Table of Contents

Laporan Praktikum Kimia Anorganik: Pembuatan Tetraamintembaga (II) Sulfat

Tujuan Percobaan

Mempelajari pembuatan garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat sebagai hasil reaksi antara kupri sulfat dengan amoniak dan sifat-sifatnya.

Landasan Teori

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan. Ikatan ini terjadi ketika ion logam menyediakan orbital kosong bagi pasangan elektron ligan untuk berkoordinasi (Elmila et all, 2010).

Pada beberapa senyawa kompleks koordinasi, ikatan antara ion logam dan ligan tidak begitu kuat. Bila dilarutkan dalam air, senyawa-senyawa kompleks yang memiliki bilangan koordinasi lebih dari satu berlangsung bertahap dalam penambahan ligan satu per satu. Bilangan koordinasi untuk ion tembaga dalam [Cu (NH3)4]2+ adalah 4. Kristal CuCl2.6H2O dan Kristal CuSO4. 5H2O adalah kristal yang berhidrat atau mengikat air, sehingga jika dilarutkan dalam pelarut air akan menyebabkan Kristal Cu2+ berhidrat menjadi lebih banyak dilingkupi air (Imeng,2011). Ion logam tembaga di alam digunakan dalam banyak reaksi-reaksi kimia termasuk penggunaan oksigen. Tembaga dapat dengan mudah mengalami reaksi redoks dengan satu elektron dan mampu menghasilkan sebuah kation donor Cu+, yang mana tidak radikal. Oleh karena itu,tembaga sangat penting dalam pengikatan dioksigen juga dalam aktivasi dioksigen (Nurlisa et.all, 2010).

Kristal CuSO4.5H2O merupakan salah satu bahan yang banyak dibutuhkan di industri. Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat luas. Diantaranya yaitu sebagai fungisida yang merupakan pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan akibat penyakit, reagen analisa kimia, sintesis senyawa organik, pelapisan anti fokling pada kapal, sebagai kabel tembaga, electromagnet, papan sirkuit, solder bebas timbal, dan magneton dalam oven microwave. Kristal CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan dan hingga terbentuk kristal. Selain dengan bahan baku logam tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk sponge yang diperoleh dari larutan CuCl2 (Fitrony et.all, 2013).

Garam-garam tembaga (II) umumnya berbentuk biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air. Logam Cu dan beberapa bentuk per senyawaannya seperti CuO, CuCO3, Cu(OH)2, dan Cu(CN)2 tidak dapat larut dalam air dingin atau air panas, tetapi dapat dilarutkan dalam asam. Kristal CuSO4 anhidrat berwarna putih, tetapi CuSO4. 5H2O yaitu mengandung lima buah molekul air berwarna biru agak tua. Senyawa CuSO4·5H2O yang berwarna biru merupakan senyawa yang tidak berbau, memiliki titik lebur 150°C, memiliki kelarutan dalam air sebesar 22,37% pada temperatur 0°C dan 117,95% pada temperatur 100°C, larut dalam metanol, gliserol, dan sedikit larut dalam etanol. Senyawa CuSO4·5H2O dengan segiempat planar [Cu(H2O)4]2+ dengan dua sulfat atom O melengkapi tempat yang tersisa dalam perpanjangan koordinasi octahedral (Wandari, 2018).

Metode pembuatan senyawa kompleks yang umum digunakan adalah melalui reaksi substitusi (penggantian). Misalnya pembuatan [Cu(NH3)4]SO4 dapat dilakukan dengan mencampurkan larutan CuSO4 dalam air dengan NH3 melalui reaksi :

[Cu(H2O)4]2+(aq) + 4 NH3(aq) [Cu (NH3)4]2+(aq) + 4H2O(aq)

Garam kompleks [Cu(NH3)4]2+SO4 yang terjadi akan membentuk kristal biru gelap pada penambahan etanol (Jumaeri et.all, 2020).

Tembaga (I), Cu2+, senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga tak larut dalam air, perilakunya mirip senyawa perak (I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa Tembaga (II) Oksida, CuO hitam. Garam-garam Tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat,padat,maupun dalam larutan air. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti Tembaga(II) Sulfat Anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning) (Svehla, 1990).

Alat Dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu pembakar spirtus, gelas kimia, penjepit tabung, cawan porselen, ball pipet, gelas arloji, pipet volume 5 ml, pipet ukur, gelas beker 100 ml, kertas saring dan tabung reaksi. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu kristal CuSO4.5H2O, amonia pekat, etil alkohol 96%, larutan ammonia pekat, larutan NH3 10%, larutan CUSO4 0,025 M, dan larutan FeCl3 0,025 M.

Skema Kerja

Garam kompleks tetraamin tembaga(II) sulfat

Praktikum pertama kali dilakukan dengan pembuatan garam kompleks tetraammintembaga (II) sulfat. Ditimbang 2,5 gr CuSO4.5H2O kemudian dilarutkan dengan 5 mL H2O dalam beker gelas. Ditambahkan 12,5 mL NH3 10%, dan diaduk hingga homogen. Ditambahkan 4 ml etil alkohol 96% secara perlahan-lahan melalui dinding beker sehingga larutan tertutupi oleh alkohol. Larutan tidak boleh diaduk atau digoyang. Kemudian, ditutup dengan gelas arloji dan dibiarkan sampai mengendap sempurna. Diamkan atau disimpan dalam kulkas selama semalaman hingga terbentuk kristal. Setelah itu, kristal dipisahkan dengan penyaringan. Kristal dicuci dengan 2 ml campuran ammonia pekat dengan etil alkohol (1:1). Kristal dikeringkan dalam oven hingga kadar airnya hilang (sekitar 15 menit). Kemudian, kristal kering yang dihasilkan ditimbang dan ditentukan berapa mol ammonia yang digunakan serta hitung rendemen hasil yang didapat.

(Gambar 1. Skema Pembuatan kompleks tetraamin tembaga(II) sulfat)

Mempelajari sifat-sifat garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat

Setelah pembuatan garam, kemudian dipelajari sifat-sifat garam kompleks tetrammintembaga(II) sulfat tersebut. Langkah yang pertama adalah melarutkan sedikit garam hasil percobaan dalam 5 ml H2O dan diamati warnanya. Kemudian diencerkan 20 ml H2O dan dicatat perubahan warnanya. Setelah itu, sedikit garam kering hasil percobaan ditempatkan dalam tabung reaksi, dipanaskan pelan-pelan, dan dicatat perubahan warnanya.

(Gambar 2. Skema mempelajari sifat-sifat garam tetraamintembaga(II) sulfat)

Karakterisasi

Langkah selanjutnya adalah karakterisasi. Sejumlah massa 0,1 M garam Mohr ditimbang kemudian dilarutkan dengan 10 mL akuades. Diukur sSpektrum absorbansi pada daerah 300-800 nm. Kemudian direaksikan 2 mL larutan tersebut dengan 1mL NH4CN 0,5M. Diamati perubahan yang terjadi dan diukur spektrum absoransi pada daerah 300-800 nm. Selanjutnya, dibuat larutan CuSO4, MgCl2, FeCl3, dan senyawa- hasil sintesis, masing-masing dengan konsentrasi 0,025 M sebanyak 25 mL. Diukur konduktivitasnya dan dibandingkan dengan konduktivitas sampel.

(Gambar 3. Skema karakterisasi tetraamintembaga(II) sulfat)

Hasil Pengamatan

Warna larutan mula-mula

CuSO4 : biru

NH3 : tak berwarna (bening)

Perubahan yang terjadi setelah kedua larutan direaksikan :

Larutan berubah warna menjadi biru muda dan lebih keruh.

Perubahan yang terjadi setelah ditambah alkohol :

Larutan menjadi lebih kental, terdapat endapan berwarna biru, dan terlihat seperti ada dua lapisan.

Perubahan yang terjadi setelah penyaringan :

    • Setelah disaring dan dicuci terdapat residu/endapan seperti bubur berwarna biru karena masih terdapat kandungan air yang tinggi. Filtrat berwarna biru bening (transparan).
    • Setelah dioven terlihat kristal berwarna biru.

Perubahan yang terjadi setelah garam dilarutkan dalam :

    • sedikit air : Larutan menjadi berwarna biru transparan (bening), kristal larut lebih lama.
    • air berlebihan : Larutan menjadi lebih bening dari sebelumnya, larutan bagian atas lebih bening daripada bagian bawah karena belum tercampur homogen.

Perubahan yang terjadi setelah garam dipanaskan :

Sebagian kristal berubah menjadi warna putih.

Hasil karakterisasi

Perubahan yang terjadi setelah larutan garam ditambah KCN 0,5 N: Larutan berubah warna menjadi bening.

Absorbansi Spektrofotometer UV-Vis

Larutan garam Larutan garam + KCN 0,5 N Absorbansi
max (A)
1,689 0,27 480 nm

Konduktivitas

Larutan Suhu (oC) Konduktivitas (µS/cm)
Garam Tetraamintembaga (II) sulfat 0,025 M 28,8 5,30
FeCl3 0,025 M 27,1 3,66
CuSO4 0,025 M 28,4 2,23

Reaksi – reaksi yang terjadi :

CuSO4.5H2O (s) + air

CuSO4.5H2O (s) + H2O (l) → [Cu(H2O)6]SO4 (aq)

[Cu(H2O)6]SO4 (aq) + amonia

4NH3(aq) + CuSO4.5H2O(s) →  Cu(NH3)4SO4.5H2O(aq) 

Cu(NH3)4SO4] (aq) + etanol

4NH3(aq) + CuSO4.5H2O(s) →  Cu(NH3)4SO4.5H2O(aq) 

Reaksi dengan etil alkohol 

Cu2+(aq) + 2OH(aq) →Cu(OH)2(aq)

Reaksi dengan amonium hidroksida:

4NH4OH(aq) + CuSO4.5H2O(s) + H2O(l) → Cu(NH3)4SO4.H2O(s) + 8H2O(l)

Cu(NH3)4SO4.H2O(s) dilarutkan dalam air

Cu(NH3)4SO4.H2O(s)+ H2O(l)  → [Cu(NH3)4]SO4(aq) + 2H2O(l)

Cu(NH3)4SO4.H2O(s) dilarutkan dalam air berlebih

Cu(NH3)4SO4.H2O(s)+ H2O(l)  → [Cu(NH3)4]2+ (aq) + SO42-(aq) + 2H2O(l)

Cu(NH3)2SO4.H2O(s) dipanaskan

Cu(NH3)2SO4.H2O(s) → CuSO4(s) + H2O(l) + 2NH3 (g)

CuSO4.5H2O + KCN

CuSO4.5H2O (s) + KCN (aq) → Cu(CN)2 (aq) + K2SO4 (aq)

Analisis Data

Massa awal CuSO4.5H2O                 = 2,5000 gram

Massa tetraamin hasil praktikum = 1,0972 gram

Mol CuSO4.5H2O = 0,0100 mol

Menghitung Massa NH3,

ρ NH3=(m NH3)/(V NH3 )

m NH3= ρ NH3×V NH3

m NH3= 0,6942 g/mL× 12,5 mL

m NH3= 8,6775 gram

Menghitung Mol NH3

n NH3=(m NH3)/(Mr NH3)

n NH3=(8,6775 g)/(17 g/mol)=0,510 mol

Menghitung Rendemen

CuSO4.5H2O  + 4 NH3      🡪  Cu(NH3)4SO₄ + 5H₂O

Mula-mula 0,01 mol 0,510 mol
Bereaksi 0,01 mol 0,04 mol 0,01 mol 0,05 mol
Sisa 0,47 mol 0,01 mol 0,05 mol

Massa secara teoritis Cu(NH3)4SO₄ = mol x Mr

= 0,0100 x 228

= 2,28 gram

Rendemen = (berat hasil)/(berat teori) × 100 %

Rendemen = (1,0972 gram)/(2,28 gram) ×100 %

Rendemen = 48,12 %

Pembahasan

Pembuatan garam kompleks tetrammin tembaga(II) sulfat

Percobaan ini adalah mengenai pembuatan garam kompleks. Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, prosesnya disebut netralisasi dimana sejumlah asam dan basa murni yang ekivalen dicampur dan larutannya diuapkan sehingga akan tertinggal suatu kristal yang tidak memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau basa (Svehla, 1990). Percobaanya adalah dengan membuat garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat. CuSO4.5H2O direaksikan H2O dan diperoleh larutan bewarna biru muda warna biru merupakan warna dari Cu2+ Kemudian direaksikan asam ammonia (NH3) pekat yang dilakukan dalam ruang asam, karena ammonium yang digunakan bersifat pekat dan mudah menguap. Larutan yang dihasilkan berwarna biru lebih muda. Ammonia pekat bertindak sebagai ligan yang akan menggantikan ligan pergi (H2O). (Imeng, 2011)

Menambahkan etil alkohol pada larutan melalui dinding gelas beaker sehingga larutan tertutupi oleh etil alkohol. Penambahan etil alkohol bertujuan untuk mengikat molekul air yang terdapat dalam larutan yang mungkin dapat menggangu proses pengendapan. Menutup larutan dengan kaca arloji untuk menghindari kontak dengan udara, lalu mendiamkan selama semalam untuk proses pembentukan Kristal. Etil alkohol adalah pelarut yang baik untuk senyawa yang ionik, karena tetapan dielektriknya rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion.

Larutan yang dihasilkan berwarna biru dengan adanya endapan. dicuci dengan campuran ammonia pekat : etil alkohol (1:1) yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan kontaminan yang terdapat dalam endapan karena molekul pelarut ammonia akan menarik molekul-molekul ammonia sisa yang mungkin tidak bereaksi, sedangkan etil alkohol akan menarik molekul etil alkohol yang sebelumnya ditambahkan. Hidrat CuSO4.5H2O tepatnya adalah sebagai Cu(H2O)4SO4. H2O, empat molekul air terikat pada ion Cu2+ sedangkan yang satunya lagi terikat pada gugus SO42−. (Fitrony et.all, 2013)

Endapan dikeringkan didalam oven agar terbebas dari filtratnya, lalu menimbang berat setelah pengeringan, dan diperoleh berat sebesar 1,0972 gram. Kristal yang dihasilkan berwarna biru yang merupakan kristal dari garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat. Rendemen kristal yang terbentuk dihitung, rendemen yang dihasilkan adalah 48,12%. Hal ini menunjukkan cukup sedikit garam yang terbentuk dari percobaan ini yaitu hanya sebesar 48,12%. Hal ini seusai dengan perhitungan secara teori.

Mempelajari sifat-sifat garam kompleks tetraamin tembaga(II) sulfat

Percobaan kedua adalah mengenai sifat-sifat garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat. Untuk membandingkan sifat yang ada pada garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat dengan melarutkan sedikit garam hasil percobaan dalam H2O dan menghasilkan warna biru tua menandakan tembaga yang terlalu masih sangat pekat dengan konsentrasi yang tinggi. Kemudian mengencerkan dengan H2O membentuk produk (Cu(OH)5)2+  yang berwarna biru muda hal ini menandakan terjadi penurunan konsentrasi dengan penambahan aquades yang lebih sehingga warna tidak pekat dan lebih bening dari warna penambahan air yang sedikit. Reaksi yang terjadi pada garam tunggal yaitu:

CuSO4 + 5H2O            🡪    (Cu(OH)5)2+  + SO42-    (Svehla, 1990)

Larutan ini merupakan garam tunggal Cu(II) yang memiliki warna biru baik dalam bentuk hidrat, padat maupun dalam larutan air, warna ini khas untuk ion tetra akuokuprat(II) (Wandari, 2018). Garam kompleks yang dilarutkan dalam air tidak membentuk ion-ionya namun menjadi ion-ion kompleksnya. Reaksi yang terjadi adalah:

Cu(NH3)4 SO4 + 2H2O          🡪         [ Cu(OH2)( NH3)4]2+ + SO4 2- (Svehla, 1990)

Perlakuan selanjutnya adalah memanaskan larutan garam kompleks selama beberapa menit. Larutan garam kompleks setelah dipanaskan mengalami perubahan warna dari biru menjadi kristal biru dan sedikit putih. Saat dipanaskan menghasilkan gas ammonia yang terbentuk dari senyawa kompleks [Cu(OH2)( NH3)4]2 +.

Konfigurasi elektron tembaga adalah [Ar] 3d10 4s1. ketika tembaga memiliki bilangan oksidasi 2+. Jadi konfigurasinya menjadi 3d9. Artinya memiliki orbital 4s kosong dan orbital 4p orbital dan 4d dan orbital 3d mengandung satu elektron tidak berpasangan.

NH3 adalah ligan kuat sehingga harus memasangkan semua elektron tetapi Orbital 3d hanya berisi satu elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak ada peluang untuk berpasangan. Oleh karena itu untuk NH3 harus menyumbangkan pasangan mandiri di subkulit s dan p yang kosong. oleh karena itu harus dilakukan hibridisasi sp3. Tetapi jika ini benar maka [Cu(NH3)4]SO4 harus memiliki geometri tetrahedral tetapi secara praktis ditemukan bahwa ia memiliki geometri bidang persegi . Jadi tidak mengalami hibridisasi sp3.

Diketahui bahwa elektron tak berpasangan yang ada di subkulit 3d bergeser ke orbital 4p. NH3 akan menyumbangkan pasangan elektron bebasnya. Perhatikan bahwa dalam hal ini ia akan menyumbangkan 1 pasang elektron dalam Orbital 3d dan satu orbital di 4s dan tersisa dua pasang pada orbital 4px dan 4py sehingga harus mengalami hibridisasi dsp2. Namun elektron tak berpasangan yang ada pada orbital 4p akan mengalami tolakan elektronik sehingga mudah hilang artinya jika mengalami hibridisasi dsp2 maka Cu2+ akan teroksidasi menjadi Cu3+. Artinya ion kompleks tidak stabil, tetapi kompleks ini juga stabil. untuk menjelaskan kestabilan dan geometri bidang persegi kompleks Huggins mengemukakan bahwa elektron yang tidak berpasangan akan tetap berada dalam orbital 3d dan NH3 akan menyumbangkan satu pasang elektronnya di orbital s dan satu pasang elektron di orbital px dan satu pasang di orbital py Orbital. pz akan tetap kosong dan akan mendonasikan pasangan elektron bebasnya yang tersisa dalam orbital 4d. sehingga hibridisasi [Cu(NH3)4]SO4 adalah sp2d.


Karakterisasi

Percobaan terakhir adalah mengenai karakterisasi garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat. Pertama yaitu menimbang massa sejumlah 0,1 M dari garam Mohr hasil praktikum yang diperoleh kemudian dilarutkan dengan 10 mL akuades. Mengukur spektrum absorbansi pada daerah 300-800 nm. Setelah itu mereaksikan 2 mL larutan tersebut dengan 1 mL NH4CN 0,5 M. Daerah 300-800 nm adalah daerah kerja sinar tampak (visibel). Untuk mengukur kandungan ion logam atau senyawa lainnya pada larutan yang berwarna yang digunakan adalah anion CN. Anion ini digunakan untuk menggantikan ligan NH3 yang ada senyawa tetraamin tembaga (II) sulfat. Apabila larutan berubah warna berarti ligan NH3 telah tergantikan oleh ligan CN. Pada hibridisasi [Cu(NH3)4]SO4 adalah sp2d. Pada [Cu(NH3)4]SO4 memiliki geometri molekul piramidal persegi. Panjang gelombang maksimal dengan menggunakan absrobansi pada absrobansi 480nm yang terabsobansi warna biru. Panjang ikatan antar atom jarak Cu-N dan Cu-O masing-masing sekitar 210 dan 233 pm.

Pada uji karakter konduktivita dari garam tetramintembaga (II) sulfat dilakukan dengan membandingkan konduktivitas dari larutan garam lain (FeCl3 dan CuSO4). dengan alat Hasil pengukuran konduktometri percobaan sintesis garam tetraamin tembaga (II) sulfat yaitu larutan tetraamin tembaga (II) sulfat 53,0 𝜇S/cm, larutan , FeCl3 0,025 M 36,6 𝜇S/cm, dan CuSO4 0,025 M 22,3 𝜇S/cm. Dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas tertinggi yaitu Tetraamin tembaga (II) sulfat.

Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas tetapi pada praktikum konsentrasi dari larutan Tetraamin tembaga (II) sulfat. Daya hantar suatu larutan tergantung dari jumlah ion yang ada, dan kecepatan dari ion-ion pada beda potensial antara kedua elektroda. Saat mengukur konduktivitas, elektroda konduktiviti tercelup seluruhnya ke dalam larutan agar elektroda mengukur daya hantar listrik larutan secara benar.

Kesimpulan

Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga(II) sulfat dapat dibuat dari reaksi antara kupri sulfat dengan amoniak serta dengan air, proses pembuatannya diperlukan waktu satu hari sampai terbentuknya kristal. Kristal yang dihasilkan berwarna biru, massa kristal yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebesar 1,0972gram dan rendemen dari kristal adalah sebesar 48,12 %. Sifat dari garam kompleks yakni jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi kompleks dan ionnya, sedangkan sifat garam rangkap jika dilarutkan dalam air akan terionisasi menjadi ion-ion pembentuknya. Pada hibridisasi [Cu(NH3)4]SO4 adalah sp2d. Pada [Cu(NH3)4]SO4 memiliki geometri molekul piramidal persegi. Panjang gelombang maksimal dengan menggunakan absrobansi pada absrobansi 480nm.

Saran

  1. Pada uji karakteristik konduktivitas pada larutan Tetraamin tembaga (II) sulfat seharusnya diberitahu konsentrasinya.
  2. Diperlukan uji kristalinitas dari kristal garam Tetraamin tembaga (II) sulfat seharusnya diberitahu konsentrasinya.

Daftar Pustaka

Cotton and Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press

Elmila, I. and Martak, F., 2010. Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks Polimer Oksalat [N(C4H9)4][MnCr (C2O4)3] dengan Menggunakan Kation Organik Tetrabutil Amonium. Prosiding Skripsi.

Fitrony, F., Fauzi, R., Qadariyah, L. and Mahfud, M., 2013. Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4. 5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal Teknik ITS2(1), pp.F121-F125.

Harera, Lingga Rizal., Sudiarti, Tety., Wulandari, Meyliana. 2015. Sintesis Cu (Ii)-Imprinted Polymers Untuk Ekstraksi Fasa Padat Dan Prakonsentrasi Ion Tembaga (Ii) Dengan Ligan Pengkhelat 4-(2-Pyridylazo) Recorcinol. Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan. 2(1): 30-39

Imeng., 2011. Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Tembaga (II) . Palangkaraya : FKIP Universitas Palangkaraya.

Jumaeri, F.Widhi Mahatmanti., Triastuti Sulistyaningsih., Cepi Kurniawan, Nuni Widiarti. And Ella, K., 2020. DIKTAT PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PRODI KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA .Semarang:Unnes Press.

Nurlisa, H., Risfidian, M. and Tjurmin, G., 2010. Karakterisasi Senyawa Komplek Cu (II)-Glisin dengan Menggunakan Spektroskopi UV Vis dan FTIR. Jurnal Kimia Mulawarman7(2), pp.65-68.

Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Bagian I. PT Kalman Media Pusaka : Jakarta

Wandari, R.A., 2018. Studi Analisis Ion Logam Cu (II) Dengan Asam Tanat Menggunakan Spektrofotometer Ultraungu-Tampak.

Lampiran

Jawaban pertanyaan praktikum

1. Jelaskan hibridisasi yang terjadi dan gambarkan struktur geometri dari garam rangkap dan garam kompleks yang diperoleh!

Jawab :

2. Tuliskan semua reaksi yang terjadi pada pembuatan tetramin tembaga (II) sulfat!

Jawab :

1. CuSO4.5H2O (s) + air

CuSO4.5H2O (s) + H2O (l) → [Cu(H2O)6]SO4 (aq)

2. [Cu(H2O)6]SO4 (aq) + amonia

4NH3(aq) + CuSO4.5H2O(s) →  Cu(NH3)4SO4.5H2O(aq) 

3. Cu(NH3)4SO4] (aq) + etanol

4NH3(aq) + CuSO4.5H2O(s) →  Cu(NH3)4SO4.5H2O(aq) 

4. Reaksi dengan etil alkohol :

Cu2+(aq) + 2OH(aq) →Cu(OH)2(aq)

5. Reaksi dengan amonium hidroksida:

4NH4OH(aq) + CuSO4.5H2O(s) + H2O(l) → Cu(NH3)4SO4.H2O(s) + 8H2O(l)

6. Cu(NH3)4SO4.H2O(s) dilarutkan dalam air

Cu(NH3)4SO4.H2O(s)+ H2O(l)  → [Cu(NH3)4]SO4(aq) + 2H2O(l)

7. Cu(NH3)4SO4.H2O(s) dilarutkan dalam air berlebih

Cu(NH3)4SO4.H2O(s)+ H2O(l)  → [Cu(NH3)4]2+ (aq) + SO42-(aq) + 2H2O(l)

8. Cu(NH3)2SO4.H2O(s) dipanaskan

Cu(NH3)2SO4.H2O(s) → CuSO4(s) + H2O(l) + 2NH3 (g)

9. CuSO4.5H2O + KCN

CuSO4.5H2O (s) + KCN (aq) → Cu(CN)2 (aq) + K2SO4 (aq)

3. Apakah fungsi alkohol pada reaksi redoks tersebut ?

Jawab :

Fungsi dari penambahan alkohol adalah untuk mengurangi energi solvasi ion-ion sehingga pembentukan kristal dapat terjadi lebih sempurna. Praktikan menggunakan alkohol, karena alkohol merupakan pelarut yang baik untuk senyawa ionik, dimana alkohol sendiri memiliki tetapan dielektrik yang rendah.

4. Sebutkan beberapa penggunaan dari tetramin tembaga (II) sulfat?

Jawab :

Penentuan kesadahan air untuk menganalisa pembentukan kerak yang terjadi pada pipa yang disebabkan oleh endapan CaCO3.

5. Jenis ion apa saja yang ada apabila garam kompleks tetramin tembaga (II) sulfat dilarutkan dalam sedikit air dan bagaimana perubahan yang terjadi jika dilarutkan dalam air yang berlebih?

Jawab :

Jenis ion yang terdapat pada garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat adalah ion (Cu2+). Dimana jika ion tersebut dilarutkan dalam sedikit air akan berubah warna menjadi biru tua, sedangkan bila dilarutkan dalam air berlebih mengalami perubahan warna menjadi biru muda.

6. Bagaimana sifat-sifat garam kompleks?

Jawab :

Sifat dari garam kompleks yakni jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi kompleks dan ionnya.

Baca Artikel Lainnya

Prosedur Penggunaan Alat Praktikum Biokimia: Laminar Air Flow (LAF), Temperature Control Shaker Inkubator, Heat Block, Dan Water Bath

Laminar Air Flow (LAF) Laminar air flow merupakan kabinet yang menyediakan ruang kerja yang steril dengan mengambil udara dari luar laminar yang disaring menggunakan filter udara khusus. Sehingga udara dari

5 Brand Fashion Lokal Yang Sering Dikira Brand Dari Luar Negeri

Indonesia memiliki banyak merek fashion lokal yang telah mencapai tingkat kesuksesan dan reputasi yang tinggi sehingga sering kali dikira sebagai brand dari luar negeri. Beberapa contoh merek fashion lokal Indonesia

Metode Analisis Vitamin B6 (Pyrodoxine) Pada Bahan Pangan

Vitamin B6, juga dikenal sebagai pyridoxine, adalah salah satu dari delapan jenis vitamin B yang larut dalam air. Vitamin B6 terlibat dalam berbagai proses biologis dalam tubuh, termasuk metabolisme karbohidrat,

Jenis-Jenis Limbah Serta Panduan Mengelola Limbah untuk Mengurangi Dampak Negatif

Limbah merupakan masalah yang selalu hadir dalam kehidupan manusia. Setiap hari kita menghasilkan berbagai jenis limbah, mulai dari sampah rumah tangga, sampah industri, hingga limbah berbahaya. Limbah yang tidak dikelola

Cara Konfigurasi Dynamic Links Firebase di Flutter Android, IOS, dan Web

Dynamic Links adalah tautan yang dapat membawa pengguna ke aplikasi atau situs web tertentu dengan membawa informasi konteks seperti parameter dan metadata. Dalam Firebase, Dynamic Links adalah fitur yang memungkinkan

10 Daftar Film Tayang Bulan April-Mei Lebaran 2023 di Bioskop

1). The Super Mario Bros Movie (07 April 2023) Super Mario Bros mengisahkan perjalanan Mario dan teman-temannya dalam upaya menyelamatkan Luigi dari penjara di atas lava yang mematikan. Tidak hanya