Tujuan
Setelah mengikuti eksperimen ini, mahasiswa diharapkan dapat:
- Memahami komponen utama yang terdapat dalam darah
- Terampil membuat plasma darah dan serum darah
- erampil melakukan terhadap plasma darah, Uji Fe hemoglobin, Uji albumin dan globulin dalam serum darah dan uji zat-zat non protein dalam serum darah
Landasan Teori
Darah merupakan komponen asensial makhluk hidup, mulai dari binatang primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam pembuluh darah sehingga fungsinya sebagai pembawa oksigen (oxygen carrier), mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme hemostatis (Bakta, 2006) Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan punya sistem transportasi dengan darah. Cairan darah berwarna merah yang berada di dalam pembuluh darah. Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena pengaruh zat kandungannya, terutama kadar oksigen dan CO2. bila kadar oksigen tinggi maka warna darah menjadi merah muda, tetapi bila kadar CO2 nya tinggi maka warnanya merah tua.
Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cairan berwarna merah. Darah dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga dapat menyebar ke berbagai kompartemen tubuh. Penyebaran tersebut harus terkontrol dan harus tetap berada pada satu ruangan agar darah benar-benar dapat menjangkau seluruh jaringan di dalam tubuh melalui suatu sistem yang disebut sistem kardiovaskuler, yang meliputi jantung dan pembuluh darah, dengan sistem tersebut darah dapat diakomodasikan secara teratur dan diedarkan smenuju organ dan jaringan yang tersebar diseluruh tubuh. Darah didistribusikan melalui pembuluh darah dari jantung keseluruh tubuh dan akan kembali lagi menuju jantung. Sistem ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sel atau jaringan akan nutrien dari oksigen, serta mentransport sisa metabolisme sel atau jaringan keluar dari tubuh (Nugraha, 2015).
Menurut Safitri Y (2017), darah memiliki fungsi yang sangat penting berdasarkan kandungan selular dan non-selular yang meliputi:
- Darah berfungsi sebagai transport internal karena darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi metabolisme.
- Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan fungsi dari sel darah putih.
- Proteksi terhadap cedera dan perdarahan. Dimana pencegahan dari perdarahan merupakan fungsi dari trombosit karena adanya faktor pembekuan.
- Mempertahankan temperatur tubuh karena darah membawa panas dan bersirkulasi ke seluruh tubuh.
- Serum lebih banyak mengandung air daripada darah lengkap sehingga serum berisi lebih banyak glukosa daripada darah lengkap. Serum merupakan bagian cair darah yang bebas dari sel darah dan tanpa fibrinogen karena protein darah sudah berubah menjadi jaring fibrin dan menggumpal bersama sel. Serum diperoleh dar spesimen darah yang tidak diberi antikoagulan dan membiarkan darah dalam tabung membeku dalam waktu 15 sampai 30 menit dan kemudian disentifus untuk mengendapkan semua sel-sel darah. Cairan berwarna kuning hasil sentrifugasi itu disebut sebagai serum darah
(Subiyono S, dkk. 2016)
Plasma adalah campuran darah dengan antikoagulan. Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Antikoagulan yang paling sering digunakan antara lain adalah EDTA, heparin, natrium sitrat, ammonium oxalate, dan kalsium oxalate. Pemeriksaan kimiawi khususnya pemeriksaan glukosa darah jarang bahkan hampir tidak pernah menggunakan spesimen plasma EDTA. Pemilihan spesimen plasma untuk pemeriksaan glukosa darah diputuskan apabila adanya permintaan glukosa yang cito (segera) dan apabila pemeriksaan glukosa darah tidak diikuti pemeriksaan kimia yang lain dan hanya bersamaan dengan pemeriksaan hematologi rutin, sehingga terkadang cukup menggunakan darah EDTA.
Plasma adalah bagian cair dari darah yang diberi antikoagulan (anti pembekuan darah). Darah ditambah antikoagulan maka tidak akan terjadi pembekuan dan darah tetap cair. Darah yang ditambahkan antikoagulan tersebut setelah didiamkan beberapa menit atau setelah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Plasma dalam darah akan terpisah menjadi 3 bagian yaitu :
- Plasma, yang berada pada lapisan paling atas, berupa cairan berwarna kuning.
- Buffy coat, yang berada di lapisan tengah yang tipis, merupakan lapisan sel lukosit dan trombosit.
- Eritrosit, yang berada di lapisan paling bawah (Firgiansyah A. 2016) Komponen plasma dalam darah dapat dilihat pada Gambar 1.
Alat & Bahan
|
|
Bahan
|
|
Cara Kerja
A. Pembuatan Plasma Darah dan Serum Darah
B. Uji Plasma Darah
- Uji Kristal Darah (Teichman)
- Uji Fe dalam Hemoglobin
C. Uji Senyawa dalam Serum darah
Uji Albumin dan Globulin
- Uji Albumin
- Reaksi pengendapan protein
a. Uji setengah jenuh
b. Uji jenuh total
2. Pengendapan isoelektrik
3. Pengendapan Pleh Pelarut Oorganik
4. Pengendapan dengan ion logam berat
5. Pengendapan oleh asam mineral kuat
6. Uji Esbach
- Uji Globulin
Uji Zat-Zat Non Protein
- Uji Ca2+ (Ion Kalsium)
- Uji Cl– (Ion Klorida)
- Uji Glukosa
- Uji SO42- (Ion Sulfat)
Data Pengamatan
No | Uji | Reagen | Perubahan |
A. Pembuatan Plasma darah dan Serum Darah | |||
1. | Pembuatan Plasma Darah | 10 ml darah segar + 1 ml Zn(OH)2 5% | Warna : Merah darah |
Sentrifuge selama 10 -15 menit | Menghasilkan dua fasa Filtrat (atas) : plasma
Endapan (bawah) : packed cell. |
||
2. | Pembuatan Serum darah | 2 ml plasma darah + NaCl 0,9% 30 ml + 2 tetes CaCl2 20% | Filtrat : serum Endapan : fibrinogen |
B. Uji Plasma Darah | |||
1. | Uji Kristal Darah (Teichman) | setetes darah letakkan di atas gelas objek + setetes campuran asam asetat glasial + larutan NaCl encer
panaskan gelas objek didinginkan |
gambar |
2. | Uji Fe dalam Hemoglobin | 10 tetes darah diletakkan pada cawan porselin, dipanaskan hingga terbakar semua + HCl encer + HNO3 encer | |
Tuangkan campuran tersebut ke dalam cawan porselin, dipanaskan sambil diaduk dengan gelas pengaduk hingga semua abu terlarut. Disaring | Filtrat berwarna kuning kecoklatan | ||
Filtrat + Kalium ferisianida | Filtrat berwarna hijau pekat | ||
Filtrat + KSCN | Filtrat berwarna merah kecoklatan | ||
C. Uji Senyawa dalam Serum darah |
1. | Uji Albumin dan Globulin | ||
Uji setengah saturasi | 3 ml protein + 3 ml amonium sulfat | keruh tidak ada endapan | |
Uji saturasi penuh | 2 ml sampel + amonium padat Disaring
filtrat + 40% NaOH 3 tetes 1% tembaga sulfat filtrat 2 + 40% NaOH 3 tetes 1% tembaga sulfat |
keruh endapan putih menghasilkan endapan
biru tua biru muda, karana dalam setengah saturasi globulin terpecah dan albumin tidak |
|
Pengendapan isoelektrik | Sampel + 2 tetes indikator hijau bromo kristal + perlahan 1% asam asetat
diaduk |
hijau
mengendap |
|
Pengendapan pelarut organik | 2 ml sample + 1 ml etanol | keruh | |
Pengendapan ion logam | Sampel + 10% Merkuri(II) nitrat | endapan putih | |
Pengendapan asam mineral kuat | 2 ml sample + 2 ml HNO3 + Reagen SBACH
Sampel + 1 ml Reagen |
endapan putih
Endapan Kuning |
|
Penggaraman Larutan | Larutan dengan kekuatan tidak tinggi + konsentrasi meningkat dan semua larut
Larutan garam dengan ionik tinggi + konsentrasi tinggi kelarutan rendah |
salting in
salting out |
Memisahkan protein menggunakan | SDS JEL tetap berada di plat belakang
jika jel berada di depan pelat, biarkan jatuh ke plat belakang |
||
2. | Uji Zat Non Protein | ||
Serum + aquades + CH3COOH | Filtrat non protein | ||
Uji Ca2+ (Ion kalsium) | Filtrat + (NH4)2SO4 | Endapan putih | |
Uji Cl– (Ion Klorida) | Filtrat + HNO3 encer | Endapan putih | |
Uji Glukosa | Filtrat + gliserol + Na2CO3 + CuSO4 | Endapan merah bata | |
2-
Uji SO4 (ion sulfat) |
Filtrat + BaCl2 encer | Hablur putih |
Pembahasan
A. Pembuatan Plasma Darah dan Serum Darah
Pembuatan Plasma Darah
Plasma adalah bagian cair dari darah yang tidak mengandung sel-sel darah tetapi masih mengandung faktor-faktor pembekuan darah. Plasma diperoleh dengan cara memisahkan sel-sel darah dari darah (whole blood) dengan cara sentrifugasi (Nugraha, 2015). Plasma yang terbentuk memiliki komposisi faktor pembekuan yang berbeda sesuai dengan jenis antikoagulan yang ditambahkan. Antikoagulan adalah zat yang ditambahkan ke dalam darah dengan tujuan untuk menghambat atau mencegah proses pembekuan darah dengan cara mengikat atau mengendapakan ion kalsium dan menghambat pembentukkan trombin dari protombin. Dengan pemberian antikoagulan, maka akan didapatkan spesimen atau sampel darah atau didapatkan plasma yang diperoleh dari sentrifugasi.
Dalam pembuatan plasma, didapatkan hasil n dua fasa yaitu filtrat (atas) yang berisi plasma dan bagian endapan (bawah) yang berisi packed cell. Plasma darah dapat dipisahkan dari darah utuh melalui proses sentrifugasi, yaitu memutar darah utuh dengan antikoagulan dalam mesin pemisah. Plasma lebih ringan, sehingga membentuk lapisan kekuningan bagian atas, sedangkan sel darah yang lebih padat jatuh ke bagian bawah (Mathew et al., 2020). Bahkan dengan jelas sekali pengendapan sel-sel darah pada pembuatan plasma tersebut menghasilkan pemisahan
sel berdasarkan massa jenis menjadi 2 bagian. Sel-sel darah terpisah menjadi lapisan sel darah merah yang merupakan lapisan yang tebal yang dapat mencapai hampir separuh volume darah. Selain itu ada pula lapisan yang tipis dan putih di atas lapisan sel darah merah yang terdiri atas sel-sel leukosit dan sejumlah trombosit (Sadikin, 2014).
Plasma mengandung senyawa fibrinogen yaitu suatu protein darah yang berubah menjadi jaring dari serat-serat fibrin pada peristiwa penggumpalan, dimana senyawa tersebut sudah tidak ada lagi dalam serum. Di dalam plasma fibrinogen tidak dapat berubah menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang ditambahkan.
Pembuatan Serum Darah
Serum adalah bagian cair darah yang tidak mengandung sel-sel darah dan faktor-faktor pembekuan darah. Protein-protein koagulasi lainnya dan protein yang tidak terkait dengan hemostasis, tetap berada dalam serum dengan kadar serupa dalam plasma. Pada praktikum ini, plasma darah yang didapat pada praktikum sebelumnya ditambahkan NaCl 0,9% dan CaCl2 20% . Darah sitrat mengalami koagulasi karena ditambahkan CaCl2 karena unsur kalsium dalam kalsium klorida membebaskan trombokinase, trombin dari protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Ion kalsium diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat semua reaksi. Oleh karena itu, tanpa ion kalsium, pembekuan darah tidak terjadi.
Serum diperoleh dari spesimen darah yang tidak ditambahkan antikoagulan dengan cara memisahkan darah menjadi 2 bagian dengan menggunakan sentrifuge, setelah darah didiamkan hingga membeku kurang lebih 15 menit (Nugraha, 2015). Setelah disentrifugasi akan tampak gumpalan darah yang bentuknya tidak beraturan dan bila penggumpalan berlangsung sempurna, gumpalan darah tersebut akan terlepas atau dengan mudah dapat dilepaskan dari dinding tabung. Selain itu akan tampak pula bagian cair dari darah. Bagian ini, karena sudah terpisah dari gumpalan darah maka tidak lagi berwarna merah keruh akan tetapi berwarna kuning jernih. Gumpalan darah tersebut terdiri atas seluruh unsur figuratif darah yang telah mengalami proses penggumpalan atau koagulasi spontan, sehingga terpisah dari unsur larutan yang berwarna kuning jernih (Sadikin, 2014). Dalam pembuatan serum, sel-sel darah menggumpal secara baur dan terjebak dalam suatu anyaman yang luas dan kontraktif dari jaringan serat-serat fibrin. Sel-sel ini tidak dapat lagi terlihat secara terpisah-pisah melaui mikroskop.
B. Uji Plasma Darah
Uji Kristal Darah (Teichman)
Test Teichman (Tes kristal haemin) pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride untuk membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk kemudian diamati di bawah mikroskop. Biasanya kristal muncul dalam bentuk belah- belah ketupat dan berwarna coklat. Cara pemeriksaan dengan seujung jarum bercak
kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1 butir kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan. Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal hemin HCl yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik. Kesulitanya saat mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop didapatkan kristal yang agak memanjang seperti jarum-jarum kecil.
Gambar 2. Contoh hasil pengamatan uji teichman
Heme adalah bagian dari hemoglobin yang bereaksi dengan reagen tes Teichmann sehingga menghasilkan kristal dengan bentuk tertentu. Heme juga memiliki ikatan kovalen-koordinasi antara atom nitrogen dengan ion Fe2+. Ikatan kovalen-koordinasi yang terjadi pada heme tidak seperti ikatan kovalenkoordinasi pada umumnya yang masing-masing atom memberikan satu elektron, pada ikatan ini atom nitrogen memberikan kedua elektronnya untuk dapat berikatan dengan ion Fe2+. Ikatan kovalen koordinasi memiliki energi ikatan yang besar sehingga untuk memutuskan ikatan tersebut diperlukan energi yang besar pula.
Reaksi yang terjadi :
Hb + HCl → Globin + Feroheme
Feroheme + ½O2 + 2HCl → 2 Feriheme klorida (haemin)
Hb + alkali (basa) → Globin + Feroheme
Feroheme + ½O2 + 2HCl → 2 feriheme hidroksida (alkali hematin)
Uji Fe dalam Hemoglobin
Fe3+ + K4[Fe(CN)4] → FeK[Fe(CN)6] + 3K+
Hem adalah suatu kandungan yang terdapat di dalam hemoglobin dan merupakan derivat dari protein yang mengandung besi. Besi yang terkandung dalam Hb adalah dalam bentuk Fe(II). Dalam percobaan ini, sampel darah dipanaskan hingga terbakar semua, dengan tujuan untuk mengoksidasi Fe(II) menjadi Fe(III).
Fe2+ → Fe3+ + e
Penambahan aquaregia (HCl dan HNO3) berfungsi untuk mengikat Fe dalam reaksi Fe3+ + 3Cl– → FeCl3. Filtrat ditambah larutan K4[Fe(CN)4] menghasilkan larutan berwarna hijau. Fe3+ + K4[Fe(CN)4] → FeK[Fe(CN)6] + 3K+. Filtrat ditambah larutan KSCN menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan.
Fe KSCN → Fe(SCN)3 + 3K+ . Oleh karena itu Uji Fe dalam hemoglobin memberi hasil positif.
C. Uji Senyawa dalam Serum Darah
Protein globular seperti albumin larut dalam air membentuk koloid liofilik. Koloid liofil yaitu koloid dengan fase terdispersi suka menarik fase pendispersi. Hal ini karena gaya tarik antar fase nya kuat. Stabilitas koloid liofilik bergantung pada jumlah molekul air dan muatan dalam larutan. Netralisasi muatan dan pengurangan molekul air dapat menyebabkan endapan protein. Peristiwa ini dapat dimanfaatkan untuk uji kualitatif protein.
Pengendapan oleh pelarut organik
Protein umumnya membentuk ikatan hidrogen. Pelarut organik dalam air mengurangi konsentrasi molekul air yang menjaga stabilitas protein. Dengan demikian, ikatan hidrogen rusak dan menyebabkan pengendapan. Ketika protein ditambah etanol maka terbentuk endapan berwarna putih. Reaksi yang terjadi:
Pengendapan dengan ion logam berat
Larutan protein + Hg(NO3)2 → endapan putih
Protein secara umum dalam larutan bersifat alkali bermuatan negatif. Ion positif dari logam mengikat ion negatif dari protein sehingga membentuk endapan garam logam protein.
Pengendapan oleh asam mineral kuat
Asam mineral kuat dapat menyebabkan koagulasi protein. Protein + HNO3 pekat → endapan putih.
Uji Esbach
Pereaksi esbach terdiri dari asam pikrat, asam sitrat, dan air dengan perbandingan 1:2:97. Asam sitrat berfungsi untuk menjaga keasaman larutan. Reagen bersifat anionik, sehingga dapat mengikat muatan positif dari protein. Pada percobaan, terbentuk endapan berwarna kuning. Endapan tersebut akibat denaturasi protein oleh asam pikrat.
Salting in dan salting out
- Jika protein ditambah larutan garam dengan kekuatan ion tidak terlalu kuat maka kenaikan konsentrasi garam juga akan meningkatkan kelarutan protein, dan tidak membentuk endapan. Peristiwa ini disebut salting in. Muatan protein dilapisi ion garam. Air membentuk ikatan hidrogen dengan protein sehingga larutan stabil dan tidak membentuk endapan.
- Jika protein ditambah larutan garam dengan kekuatan ion kuat maka kenaikan konsentrasi garam juga akan meningkatkan jumlah endapan. Peristiwa ini disebut salting out. Garam lebih suka berinteraksi dengan air sehingga air yang berinteraksi dengan protein sedikit. Hal ini menyebabkan protein berinteraksi dengan sesama protein sehingga membentuk endapan.
Uji Albumin dan Globulin
Uji Albumin Pengendapan isoelektrik
Larutan albumin ditambah indikator kristal hijau brom menjadi berwarna biru. pH isoelektrik albumin 4,7; trayek pH indikator brom yaitu 3,8-5,4. Sehingga larutan berubah warna menjadi biru. Kemudian larutan ditambah CH3COOH, larutan menjadi hijau kemudian membentuk endapan putih kehijauan. Endapan terbentuk karena penambahan asam asetat membuat albumin semakin mendekati pH isoelektrik. Saat protein berada pada pH isoelektrik maka akan terjadi pengendapan.
Reaksi pengendapan protein
Pengendapan oleh Garam disebut juga Uji Endapan
Prinsipnya, jika garam anorganik dimasukkan dalam larutan protein, garam akan mengurangi konsentrasi molekul air yang menjaga stabilitas larutan protein. Hal ini menyebabkan terjadinya endapan protein, disebut salting out. Garam pada dasarnya bersifat higroskopis.
Ada 2 jenis uji endapan yaitu uji setengah jenuh dan uji jenuh total.
Uji setengah jenuh (A)
Larutan protein ditambah larutan (NH4)2SO4 jenuh. Larutan protein awalnya bening, kemudian setelah ditambah larutan amonium sulfat, larutan menjadi keruh, dan tidak ada endapan, keadaan ini disebut parallelism. Pada tahap ini, tidak terlihat endapan, namun larutan menjadi lebih keruh. Hal ini menandakan adanya globulin yang mengendap. Albumin mengikat banyak molekul air sehingga albumin membutuhkan garam konsentrasi tinggi untuk membentuk endapan dari pada globulin. Sehingga hanya globulin yang dapat mengendap dalam garam setengah jenuh.
Uji jenuh total (B)
Larutan protein ditambah (NH4)2SO4 padat sampai larutan jenuh, terbentuk endapan putih. (NH4)2SO4 mengurangi konsentrasi air, dimana air di sini bertindak menstabilkan larutan protein. Sehingga protein membentuk endapan, proses ini dikenal sebagai salting out. Albumin mengendap dalam proses ini karena garam sangat jenuh sehingga dapat mengambil molekul air.
Kedua larutan dalam tabung disaring dan endapan dicuci menggunakan larutan (NH4)2SO4. Filtrat digunakan untuk uji biuret.
Uji Globulin Uji biuret
Filtrat larutan A ditambah NaOH dan CuSO4 → larutan biru tua. Warna tersebut menandakan uji positif adanya albumin. Pada proses sebelumnya, hanya globulin yang mengendap dan albumin tetap ada dalam larutan. Dalam suasana basa, ion Ca2+ dan CuSO4 bereaksi dengan pasangan elektron dari gugus –NH
atau –CO. Semakin pekat warna yang dihasilkan menandakan semakin panjang ikatan peptida senyawa albumin.
Filtrat larutan B ditambah NaOH dan CuSO4 → larutan biru muda. Warna tersebut menandakan uji negatif. Hal ini karena pada proses sebelumnya, semua molekul air digunakan oleh aluminium sulfat termasuk yang digunakan albumin sehingga semua protein (albumin dan globulin) mengendap. Oleh karena itu, filtrat tidak mengandung protein.
Uji Zat-Zat Non Protein
Serum darah ditambah aquades kemudian dipanaskan. Proses pemanasan mengakibatkan denaturasi protein pada darah. Pemanasan dilakukan agar ikatan hidrogen pada protein putus. Kemudian larutan ditambah asam asetat hingga muncul endapan suspensi kasar. Endapan disaring dan filtrat ditambah asam asetat hingga pH 5,4. Pada proses ini digunakan indikator klor fenol merah untuk memudahkan mengamati ketercapaian pH. Penambahan asam ini menyebabkan penambahan H+ sehingga antara muatan positif dan negatif pada protein tidak seimbang. Hal ini menyebabkan perubahan struktur yang menyebabkan pengendapan protein. Filtrat dididihkan kemudian disaring lagi. Filtrat tahap ini digunakan untuk percobaan selanjutnya. Runtutan perlakuan tersebut dilakukan agar filter tidak lagi mengandung protein karena protein sudah mengendap dan dipisahkan.
Uji Ca2+ (Ion Kalsium)
Filtrat ditambah larutan amonium oksalat, terbentuk endapan putih. Hal ini menandakan uji positif adanya kalsium. Reaksi: Ca2+ + (NH4)2C2O4 → CaC2O4 + 2NH4+.
Uji Cl– (Ion Klorida)
Filtrat ditambah perak nitrat encer dan asam nitrat encer, larutan menjadi keruh dan terbentuk endapan putih AgCl. hal ini menunjukkan uji positif adanya ion Cl–
. reaksi: Cl– + AgNO3 → AgCl(s) + NO3–.
Uji Glukosa
Filtrat ditambah gliserol dan Na2CO3 padat. Kemudian ditambah CuSO4 atau pereaksi fehling dan dipanaskan selama beberapa menit. Gliserol digunakan untuk memecah lemak dan menaikkan titik didih larutan. CuSO4 akan direduksi oleh glukosa menjadi CuO berwarna merah bata. Setelah dipanaskan, larutan membentuk endapan merah bata menandakan uji positif glukosa. Reaksi:
+ Cu2+ + 4OH– → + Cu2O + H2O
Uji SO 2- (Ion Sulfat)
Filtrat ditambah larutan BaCl2, larutan membentuk hablur putih dan lama kelamaan menjadi endapan. Hal ini menandakan uji positif ion sulfat. Reaksi: SO42- + BaCl2 → BaSO4(s) + 2Cl.
Simpulan
Darah mengandung 2 komponen utama yaitu sel-sel padat dan plasma. Sel padat meliputi eritrosit dan leukosit, plasma meliputi fibrinogen dan serum.
Plasma diperoleh dengan cara memisahkan sel-sel darah dari darah (whole blood) dengan cara sentrifugasi dan menambahkan antikoagulan. Dengan pemberian antikoagulan, maka akan didapatkan spesimen atau sampel darah atau didapatkan plasma yang diperoleh dari sentrifugasi. Dalam pembuatan plasma, didapatkan hasil dua fasa yaitu filtrat (atas) yang berisi plasma dan bagian endapan (bawah) yang berisi packed cell. Kemudian serum diperoleh dari spesimen darah yang tidak ditambahkan antikoagulan dengan cara memisahkan darah menjadi 2 bagian dengan menggunakan sentrifuge, setelah darah didiamkan hingga membeku kurang lebih 15 menit. Bagian yang sudah terpisah dari gumpalan darah maka tidak lagi berwarna merah keruh akan tetapi berwarna kuning jernih.
Dari hasil pengamatan uji kristal darah (uji teichman) yang dilakukan di bawah mikroskop didapatkan kristal yang agak memanjang seperti jarum-jarum kecil. Kemudian uji Fe dalam Hemoglobin memberi hasil positif. Selanjutnya, albumin dan globulin dapat dipisah dengan proses pengendapan garam setengah jenuh. Pada proses tersebut, globulin mengendap dan albumin tidak. Serum darah juga mengandung zat non protein. Cara mengujinya yaitu dengan memisahkan zat dengan protein melalui pemanasan dan penambahan larutan dengan asam asetat sampai pH isoelektrik. Kemudian endapan disaring dan filtrat digunakan untuk uji zat non protein. Uji Ca2+ yaitu mereaksikan filtrat dengan amonium oksalat, uji positif bila menimbulkan endapan putih. Uji Cl– yaitu mereaksikan filtrat dengan perak nitrat encer dan asam nitrat encer, uji positif bila menimbulkan endapan putih. Uji glukosa yaitu mereaksikan filtrat dengan gliserol, natrium karbonat padat, dan cupri sulfat atau pereaksi fehling, kemudian dipanaskan, uji positif bila menimbulkan endapan merah bata. Uji SO42- yaitu mereaksikan filtrat dengan barium klorida encer, uji positif bila menimbulkan hablur putih.
Evaluasi
1. Apa tujuan dilakukan pemanasan dengan asam asetat glasial pada percobaan uji Kristal darah?
Jawab: Tujuan penambahan reagen asam asetat glasial pada darah yaitu agar terbentuk haemin klorida dan mempercepat reaksi. Kemudian dipanaskan yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan air, menguraikan globulin dari ikatannya dan protein bersama NaCl membentuk hematin klorida.
2. Apa fungsi larutan NaCl encer pada percobaan uji kristal darah?
Jawab: Fungsi larutan NaCl yaitu agar terbentuk hematin klorida
3. Tuliskan reaksi-reaksi yang mungkin terjadi dari percobaan uji Fe dalam hemoglobin.
Jawab:
Fe2+ → Fe3+ + e
Fe3+ + 3 Cl– → FeCl3
Fe3+ + K4[Fe(CN)4] → FeK[Fe(CN)6] + 3 K+ Fe3+ + 3 KSCN → Fe(SCN)3 +3 K+
4. Apa tujuan dilakukan pemanasan darah sampai terbakar semua pada uji Fe dalam haemoglobin?
Jawab: Tujuan dilakukan pemanasan darah sampai terbakar yaitu agar mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.
5. Apakah fungsi campuran HCl encer dengan HNO3 pekat dalam percobaan uji Fe dalam haemoglobin? Apa nama campuran tersebut?
Jawab: Fungsi campuran HCl encer dengan HNO3 yaitu sebagai pelarut logam-logam lain selain Fe sehingga dapat mempermudah oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+. Campuran ini bernama akuaregia.
6. Sebutkan komponen protein yang terdapat dalam serum darah.
Jawab: Komponen protein yang terdapat dalam serum darah yaitu albumin dan globulin.
7. Jelaskan secara singkat mengenai penggunaan larutan amonium sulfat jenuh dan ammonium sulfat padat pada uji albumin dan globulin serum darah.
Jawab: Penggunaan larutan amonium sulfat jenuh pada uji albumin dan globulin serum darah yaitu agar larutan campuran tidak jenuh lagi melainkan menjadi setengah jenuh. Hal ini dikarenakan agar memperoleh kandungan albumin dan globulin lebih bagus (terpisah dari zat pengotor lain). Sedangkan penggunaan ammonium sulfat padat bertujuan untuk mengikat air pada protein karena garam bersifat higroskopis. Ion ion garam pada ammonium sulfat mempunyai muatan jenis yang lebih besar dibanding protein, sehingga berikatan dengan molekul air dan albumin yang menyebabkan terpresipitasi.
8. Apa yang dimaksud dengan salting out.
Jawab: Salting out merupakan salah satu metode yang digunakan untuk presipitasi protein dengan cara menambahkan garam ke dalam protein hingga diperoleh larutan jenuh pada larutan protein. Pada konsentrasi garam yang tinggi, kekuatan ion pada garam juga akan semakin tinggi sehingga garam akan mengikat molekul air. Dengan demikian terjadi gaya Tarik menarik antar garam dan air sehingga protein akan terendapkan.
9. Tuliskan reaksi yang mungkin terjadi pada percobaan uji zat non protein dalam serum darah.
Jawab:
1. Uji ion kalsium
Ca2+ + (NH4)2C2O4 → CaC2O4 +2NH+
2. Uji Ion Klorida
Cl– + AgNO3 → AgCl + NO3–
3. Uji Glukosa
4. Uji Ion Sulfat
SO42- + BaCl2 → BaSO4 + 2 Cl–
10. Bagian serum darah manakah yang membentuk suspensi kasar?
Jawab:
- Plasma darah, merupakan bagian yang cair.
- Bagian korpuskuli yaitu butir-butir darah yang terdiri atas sel darah putih (leukosit), sel darah merah (eritrosit), dan sel pembeku darah atau trombosit.
11. Mengapa dalam serum darah mengandung glukosa dan asam-asam amino?
Jawab: Karena glukosa berguna dalam tubuh, dimana glukosa akan dipecah untuk menyediakan energi pada sel atau jaringan dan dapat disimpan sebagai energi dalam sel sebagai glikogen. Sedangkan asam amino berguna untuk mendukung produksi hemoglobin dan sel darah merah.
Daftar Pustaka
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas . Jakarta: EGC
Firgiansyah A. 2016. “Perbandingan Kadar Glukosa Darah Menggunakan Spektrofotometer dan Glukometer” [Skripsi]
Nugraha G. 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta : Trans Info Media,
Sadikin, M. 2014. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.
Safitri Y. 2017. Perbedaan Glukosa Darah Sewaktu Segera dan Ditunda Antara Serum dan Plasma EDTA: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Subiyono S, Martsiningsih MA, Gabrela D. 2016. Gambaran Kadar Glukosa Darah Metode GOD-PAP (Glucose Oxsida se–Peroxidase Aminoantypirin) Sampel Serum dan Plasma EDTA (Ethylen Diamin Terta Acetat). Jurnal Teknologi Laboratorium.;5(1):45- 8.
Vitriani, Viras., Enikarmila A., M.Tegar I. 2015. Kristal Hemoglobin pada Bercak Darah yang Terpapar Beberapa Deterjen Bubuk Khusus Mesin Cuci Menggunakan Tes Teichmann dan Tes Takayama, JOM FK , 2 (2) : 1-12