutan. Metode ini cukup rumit karena bagian yang tidak bermuatan (tidak terionisasi) tidak larut dalam air. Pada keadaan ini, cara lain untuk mengukur pKa adalah dengan mengukur pKa dengan menggunakan pelarut campur dengan berbagai perbandingan yang mengekstropolasilan kurva nilai pKa yang didapat terhadap persen pelarut sampai pada 100% air (Aryani et al, 2005)

Pada prinsipnya pengukuran suatu pH meter adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan. Untuk mengukur pH dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu kalorimetri dan elektrometri atau potensiometri. Peralatan ukur pH potensiometrii secara garis besar terdiri atas electrode ukur yang sensitif, electrode referensi, electrode kompensasi suhu, dan alat ukur tegangan antara electrode ukur dan referensi (Yuliza & Gatot, 2015).

Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa) (Rivai,1995).

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Informasi dari grafik dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Titrasi potensiometri larutan asam-basa ini tidak membutuhkan indikator untuk menentukan titik ekivalen maupun titik akhirnya (Annisa, 2009).

Alat dan Bahan

Alat

Gelas kimia 50 mL 2 buah

Gelas kimia 100 mL 5 buah

Gelas kimia 250 mL 1 buah

Buret 25 mL 1 buah

Corong 1 buah

Gelas ukur 50 mL 1 buah

Pengaduk magnetik 1 buah

Klem buret 1 buah

Erlenmeyer 100 mL 6 buah

Labu takar 100 mL 1 buah

Labu takar 250 mL 1 buah

Neraca 1 buah

pH-meter 1 buah

Pipet tetes 2 buah

Pipet gondok 25 mL 1 buah

Bahan

Aquades

Fenolftalein

Larutan buffer pH 4

Larutan buffer pH 9

Larutan CH3COOH 0,1 N

Larutan NaOH 0,1 N

Cara Kerja

Metode I

  1. Larutan asam asetat dibuat dengan konsentrasi 0,1 M, 0,05 M, 0,01 M, 0,005 dan 0,001 M masing-masing 50 mL.
  2. pH setiap larutan diukur dengan menggunakan pH-meter (pH-meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan buffer)
  3. dicatat data pada lembar pengamatan

Metode II

  1. Disiapkan 25 mL asam asetat 0,1 M dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
  2. Ditambahkan indikator fenolftalin ke dalam larutan dan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Catat volum NaOH yang diperlukan
  3. Disiapkan kenbali 25 mL asam asetat 0,1 M dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Tanpa penambahan indikator, lakukan titrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 N
  4. Diukur pH pada setiap penambahan 1/5 bagian larutan NaOH sampai seluruh asam ternetralisir (berdasarkan titrasi pada langkah 1)
  5. Dihitung harga Ka dari setiap pembacaan pH dan perbandingan [A] / [HA]

Metode III

  1. Diukur 50 mL asam asetat 0,1 M dan dibagi menjadi dua bagian, masing-masing 25 mL. Bagian pertama titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N, gunakan indikator pp.
  2. Dicampurkan kedua bagian asam asetat (25 mL yang dititrasi dan 25 mL yang tidak dititrasi)
  3. Diukur pH-nya, dan ditentukan [H+] dan Ka –nya

Metode IV

  1. Dipipet 25 mL asam asetat 0,1 M dan masukkan ke dalam gelas kimia 250 mL, diencerkan dengan aquades sampai volume 100 mL
  2. Dicelupkan elektroda ke dalam larutan dan diatur kedudukan pengaduk serta buret. Diukur dan dicatat pH larutan sebelum penambahan NaOH.
  3. Ditambahkan dari buret larutan NaOH dan ukur pH-nya. Penambahan basa mula-mula selang volume 5 mL, lalu selang volume 1 mL, dan menjelang titik ekivalen selang volume 0,1 mL.
  4. Demikian pula setelah titik ekvalen tercapai, penambahan basa selang volume 0,1 mL dan terakhir selang volume 5 mL.
  5. Data yang diperoleh dibuat kurva titrasi pH vs volum penambahan NaOH dan kurva turunan pertamanya, ΔpH/ΔV vs volum titran terkoreksi
  6. Dari kurva turunan pertama, tentukan pH titik ekuivalen dan pH pada setengah titik ekuivalen, lalu hitung Ka

Data Pengamatan

Metode I

CH3COOH (M)

pH [ H+]

Ka

0,1

5,8

10^(-5,8) 2,5 x 10^(-12)

0,05

6,2

10^-(6,2) 7.96×10^(-12)
0,01

7,0

10^(-7) 10^(-12)

0,05

7,1 10^(-7,1) 1.261× 10^(-12)

0,001

7,7 10^(-7,7) 0.398× 10^(-12)
Ka rata-rata 2.62× 10^(-12)

Metode II

NaOH volume [A]/[HA] pH [H+]

Ka

1/5 dari

1/4 4,6 10-4,6

6, 280 x 10-6

2/5 dari

2/3 5,1 10-5,1

5,295 x 10-6

3/5 dari

3/2 6,1 10-6,1

1,191 x 10-6

4/5 dari

4/1 6,5 10-6,5

1,265 x 10-6

5/5 dari

8,7

10-8,7

2,892 x 10^(-6)

Ka rata-rata

2,892 x 10^(-6)

Metode III

pH campuran dari dua bagian larutan asam asetat 5,3

[H+] = 10-5,3

Ka = 10-5,3

Metode IV

Sejumlah 25 mL asam asetat 0,1 M dititrasi dengan NaOH 0,1667 M

No.

Titrasi Normal

Turunan Pertama

V

pH Volum terkoreksi (mL)

ΔpH/ΔV

1

0

2,39 0

 0

2

0,5

2,40 0,25

0,02

3 1 2,71 0,75

0,62

4 1,5 2,90 1,25

0,38

5 2 4,04 1,75

2,28

6 2,5 4,16 2,25

0,24

7 3 4,25 2,75

0,18

8

3,5

4,34 3,25

0,18

9 4 4,42 3,75

0,16

10 4,5 4,49 4,25

0,14

11 5 4,55 4,75

0,12

12 5,5 4,62 5,25

0,14

13 6 4,68 5,75

0,12

14 6,5 4,74 6,25

0,12

15 7 4,80 6,75

0,12

16 7,5 4,85 7,25

0,1

17 8 4,91 7,75

0,12

18 8,5 4,97 8,25

0,12

19 9 5,03 8,75

0,12

20 9,5 5,09 9,25

0,12

21 10 5,16 9,75

0,14

22 10,5 5,22 10,25

0,12

23 11 5,29 10,75

0,14

24 11,5 5,37 11,25

0,16

25 12 5,46 11,75

0,18

26 12,5 5,55 12,25

0,18

27 13 5,67 12,75

0,24

28 13,5 5,81 13,25

0,28

29 14 6,0 13,75

0,38

30 14,5 6,32 14,25

0,64

31 15 9,57 14,75

6,5

32 15,5 11,31 15,25

3,48

33 16 11,61 15,75

0,6

34 16,5 11,78 16,25

0,34

35 17 11,90 16,75

0,24

36 17,5 11,99 17,25

0,18

37 18 12,06 17,75

0,14

38 18,5 12,12 18,25

0,12

39 19 12,17 18,75

0,1

40 19,5 12,22 19,25

0,1

41 20 12,25 19,75

0,06

Analisis Data

Metode 1

CH3COOH (M) [H+]

Perhitungan Ka

0,1

pH=5,8

[H^+ ]=10^(-5,8)

M = [CH3COOH]× val

M = 0,1 × 1 M

= 0,1 M

Ka=[H^+ ]^2/M

Ka=[10^(-5,8) ]^2/(0,1 )

= 2.5×10^(-12)

0,05 pH=6,2

[H^+ ]=10^(-6,2)

M = [CH3COOH]× val

M = 0,05 × 1 M = 0,05 M

Ka=[H^+ ]^2/M

Ka=[10^(-6,2) ]^2/(0,05 )

= 7.96×10^(-12)

0,01 pH=7,0

[H^+ ]=10^(-7)

M = [CH3COOH]× val

M = 0,01× 1 M = 0,01 M

Ka=[H^+ ]^2/M

Ka=[10^(-7) ]^2/(0,01 )

= 10^(-12)

0,005 pH=7,1

[H^+ ]=10^(-7,1)

M = [CH3COOH]× val

M = 0,005× 1 M = 0,005 M

Ka=[H^+ ]^2/M

Ka=[10^(-7,1 ) ]^2/(0,005 )=

1.261× 10^(-12)

0,001 pH=7,7

[H^+ ]=10^(-7,7)

M = [CH3COOH]× val

M = 0,001× 1 M = 0,001 M

Ka=[H^+ ]^2/M

Ka=[10^(-7,7 ) ]^2/(0,001 )

= 3,98× 10^(-13)

Harga Ka rata rata 2.62× 10^(-12)

kesalahan= (I Teori-Hasil I)/(I teori I) x 100%

kesalahan= (1,8 x 10^(-5) – 2.62× 10^(-12))/(1,8 x 10^(-5) ) x 100%

kesalahan= 99.99%

Ketelitian=100%-99.99%

Ketelitian=0.01%

Metode II

NaOH

volume

[A]/[HA] pH [H+]

Ka

1/5 dari 1/4 4,6 10-4,6 Ka = [H+] x ([A-])/([HA])

= 10-4,6 x 1/4

= 6, 280 x 10^-6

2/5 dari 2/3 5,1 10-5,1 Ka = [H+] x ([A-])/([HA])

= 10-5,1 x 2/3

= 5,295 x 10-6

3/5 dari 3/2 6,1 10-6,1 Ka = [H+] x ([A-])/([HA])

= 10-6,1 x 3/2

= 1,191 x 10-6

4/5 dari 4/1 6,5 10-6,5 Ka = [H+] x ([A-])/([HA])

= 10-6,5 x 4/1

= 1,265 x 10-6

5/5 dari 8,7 10-8,7 – (bersifat basa)
Ka rata-rata Ka rata-rata =

((6,280 x 10^(-6) )+(5,295 x 10^(-6) )+(1,191 x 10^(-6) )+(1,265 x 10^(-6)))/4

= (1,157 x 10^(-5))/4

=2,892 x 10^(-6)

Kesalahan = (I Teori-Hasil l)/(I teori I)x 100%

= (1,8 x 10^(-5) – 2,892 x 10^(-6))/(1,8 x 10^(-5) ) x 100%

= (1,5108 x 10^(-5))/(1,8 x 10^(-5) ) x100%

= 83,933%

Ketelitian = 100% – 83,933%

= 16,067%

Metode III

pH campuran dari dua bagian larutan asam asetat adalah 5,30

[H+] = 10-5,3

Ka = [H+]

= 10-53

Kesalahan = (I Teori-Hasi l)/(I teori I)x 100%

= (1,8 x 10^(-5) – 10^(-5,3))/(1,8 x 10^(-5) ) x 100%

= (1,5108 x 10^(-5))/(1,8 x 10^(-5) ) x100%

= 72.15%

Ketelitian = 100% – 72,15%

= 27,85%

Metode IV

Menghitung Nilai Volume Terkoreksi

V^’= (V_(n )+ V_(n-1))/2

Menghitung ΔpH/ΔV

ΔpH/ΔV = ((pH)n -(pH)n-1 / (V)n – (V) n-1) )

Titik ekivalen tercapai pada pH 6,5 dan volum titran 14,9 ml

pH pada setengah volum titik ekivalen 3,5

pKa = 3,5

Ka = 10-3,5 = 3.16×10−4

Pembahasan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan tetapan dissosiasi asam lemah (Ka) dengan menggunakan Ph-Meter. Konstanta disosiasi (Ka) berhubungan dengan derajat disosiasi. Derajat disosiasi bergantung pada konsentrasi sehingga derajat ionisasi tidak bisa dijadikan pengukuran kekuatan asam atau basa. Namun, nilai kesetimbangan disosiasi, tidak bergantung pada konsentrasi tetapi bergantung pada keaktifan asam sehingga dapat dijadikan ukuran kuantitatif untuk kekuatan asam atau basa itu (Svehla, 1990).

Asam lemah adalah salah satu yang tidak terionisasi seluruhnya ketika asam lemah tersebut dilarutkan dalam air. Asam etanoat (asam asetat) adalah asam lemah yang khas. Asam etanoat bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion hidroksonium dan ion etanoat, tetapi reaksi kebalikannya lebih baik dibandingkan dengan reaksi ke arah produk. Ion bereaksi dengan sangat mudah untuk membentuk kembali asam dan air. Asam poliprotik adalah asam yang dapat kehilangan lebih dari satu proton. Konstanta disosiasi untuk proton pertama dapat dinotasikan sebagai Ka1 dan konstanta disosiasi untuk proton yang berurutan sebagai Ka2, dan lain-lain. Asam fosfat, H3PO4, adalah contoh dari asam poliprotik karena dapat kehilangan tiga proton (Kennedy, 1990).

Pada percobaan metode 1 yaitu dilakukan pengukuran pH pada larutan asam asetat pada konsetrasi 1 M, 0,05 M, 0,01 M, 0,005 dan 0,001 M masing-masing 50 mL. pengukuran dilakukan menggunakan pH meter. Alat ini berprinsip pada konduktivitas suatu larutan. Potensial elektrokimia yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang belum diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukuranya relatif kecil dan aktif. Elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia dari ion hydrogen. Pada metode ini dihasilkan pH yang cenderung semakin besar seiring berkurangnya konsentrasi larutan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pH semakin menuju ke basa. Harga pH yang telah didapatkan digunakan untuk menentukan harga Ka dari larutan asam asetat dari masing-masing konsentrasi. Sehingga pada percobaan ini didapatkan harga Ka rata-rata sebesar 2,62 x 10-12. Harga Ka yang didapatkan masih sangat jauh dari harga Ka asam asetat secara teori yaitu 1,8 x 10-5. Ketelitian yang didapatkan hanya sebesar 0,01%. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi pengukuran dengan pH meter diantaranya yaitu, perbedaan suhu pada saat kalibrasi dan pada saat pengukuran, penggunaan elektroda yang tidak sesuai, tidak melakukan kalibrasi secara berkala, dsb.

Setelah melakukan percobaan metode 1, kemudian dilanjutkan dengan percobaan menggunakan metode ke 2. Pada metode 2, dilakukan pengukuran pH dengan melakukan titrasi asam asetat menggunakan larutan NaOH. Titrasi yang pertama dilakukan dengan ditambahkan phenolftalin sebagai indikator titik akhir titrasi, dimana warna larutan yang dititrasi akan berubah menjadi warna merah muda setelah mencapai akhir titik titrasi. Kemudian dilakukan titrasi yang kedua yaitu larutan asam asetat dititrasi dengan larutan NaOH, namun pada titrasi yang kedua tidak ditambah dengan indikator phenolftalin. pH diukur setiap penambahan 1/5 bagian NaOH sampai seluruh asam ternetralisir berdasarkan titrasi yang pertama. Reaksi yang terjadi pada titrasi ini yaitu: CH3COOH (aq) + NaOH(aq) ⇄ CH3COONa(aq) + H2O (aq). Pada percobaan ini didapatkan harga Ka rata-rata yaitu 2,892 x 10-6. Kecenderunganya pada metode ini, semakin kecil perbandingan (jumlah bagian asam asetat semakin kecil dibanding NaOH) maka tetapan disosiasi cenderung semakin besar. Ketelitian yang didapat yaitu sebesar 16,067%.

Kemudian adalah percobaan metode 3, pengukuran pH pada metode ini dilakukan pertama yaitu dengan membagi larutan asam asetat 0,1 M dengan volume 50 mL menjadi 2 bagian yaitu masing-masing larutan menjadi 25 mL. Pada bagian larutan asam asetat yang pertama dititrasi dengan larutan NaOH 0,1N. Sebelum dititrasi larutan asam asetat ditambah dengan indikator phenolftalin sebagai indikator titik akhir titrasi, dimana warna larutan yang dititrasi akan berubah menjadi warna merah muda setelah mencapai akhir titik titrasi. Setelah larutan asam asetat selesai dititrasi, kemudian ditambahkan dengan larutan asam asetat pada bagian kedua yang tidak dititrasi. Campuran larutan tersebut diukur pH nya menggunakan pH meter. pH yang didapat yaitu sekitar 5,3 sehingga didapatkan harga Ka nya yaitu 10-53 dengan ketelitian sebesar 27,85%.

Percobaan terakhir adalah dengan metode ke 4. Pada percobaan ini, pengukuran dilakukan dengan mengencerkan asam asetat 0,1 M pada 100 mL aquades. Kemudian diambil 25 mL asam asetat untuk dititrasi menggunakan larutan NaOH. Sebelum itu, ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan asam asetat dimasukkan pengaduk magnetic yang berfungsi sebagai pengaduk. Selain pengaduk, dimasukkan juga elektroda pH. Elektoda tidak boleh sampai menyentuh pengaduk, karena apabila terkena maka elektrodanya akan pecah. Elektroda pH digunakan untuk menentukan titik ekivalen yang dititrasi. Sebelum dititrasi, larutan diukur pHnya. Kemudian setelah itu dilakukan titrasi menggunakan larutan NaOH.

Penambahan basa mula-mula selang volume 5 mL, lalu selang volume 1 mL, dan menjelang titik ekivalen selang volume 0,1 mL. Demikian pula setelah titik ekvalen tercapai, penambahan basa selang volume 0,1 mL dan terakhir selang volume 5 mL. Pada hasil titrasi didapatkan data pH yang kemudian dibuat kurva titrasi pH vs volume penambahan NaOH dan kurva turunan pertamanya, ΔpH/ΔV vs volum titran terkoreksi. Kurva yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Titik ekuivalen dari titrasi asam asetat dengan NaOH dapat diketahui melalui kurva diatas. Penambahan larutan basa (NaOH) menaikkan pH larutan mula-mula secara perlahan. Kurva saat mencapai titik ekuivalen memiliki bentuk yang hampir lurus (vertikal). Peningkatan nilai pH secara tajam saat mendekati titik ekuivelen, dan akan meningkat perlahan setelah melewati titik ekuivalen dan titrasi dihentikan saat peningkatan pH sudah konstan. Nilai pH pada titik ekuivalen diperoleh dengan asumsi bahwa pH pada volume separuh volume titik ekuivalen. Berdasarkan grafik tersebut volume ekuivalen berada pada 14,9 ml, sehingga pH pada titik ekuivalennya adalah 6,5. pH pada setengah volume titik ekivalen yaitu 3,5. Sehingga pada pH tersebut didapatkan harga Ka yaitu 10-3,5 = 3.16×10−4.

Simpulan

Pada percobaan di atas, didapatkan harga Ka dari keempat metode. Metode 1 didapatkan harga Ka rata-rata sebesar 2,62 x 10-12. Metode 2 didapatkan harga Ka rata-rata yaitu 2,892 x 10-6. Metode 3 didapatkan harga Ka yaitu 10-53. Metode 4 didapatkan harga Ka yaitu 10-3,5 = 3.16×10−4.

Saran

Sebaiknya sebelum melakukan pengukuran menggunakan pH meter, pH meter dapat dikalibrasi terlebih dahulu dengan prosedur yang benar agar pengukuran pH dapat diperoleh secara akurat.

Daftar Pustaka

Annisa. 2009. Hubungan antara Asupan Natrium, Kalium, Kalsium dengan Hipertensi di Puskesmas Merbangsan Yogyakarta. Disertasi, Universitas Gajah Mada.

Aryani, N.L Dewi., Sukardjo, Bambang., Purwanto, Bambang., Susilowati, Rully. 2005. Penetapan Nilai Tetapan Keasaman (pKa) Asam Pipemidat Secara Spektrofotometri Lembayung Ultra. Jurnal Artocarpus. 5 (01): 33-39.

Kemedy, J.H. 1990. Analytical Chemistry Principle, 2nd ed. New York: Saunders College Publishing.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press

Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Yuliza. Susanto, Gatot., 2015. Perancangan ph Meter Pada Boiler Hrsg Berbasis Arduino. Jurnal Sinergi. 19 (01): 37-44

Baca Artikel Lainnya

Perbedaan Body Lotion dengan Body Serum & Perbedaan Body Scrub dengan Lulur

Perbedaan Body Lotion dan Body Serum Body lotion dan body serum adalah dua produk perawatan kulit yang berbeda, meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memperbaiki dan melembabkan kulit.

Diversifikasi Portofolio: Strategi Penting untuk Investasi yang Sukses

Investasi saham merupakan cara yang baik untuk memperoleh keuntungan dalam jangka panjang. Namun, seperti investasi lainnya, investasi saham juga memiliki risiko. Salah satu cara untuk mengurangi risiko dan memaksimalkan keuntungan

Mekanisme Reaksi Eliminasi E1 (Unimolekuler) & Reaksi Eliminasi E2 (Bimolekuler)

Reaksi Eliminasi Reaksi eliminasi adalah reaksi organik ketika dua substituen dilepaskan dari suatu molekul substrat membentuk ikatan rangkap. Pada sebagian besar reaksi eliminasi organik, di mana sepasang atom atau kelompok

Say Goodbye to Komedo: Cara Efektif dan Produk Rekomendasi untuk Menghilangkan Komedo

Faktor Penyebab Komedo Komedo adalah masalah kulit yang umum dijumpai oleh banyak orang, terutama pada area wajah. Komedo muncul karena adanya peningkatan produksi minyak di dalam kulit. Minyak ini dikeluarkan

Pengertian, Prinsip Dasar, Komponen-Komponen dan Cara Kalibrasi pH Meter

Pengertian dan Prinsip Dasar pH Meter Instrumen pH meter adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk menentukan pH atau tingkat keasaman dari suatu sistem larutan. (Beran, 1996). Pada prinsipnya pengukuran suatu

Makalah Reaksi Substitusi SN2: Mekanisme Reaksi SN2, Kestabilan Reaksi SN2, Kinetika SN2, Dan Stereokimia SN2

Substitusi Nukleofilik Reaksi substitusi nukleofilik adalah reaksi ketika suatu nukleofil secara selektif menyerang suatu molekul bermuatan positif atau parsial positif. Saat hal tersebut terjadi, nukleofil akan menggantikan gugus pergi. Pada