Tujuan
- Memahami komponen-komponen yang terdapat pada urin.
- Terampil melaksanakan eksperimen pengujian urin.
Dasar Teori
Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak terpakai lagi kemudian dikeluarkan lewat saluran urinari. Ginjal merupakan sistem ekskresi utama yang berperan dalam penyaringan darah menjadi urin. Manusia mempunyai sepasang ginjal berukuran sekitar 10 cm. Ginjal menyaring zat sisa metabolisme dari dalam darah, mempertahankan keseimbangan tubuh, mengekskresi gula dalam darah yang melebihi kadar normal dan mengatur keseimbangan kadar asam, basa, dan garam dalam tubuh. Proses pembentukan urin terdiri dari 3 tahap, yaitu:
- Filtrasi, yaitu penyaringan sel darah yang menghasilkan urin primer. Urin masih mengandung air, glukosa, dan asam amino tetapi sudah tidak mengandung protein dan darah.
- Reabsorpsi, yaitu proses penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh, dihasilkan urin sekunder.
- Augmentasi, yaitu proses pengumpulan cairan dari proses sebelumnya, dihasilkan urin sesungguhnya (Handayani, 2021).
Protein adalah sumber nitrogen utama yang dimetabolisme oleh tubuh. Pencernaan protein menghasilkan asam amino diserap melalui sel epitel usus dan masuk dalam darah. Sebenarnya, semua senyawa di dalam tubuh yang mengandung nitrogen disintesis dari asam amino. Asam amino dapat dioksidasi secara langsung atau diubah menjadi glukosa. Sebelum dioksidasi, nitrogen harus dikeluarkan karena nitrogen asam amino bersifat toksik. Amonia dan gugus amino diubah menjadi urea yang bersifat nontoksik, dan larut dalam air.
Nitrogen diekskresi dalam bentuk urea, asam urat, kreatin, dan amonia. Asam urat merupakan produk penguraian basa purin, kreatin dari kreatin fosfat, dan amonia dari glutamin. Berikut adalah ringkasan proses metabolisme asam amino.
Gambar 1. Ringkasan metabolisme asam amino (Marks et al., 1996)
Hasil akhir metabolisme protein adalah ureum. Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg- 40 mg setiap ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Selain ureum hasil akhir dari metabolisme protein adalah kreatinin, kreatinin terutama disintesa oleh hati, terdapat hampir semua dalam otot rangka, di sana ia terikat secara reversibel kepada fosfat dalam bentuk fosfokreatinin, yakni senyawa penyimpan energi (Ibrahim et al., 2017). Selain yang telah disebutkan, urin juga mengandung kinin. Kinin ditemukan dalam proporsi berikut: bradikinin, Lys-bradykinin, des-Argl-bradikinin, dan ada kinin yang masih belum diketahui jenisnya (Mindroiu, 1985).
Volume urin orang dewasa dalam keadaan normal yaitu 1200 – 1500 mL dalam 24 jam dengan berat jenis sekitar 1,016 – 1,024. Berat jenis dapat berubah pada keadaan patologis. Volume urin dipengaruhi oleh intake air, suhu luar, makanan, dan mental-fisik individu.
Glukosa dalam urin dapat dideteksi dengan penambahan CuSO4 membentuk endapan Cu2O berwarna merah bata. CuSO4 sebagai oksidator sehingga glukosa yang merupakan senyawa dengan gugus karbonil akan teroksidasi menjadi asam glukonat. Warna yang terbentuk tergantung kadar glukosa dalam urin. Warna merah bata dan biru hijau dikatakan (+), merah bata dan kuning (++), dan merah bata (+++) (handayani et al., 2020).
Alat dan Bahan
Alat
- Tabung reaksi + Rak tabung
- Beaker glass 250 mL
- Beaker glass 100 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Kompor listrik
- Pembakar spirtus
- Termometer
- Pipet ukur 10 mL, 5 mL, 1 mL
- Penjepit kayu
- Pipet tetes
- Spatula
- Pengaduk kaca
- Labu takar 10 mL
- Urinometer
Bahan
- Sampel urine
- Benedict
- Larutan glukosa 0,3%, 1%, 5%
- Larutan galaktosa 5 %
- Akuades
- Padatan ammonium sulfat
- NH3 Pekat
- CH3COOH 2%
- Larutan iod 0,1 N
- Na-Nitopsida
- HNO3 pekat
- Amilum
- NaCl
- Urinometer
Cara Kerja
1. Uji Benedict
2. Uji Protein/koagulasi
3. Uji Benda keton/Rothera
4. Uji Pigmen Empedu
5. Uji Wohlgemuth
Data Pengamatan
1. Uji visual dan fisik urin
No |
Parameter |
Hasil |
1 |
Warna |
Kuning muda |
2 |
Bau |
Aromatik lemah |
3 |
Kejernihan |
Jernih |
4 |
Suhu (oC) |
35 |
5 |
pH |
6 |
6 |
Berat jenis (gr/mL) |
1,018 |
Bobot jenis terkoreksi = bobot jenis terukur + ((suhu terukur-suhu koreksi alat)/3)
= 1,018 + ((35-20)/3)
= 1,018 + 0,005
= 1,023 g/mL
2. Uji benedict
Tabung |
Reagen |
Hasil dan Perubahan |
1 |
2,5 mL benedict + 4 tetes urin |
– (Tidak terjadi perubahan) |
2 |
2,5 mL benedict + 0,3 % 1 mL glukosa + 4 tetes urin |
+ (Warna berubah menjadi hijau) |
3 |
2,5 mL benedict + 1 % 1 mL glukosa + 4 tetes urin |
++ (Warna berubah menjadi kuning) |
4 | 2,5 mL benedict + 5 % 1 mL glukosa + 4 tetes urin |
+++ (Warna berubah menjadi jingga) |
5 |
2,5 mL benedic +1 % 1 mL galaktosa + 4 tetes urin |
+++ (Warna berubah menjadi kuning kehijauan) |
Ditambahkan galaktosa berlebih |
++++ (Warna berubah menjadi merah) |
|
3. Uji Koagulasi
Tabung | Perlakuan |
Hasil dan Perubahan |
1 |
Memanaskan 5 mL urin |
Terbentuk endapan |
2 |
Ditambahkan 2 % CH3COOH |
Endapan bertambah |
4. Uji benda keton
No |
Perlakuan |
Hasil dan Perubahan |
1 | 5 mL urin + Ammonium sulfat | jenuh |
2 | Ditambahkan Na-Nitroprusid 5 % 3 tetes +Amonia pekat 2 tetes | kuning |
3 | Ditutup selama 30 menit | Coklat |
5. Uji pigmen empedu
No |
Perlakuan |
Hasil dan Perubahan |
1 |
2 mL urin + Asam nitrat pekat 2 ml | Tidak bercampur atau memisah (lapisan bawah keruh dan lapisan atas berwarna kuning) |
Pembahasan
Urinalisis adalah uji kimiawi terhadap urine untuk memperoleh informasi tentang kondisi klinis. Urinalisis yang dilakukan pada percobaan ini meliputi sifat fisik dan visual urine serta zat-zat yang terkandung di dalam urine. Sifat fisik dan visual urine meliputi warna, bau, berat jenis, suhu, dan pH urine tersebut. Sifat fisik dan visual urine menggambarkan kondisi klinis seseorang seperti, orang tersebut sedang dehidrasi atau tidak. Ciri fisik urine seseorang pada keadaan normal diantaranya berwarna kuning bening, bau aromatik lemah dan berat jenis berkisar antara 1,002-1004 mg/ml (Lestari 2017). Menurut Lestari (2017), zat-zat yang terkandung dalam urine yaitu air (95%), urea, asam urat dan amonia yang merupakan sisa pembongkaran protein, garam serta zat yang bersifat racun atau yang berlebihan. Zat-zat yang terkandung didalam urin dapat dianalisis sehingga diperoleh informasi mengenai kondisi kesehatan seseorang. Analisis atau uji yang dilakukan untuk mengetahui zat-zat didalam urine yang dilakukan pada percobaan ini diantaranya uji koagulasi, benedict,dan uji benda keton, uji pigmen empedu dan penetapan indeks diastase dengan metode wohlgemuth .
Pengujian secara kualitatif juga dilakukan untuk mendeteksi zat-zat yang terdapat dalam urine, namun hasil yang akurat dapat diperoleh jika dilakukan uji kuantitatif zat-zat yang terkandung di dalam urine tersebut (Bintang, 2010). Urine normal memiliki warna kuning jernih, berbau aromatik lemah, berbobot jenis 1,002-1,040 g/mL dan memiliki nilai pH 4,8-7,8 (Murray et al. 2014). Hasil uji kualitatif urine yaitu urine berwarna kuning muda, terdapat bau aromatik, nilai bobot jenis sebesar 1,018 g/mL, suhu 35oC dan pH 6. Nilai pH dan bobot jenis urine yang diuji berada dalam kisaran normal. Warna urine yang berwarna kuning muda menandakan bahwa urine tidak mengalami dehidrasi. Dehidrasi ditandai dengan warna urine yang cenderung lebih pekat (Murray et al. 2014).
Selain uji fisik, uji lain yang dilakukan yaitu uji kualitatif. Uji kualitatif urin yang dilakukan meliputi uji glukosuria uji proteinuria dan ketonuria. Uji glukosuria dilakukan menggunakan pereaksi Benedict. Uji Benedict memiliki prinsip mengamati atau mengukur jumlah gula pereduksi yang mereduksi Cu2SO4 membentuk endapan Cu2O berwarna merah bata hingga kuning. Pada uji benedict ini dilakukan beberapa variasi konsentrasi glukosa. Berdasarkan hasil percobaan, pada tabung 1 yang berisi 2,5 mL benedict dan 4 tetes urin menunjukkan hasil negatif dan tidak menunjukkan perubahan warna. Hasil negatif (-) tersebut menunjukkan bahwa sampel urin pada tabung 1 berada dalam kondisi normal dan tidak terdeteksi adanya gula pereduksi dalam urine. Pada tabung 2 yang berisi 2,5 mL benedict, 0,3 % 1 mL glukosa dan 4 tetes urin menunjukkan hasil positif (+) dan menunjukkan perubahan warna menjadi hijau. Hasil positif tersebut menunjukkan bahwa sampel urin pada tabung 1 terdeteksi adanya gula pereduksi dalam urine dengan konsentrasi dibawah 0,5%. Pada tabung 3 yang berisi 2,5 mL benedict, 1 % 1 mL glukosa dan 4 tetes urin menunjukkan hasil positif (++) dan menunjukkan perubahan warna menjadi kuning. Hasil positif tersebut menunjukkan bahwa sampel urin pada tabung 1 terdeteksi adanya gula pereduksi dalam urine dengan konsentrasi antara 0,5% – 1%. Pada tabung 4 yang berisi 2,5 mL benedict, 5 % 1 mL glukosa dan 4 tetes urin menunjukkan hasil positif (+++) dan menunjukkan perubahan warna menjadi jingga. Hasil positif tersebut menunjukkan bahwa sampel urin pada tabung 1 terdeteksi adanya gula pereduksi dalam urine dengan konsentrasi antara 1 % -2 %. Pada tabung 5 yang berisi 2,5 mL benedict diberi galaktosa berlebih dan 4 tetes urin menunjukkan hasil positif (++++) dan menunjukkan perubahan warna menjadi merah. Hasil positif tersebut menunjukkan bahwa sampel urin pada tabung 1 terdeteksi adanya gula pereduksi dalam urine dengan konsentrasi lebih dari 5%.
Uji proteinuria meliputi uji koagulasi dengan prinsip memanaskan sampel hingga protein terdenaturasi dan akhirnya menggumpal. Normalnya urine tidak mengandung protein atau hanya ada dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga tidak terdeteksi dengan metode urinalisis biasa. Berdasarkan hasil percobaan pada sampel urin setelah dididihkan terdapat endapan terdapat endapan (protein). Kemudian dipastikan lagi apakah benar urin mengandung protein dengan ditambahkannya asam asetat 2% dan hasilnya endapan semakin bertambah, sehingga dapat diidentifikasi bahwa sampel urine tersebut mengandung protein. Jika sampel urin mengandung fosfat, pada endapan urin yang dididihkan tidak larut dalam suasana asam (asam asetat 2%). Sesuai dengan dasar teorinya uji koagulasi adalah uji yang dilakukan dengan pemanasan urin dan menggunakan asam asetat jika terbentuk endapan maka endapan itu adalah protein jika mengandung fosfat endapan tidak larut dalam suasana asam.
Koagulasi adalah denaturasi protein yang dapat disebabkan oleh panas, alkohol dan sebagainya. Pemanasan akan membuat protein terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat air menurun. Hal ini terjadi karena panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Selain itu penambahan asam asetat membuat perubahan pH yang juga mempengaruhi denaturasi protein.
Uji rothera (Keton) ini bertujuan untuk memeriksa adanya zat keton dalam urin. Keton adalah hasil pemecahan protein, disaat tubuh kehilangan glukosa, disaat lemak sudah tidak ada (gangguan metabolisme karbohidrat, misalnya diabetes melitus, kurangnya asupan karbohidrat/kelaparan, diet tidak seimbang: tinggi lemak rendah karbohidrat. Gangguan absorbansi karbohidrat gangguan mobilisasi glukoma sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar), penggunaan lemak sebagai sumber energi akan menyebabkan terbentuknya keton.
Benda keton yang sering dijumpai dalam urin adalah asam asetoasetat dan aseton. Kedua senyawa tersebut berada dalam urin karena keton memiliki struktur yang kecil sehingga dapat diekskresikan kedalam urin. Asam asetoasetat dan aseton yang mengalami peningkatan disebut ketosis. Ketosis yang terjadi di dalam urin disebut Ketonuria. Benda keton merupakan produk metabolisme asam lemak dan protein yang terdiri dari 3 senyawa yaitu adam asetoasetat aseton dan asam beta hidroksibutirat ketika tubuh mengalami gangguan metabolisme, terutama gangguan metabolisme karbohidrat, maka tubuh akan menggunakan simpanan asam lemak dan protein sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi.
Cara pengujian nya adalah urin sampel uji ditambahkan dengan kristal ammonium sulfat, lalu ditambahkan natrium nitroprusid 5% sebanyak 3 tetes, kemudian dicampur amonium hidroksida pekat sebanyak 1-2 ml, lalu campur dan diamkan 30 menit. Prinsip kerja dari uji ini adalah natrium nitroprusid akan bereaksi dengan asam aseto asetat dan aseton dalam suasana basa akan membentuk senyawa berwarna ungu/terbentuknya cincin ungu jika keton urin positif, jika keton urin negatif, maka akan berwarna coklat muda.
Pada hasil uji ini tidak terbentuk warna ungu, hal ini menunjukan bahwa hasilnya negatif (-), dimana jika keton tidak ada dalam urin berarti tidak terjadi ketogeneesis yang tidak lebih besar dari ketolisis, jadi keton tidak terbentuk. Hal ini juga menyatakan bahwa sampel uji tidak berpotensi untuk diabetes, karena keton tidak ada. Jika keton ada dalam urin disebut ketonuria, hal ini terjadi karena ketogenesis lebih besar dari ketolisis, sehingga menyebabkan hiperketomia, selanjutnya keton dalam darah sampai di ginjal dan keluar bersama urin (ketonuria). Ketonuria yang tinggi merupakan suatu tanda klinis adanya penyakit karena ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat. Ketonuria positif ditentukan pada penderita dengan kondisi kelaparan, gangguan kehamilan (hiperensis), diabetes melitus dan hipokalemia. Hasil ketonuria dapat menunjukan positif palsu karena ada beberapa faktor yang dapat mengganggu pemeriksaan. Berikut ini merupakan faktor yang menyebabkan hasil positif palsu:
- Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C.
- Terlalu lama dalam memberikan sampel urine kepada petugas.
- Pasien dengan pengkonsumsi obat seperti lavodopa, asam askorbat, isopropyl, paraldehida dan insulin.
- Urine dengan pH rendah dan berat jenis yang tinggi.
Selain menyebabkan hasil positif palsu juga dapat menyebabkan hasil negatif palsu antara lain:
- Sampel urine yang disimpan pada suhu kamar dalam waktu yang lama.
- Pada tahap pra analitik yang tidak sesuai dengan prosedur.
- Penundaan pemeriksaan dalam waktu yang lama.
Sesuai dengan literatur dan setelah dibandingkan dengan urin patologis, pengujian rothera pada sampel uji urin ini negatif (-) dan tidak memiliki faktor diabetes melitus.
Uji Pigmen empedu bertujuan untuk mengetahui adanya pigmen empedu, pada percobaan ini cukup dengan mengocok tabung reaksi yang berisi urin dengan baik dan benar. Pigmen empedu terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning). Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah terdidintegrasi. Pigmen utamanya adalah bilirubin yang memberikan warna kuning pada urine dan feses.
Berdasarkan data percobaan, hasilnya terdapat buih yang berwarna putih. Reaksi yang dihasilkan positif, karena buih yang dihasilkan tidak bercampur atau memisah, lapisan bawah keruh dan lapisan atas berwarna kuning. Reaksi positif ditandai dengan buih berwarna kuning.
Disebutkan oleh Smith (2007) bahwa urine berbusa bisa jadi tanda yang sangat awal adanya proteinuria (kadang-kadang disebut albuminuria), terbentuknya garam-garam empedu atau protein albumin dalam urin. Proteinuria adalah tanda-tanda adanya kerusakan ginjal dan jantung terutama pada orang yang mengidap diabetes atau hipertensi.
Analisis penetapan indeks diastase dengan metode wohlgemuth ini bertujuan untuk menentukan kadar amilase (diastase) dalam urine (air seni). Enzim amylase merupakan enzim hidrolase yang berperan pada reaksi hidrolisis suatu substrat. Enzim amilase dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Enzyme amylase sendiri hanya memecah ikatan (1-4) glikosida bukan memecah ikatan (1-6) glikosida, jadi untuk memecahkannya diperlukan suatu enzim lain yang disebur glukusidase. Enzim amilase sendiri dapat diperoleh dari saliva atau pankreas. Pada air seni juga terdapat sedikit amylase, maka untuk mengetahuinya dilakukan uji dengan penambahan urin pada 10 tabung reaksi yang berbeda konsentrasinya. Sebagai indikatornya kita menggunakan larutan iod sedangkan untuk larutan ujinya kita menggunakan larutan amilum 0,1% yang mengandung NaCl. NaCl ini berfungsi agar larutan tahan (awet), karena amilum cepat rusak saat penyimpanan terlalu lama, amylum mudah rusak karena adanya bakteri diudara bebas. Karena reaksi ini cukup lambat maka kita melakukan pemanasan tetapi dengan suhu tertentu agar diperoleh suhu maksimum sehingga enzim berjalan cukup cepat. Pemanasan dilakukan pada suhu 37C selama 30 menit. Setelah pemanasan tabung reaksi didinginkan agar reaksi langsung berhenti sehingga diharapkan hasil dapat diamati dengan jelas. Hasil menunjukan perubahan menjadi warna merah pada tabung 9, warna biru pada tabung 1-8, sedangkan pada hasil pengamatan pada tabung 10 tidak terjadi perubahan. Hal ini karena pada tabung ke 10 amilum yang ada telah terhidrolisis menjadi maltosa, dimana maltosa tidak memberikan warna pada larutan saat diberi indikator iod. Amilum akan memberikan warna biru, dan eritrodekstrin akan memberikan warna merah.
Simpulan
Urinalisis adalah uji kimiawi terhadap urine untuk memperoleh informasi tentang kondisi klinis. Hasil uji kualitatif urine yaitu urine berwarna kuning muda, terdapat bau aromatik, nilai bobot jenis sebesar 1,018 g/mL, suhu 35oC dan pH 6. Nilai pH dan bobot jenis urine yang diuji berada dalam kisaran normal.
Selain uji fisik, uji lain yang dilakukan yaitu uji kualitatif. Uji glukosuria dilakukan menggunakan pereaksi Benedict. Berdasarkan hasil percobaan, pada tabung 1-5 yang berisi 2,5 mL benedict dan 4 tetes urin menunjukkan hasil negatif dan tidak menunjukkan perubahan warna. Uji proteinuria meliputi uji koagulasi dengan prinsip memanaskan sampel hingga protein terdenaturasi dan akhirnya menggumpal. Berdasarkan hasil percobaan, pada sampel urin setelah dididihkan terdapat endapan terdapat endapan (protein).
Uji rothera (Keton) ini bertujuan untuk memeriksa adanya zat keton dalam urin. Pada hasil uji ini tidak terbentuk warna ungu, hal ini menunjukan bahwa hasilnya negatif (-), dimana jika keton tidak ada dalam urin berarti tidak terjadi ketogenesis yang tidak lebih besar dari ketolisis, jadi keton tidak terbentuk. Hal ini juga menyatakan bahwa sampel uji tidak berpotensi untuk diabetes, karena keton tidak ada. Uji Pigmen empedu bertujuan untuk mengetahui adanya pigmen empedu. Reaksi yang dihasilkan positif, karena buih yang dihasilkan tidak bercampur atau memisah, lapisan bawah keruh dan lapisan atas berwarna kuning. Reaksi positif ditandai dengan buih berwarna kuning.
Analisis penetapan indeks diastase dengan metode wohlgemuth ini bertujuan untuk menentukan kadar amilase (diastase) dalam urine (air seni). Hasil menunjukan perubahan menjadi warna merah pada tabung 9, warna biru pada tabung 1-8, sedangkan pada hasil pengamatan pada tabung 10 tidak terjadi perubahan. Hal ini karena pada tabung ke 10 amilum yang ada telah terhidrolisis menjadi maltosa, dimana maltosa tidak memberikan warna pada larutan saat diberi indikator iod. Amilum akan memberikan warna biru, dan eritodekstrin akan memberikan warna merah.
Daftar Pustaka
Handayani, S. 2021. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Media Sains Indonesia.
Handayani, S., Permatasari, S., Munthe, E.A., Permana, G.I., & Fethernety, A. Buku Panduan Praktikum Biokimia. Pasuruan: Qiara Media.
Ibrahim, I., Suryani, I., & Ismail, E. 2017. Hubungan Asupan Protein dengan Kadar Ureum dan Kreatinin pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Sedang Menjalani Hemodialisa di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Nutrisia 19(1), 1-6.
Lestari . E . S. 2017. Penggunaan laboratorium virtual untuk meningkatkan pengetahuan prosedural siswa pada pokok bahasan sistem ekskresi [thesis]. Bandung (ID): Universitas Pasundan.
Marks, D.B., Marks, A.D., & Smith, C.M. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Translated by Pendit, B.U. 2000. Jakarta: EGC.
Mindroiu, T., Scicli, G., Perini, F., Carretero, E.A., & Sciclit, A.G. 1985. Identification of a New Kinin a Human Urine. The Journal of Biological Chemsitry, 261(16), 7407-7411.
Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. 2014. Biokimia Harper Edisi 29. Manurung LR, Mandera LI, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Harper’s Illustrated Biochemistry, 29th Ed.
Evaluasi
1. Tuliskan reaksi-reaksi yang mungkin terjadi dari percobaan uji ureum.
Jawab :
2. Apakah kedua tabung reaksi pada uji ureum menunjukkan hasil yang sama?
Jawab : Tidak, pada tabung yg berisi urin akan mengeluarkan gelembung dan larutan berwarna merah muda akibat adanya NH3. Pada tabung tanpa urin tidak terjadi perubahan
3. Apa fungsi serbuk kedelai pada percobaan uji ureum.
Jawab : Pada percobaan ini yang berperan sebagai sumber enzim urease adalah tepung kedelai.
4. Pada uji garam-garam amonium, apakah pada ujung batang pengaduk timbul warna merah? Jika ya, jelaskan mengapa hal tersebut terjadi.
Jawab : Berdasarkan percobaan diperoleh hasil timbul uap warna merah yang terdapat pada kaca yang telah dibasahi dengan fenolftalin. Warna merah ini menunjukkan adanya garam amonium atau gas NH3 yang mudah menguap.
5. Tuliskan reaksi yang mungkin terjadi pada percobaan uji garam-garam amonium.
Jawab :
6. Tuliskan rumus dari kreatinin dan asam pikrat.
Jawab :
Kreatinin Asam Pikrat
7. Tuliskan reaksi yang mungkin terjadi pada percobaan uji kreatinin.
Jawab :
8. Sebutkan senyawa gula yang dapat mereduksi larutan benedict.
Jawab : Dari hasil percobaan didapatkan kedua sampel urine menunjukkan uji positif mengandung gula pereduksi yang menunjukkan abnormalitas pada urine. Gula pereduksi yang dapat diuji berupa monosakarida, disakarida, kecuali sukrosa.
9. Tuliskan reaksi yang terjadi dari uji gula pereduksi.
Jawab :
10. Tuliskan reaksi yang mungkin terjadi dari percobaan uji klorida.
Jawab :
11. Pada percobaan uji klorida, ramalkan apa yang terjadi jika ke dalam tabung reaksi ditambahkan ammonium hidroksida berlebih?
Jawab :
Penambahan NH4OH berlebih adalah untuk melarutkan endapan AgCl menjadi ion kompleks [Ag(NH4OH)]+. Uji positif dari percobaan ini adalah terbentuknya endapan atau warna merah muda yang dapat larut jika ditambahkan dengan NH4OH berlebih. Hasil percobaan yang dilakukan didapat bahwa pada kedua sampel urine terbentuk endapan dan warna merah muda yang kemudian larut dengan adanya penambahan NH4OH berlebih. Hal ini menandakan bahwa dalam kedua sampel urine tersebut positif mengandung klorida.
12. Tuliskan reaksi kimia yang mungkin terjadi pada percobaan uji kalsium.
Jawab :
13. Apa yang terjadi pada uji kalsium jika digunakan larutan natrium sulfat encer.
Jawab :
Uji positif adanya kalsium adalah terbentuknya endapan atau larutan yang keruh. Jiika digunakan larutan natrium sulfat encer kemungkinan tidak terjadi endapan.
14. Tuliskan reaksi kimia yang mungkin terjadi pada percobaan uji sulfat.
Jawab :
15. Pada uji sulfat, bagaimana hasilnya jika air seni yang digunakan tidak diasamkan terlebih dahulu dengan asam klorida?
Jawab :
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya sulfat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan ion sulfat. Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya endapan putih atau keruh pada larutan. Pada percobaan ini kedua sampel urine ditambah dengan HCl pekat dan BaCl2. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk mengkondisikan larutan dalam suasana asam. Sedangkan penambahan BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan ion SO42- menjadi BaSO4 yang berwarna putih dan tidak larut. jika air seni yang digunakan tidak diasamkan terlebih dahulu dengan asam klorida kemungkinan tidak terjadi endapan.
16. Tulis reaksi kimia yang mungkin terjadi pada percobaan uji benda keton.
Jawab :
17. Apakah uji benda keton dapat membedakan antara aldehida dan keton?
Jawab :
Bisa. Dimana tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya senyawa keton yang terkandung dalam urine. Prinsip kerja dari uji ini adalah natrium nitroprusid akan bereaksi dengan asam aseto asetat dan aseton dalam suasana basa akan membentuk senyawa berwarna ungu/terbentuknya cincin ungu jika keton urin positif, jika keton urin negatif, maka akan berwarna coklat muda.
18. Tuliskan struktur benda-benda keton dan sebutkan namanya.
Jawab :
Benda keton yang sering dijumpai dalam urin adalah asam asetoasetat, asam betahidroksibutirat, dan aseton.
Aseton Asam asetoasetat Asam betahidroksibutirat
19. Apakah yang akan terjadi jika tubuh kita kelebihan benda-benda keton?.
Jawab :
Jika keton ada dalam urin disebut ketonuria, hal ini terjadi karena ketogenesis lebih besar dari ketolisis, sehingga menyebabkan hiperketomia, selanjutnya keton dalam darah sampai di ginjal dan keluar bersama urin (ketonuria). Ketonuria yang tinggi merupakan suatu tanda klinis adanya penyakit karena ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat. Ketonuria positif ditentukan pada penderita dengan kondisi kelaparan, gangguan kehamilan (hiperensis), diabetes melitus dan hipokalemia.