Tujuan Praktikum
a. Mengetahui proses titrasi iodometri
b. Menentukan kadar KIO3 dalam garam beriodium
Dasar Teori
Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid, dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari, otot, dan darah. Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin.
Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi standar nasional indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30-80 ppm (Depkes RI, 2000). Di Indonesia, iodium ditambahkan dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk kalium iodat (KIO3).
Alat Dan Bahan
Alat
- Buret 50 mL
- Labu Erlenmeyer 250 mL
- Pipet volume 5 Ml dan 50 mL
- Labu ukur 1000 mL
- Labu bersumbat kaca
Bahan
- Aquades
- Garam
- Amilum
- Asam fosfat
- KI
- Larutan standar Na2S2O3 0,005N
- KCNS
Cara Kerja
A. Standarisasi larutan Na2S2O3
- Buatlah larutan standar KBrO3 dengan cara menimbang kurang lebih 0,278 gram KBrO3, kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 50 mL dalam gelas beker
- Dipindahkan pada labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquades sampai garis batas
- Larutan KBrO3 diambil 10 mL dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan dengan 2 mL larutan KI 1 M dan 1 Ml asam fosfat 1 M
- Dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 hingga warna larutan kuning
- Ditambahkan 1 mL amilum 1 % yang baru dibuat dan dititrasi kembali hingga warna biru tepat hilang
B. Penetapan Kadar KIO3 dalam Sampel
- Sampel diambil 10 mL menggunakan pipet volume, kemudian di pindahkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL kemudian ditambahkan 2 mL larutan KI 1 M dan asam fosfat 1 mL
- Dititrasi dengan larutan tiosulfat yang telah distandarisasi sampai warna larutan menjadi coklat muda/kuning tergantung dari masing-masing sampel
- Ditambahkan 2 mL amilum, titrasi dilanjutkan hingga warna larutan menjadi biru pudar atau biru muda
- Tambahkan 1 mL larutan KCNS, jika timbul warna biru, maka titrasi dilanjutkan hingga biru tepat hilang.
- Catat volume Na2S2O3 yang digunakan
Data Pengamatan
Sampel | Berat Sampel Garam (Gram) | Volume Titrasi Na2S2O3 |
Sampel A | 21,0239 | 0,00 – 5,9 |
Sampel B | 21,066 | 0,00 – 6,0 |
Analisis Data
a. Perhitungan standarisasi Na2S2O3
V1 = 11,10 ml
V2 = 10,30 ml
Rata– rata = 10,70 ml2.
Normalitas KIO3 = 0,0100 N3.
Volume KIO3 = 5,00 ml
N1 x V1 = N2 x V2
0,0100 x 5 = N2x 10,70
0,0500 = N2 x 10,70
N2 = 0,0500/10,70
= 0,004672 N
b. Perhitungan standarisasi KIO3 (Sampel A)

c. Perhitungan standarisasi KIO3 (Sampel B)

d. Kadar KIO3

Pembahasan
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator. Cara iodometri dapat digunakan untuk menentukan Kadar iodium dalam garam. Larutan bakunya adalah natrium tiosulfat. Larutan ini harus di standarisasi terlebih dahulu. Larutan natrium tiosulfat distandarisasi menggunakan larutan kalium iodat. Larutan kalium iodat ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat dan warna larutan menjadi Bening. Dan setelah ditambahkan kalium iodida warna larutan menjadi kuning kecoklatan.
Indikator yang digunakan adalah amilum. Penambahan amilum dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi Dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod Karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi dan kembali ke senyawa semula. Titik akhir titrasi ialah pada saat warna biru tepat hilang.
Kesimpulan
- Standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan kalium iodidat Digunakan dengan titrasi iodometri Karena natrium tisulfat dapat dioksidasi Oleh kaliun iodat dengan penambahan kalium iodida dan asam sulfat.
- Kadar KIO3 yang didapatkan yaitu sebesar 47,2195 ppm