Pengertian Keterampilan Variasi

Secara umum, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar terasa nyaman. Murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi, menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa. Keterampilan variasi merupakan keterampilan yang dilakukan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tidak membosankan ataupun dapat menarik perhatian peserta didik. Sehingga peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Dari definisi tersebut menerangkan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini dibuktikan dengan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas. Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi atau monoton yang membuat siswa kurang perhatian, mengantuk dan bosan. Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu:
- Variasi gaya mengajar
- Variasi dalam menggunakan media
- Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa
Dari ketiga aspek ini, penulis hanya membahas atau menguraikan tentang variasi gaya mengajar. Variasi ini meliputi : variasi suara, variasi gerak badan atau mimik, kontak pandang, ekspresi wajah, penekanan atau kesenyapan, pergantian atau posisi guru. Dengan adanya penggunaan variasi gaya mengajar ini diharapkan dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan (minat) belajar siswa. Keterampilan variasi, sangat diperlukan oleh guru dalam model pembelajaran sebagai implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Hal ini karena dalam kurikulum tersebut mengharapkan agar peserta didik dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Tujuan dan Manfaat Keterampilan Mengadakan Variasi
Mengadakan variasi dalam pembelajaran diperlukan guru untuk mengerti dan memahami tujuan dari mengadakan variasi, dimana tujuan variasi dibentuk agar proses belajar mengajar dengan lancar. Penggunaan variasi yang dilakukan guru dimaksud untuk:
- Menarik perhatian peserta didik terhadap aspek – aspek pembelajaran, hal ini dapat terjadi jika mengadakan variasi di dalam kelas dan dilakukan siswa agar tidak jenuh.
- Menjaga kestabilan proses pembelajaran fisik dan mental
- Membangkitkan motivasi belajar selama proses pembelajaran, karena variasi yang dilakukan oleh guru itu berubah sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap pelajaran dapat memotivasi siswa dalam belajar.
- Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran, dengan adanya fasilitas belajar individual siswa, maka guru memberikan peluang siswa untuk belajar secara individu dengan memanfaatkan media yang telah disiapkan oleh guru.
- Memberikan kemungkinan layanan pembelajaran individual.
(Zainal, 2012)
Kemudian mengadakan variasi memiliki manfaat bagi siswa dan kualitas pembelajaran, menurut Edi Soegito dan Yuliani Nuraini (2003)
- Mengurangi kebosanan siswa dalam mengikuti pelajaran
- Meningkatkan motivasi belajar siswa
- Memacu, mengembangkan, dan mengikat perhatian siswa pada pelajaran
- Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa pada hal yang baru
- Menumbuhkan perilaku belajar positif pada siswa interaksi
- Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
- Memperlancar dan menjelaskan komunikasi guru dan siswa.
Prinsip-Prinsip Keterampilan Variasi
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upayanya adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar.
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Keterampilan mengadakan variasi terdapat prinsip – prinsip sebagai berikut:
- Relevan dengan tujuan pembelajaran, dimana variasi mengajar digunakan untuk mencapai kompetensi dasar.
- Kontinu dan fleksibel, dimana variasi yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar dan fleksibel.
- Antusias dari guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
- Relevan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
(Mulyasa, 2015)
Dalam menerapkan variasi pembelajaran bukan hanya beraneka ragamnya jenis-jenis stimulus pembelajaran yang dikembangkan, melainkan ditentukan pula oleh faktor kualitasnya. Oleh karena itu agar penerapan variasi bisa mencapai sasaran pembelajaran secara efektif, maka beberapa prinsip berikut ini harus menjadi pertimbangan, yaitu:
- Bertujuan
Variasi stimulus yang dikembangkan dalam pembelajaran harus memiliki tujuan yang terarah dan jelas. Tujuan variasi harus sejalan dan diarahkan untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu variasi stimulus juga harus memperhatikan kesesuaiannya dengan sifat materi, karakteristik siswa berikut latar belakang sosial budayanya, dan faktor kemampuan guru untuk melaksanakannya.
- Fleksibel
Variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat luwes dan baku (tidak dinamis). Sehingga setiap jenis variasi yang diterapkan memungkinkan dapat diubah disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tuntutan yang terjadi secara spontan pada saat terjadinya pembelajaran tanpa harus mengganggu keutuhan prose pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
- Kelancaran dan berkesinambungan
Setiap variasi yang dikembangkan dalam pembelajaran harus berjalan lancar. Perpindahan dari suatu bentuk stimulus ke stimulus pembelajaran lainnya dalam rangka menerapkan stimulus pembelajaran yang bervariasi, semuanya harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga pesan pembelajaran dapat diterima oleh siswa.
- Kewajaran/tidak dibuat-buat
Variasi stimulus dalam pembelajaran tidak dibuat-buat sehingga tidak terkesan seperti dipaksakan. Oleh karena itu setiap jenis atau bentuk stimulus yang dikembangkan sebaiknya berjalan secara wajar, alamiah dan terkait langsung dengan konteks pembelajaran yang sedang dibahas.
- Pengelola yang matang
Adakalanya jenis atau bentuk stimulus yang akan diterapkan dalam pembelajaran itu bersifat rumit dan kompleks, membutuhkan beberapa tenaga atau personil, penerapan variasi yang seperti itu tentu saja harus direncanakan dan dikelola secara lebih matang agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan efektif mendukung proses pembelajar yang lebih bermakna.
Komponen-Komponen Keterampilan Mengadakan
1. Keterampilan variasi mengajar meliputi:
- Variasi suara (teacher voice)
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Misalnya suara dengan tekanan tertentu untuk menyatakan konsep dengan mendapat perhatian. Dengan adanya penggunaan variasi suara dapat menghilangkan kebosanan menimbulkan kesan dan masalah.
- Variasi mimik dan Gestur
Variasi mimik dan gestur atau gerak (gesturing) yaitu perubahan mimik membantu siswa untuk menangkap makna dari guru. Sehingga dengan gerak gestural yang memiliki makna dan memudahkan anak dalam memahami konsep.
- Variasi perpindahan posisi guru
Perpindahan posisi guru (teachers movement) yaitu dilakukan dengan gerakan mendekat, menjauh, ke kanan dan ke kiri dari arah siswa. Guru yang duduk di tempat kursi kurang memberikan motivasi pada anak. Perubahan posisi guru dapat menguasai kelas. Sehingga guru dapat mengamati perubahan suasana belajar anak.
- Variasi kesenyapan atau kebisuan guru
Kesenyapan atau kebisuan guru (teaching silence) yaitu diam sejenak dapat membuat anak menjadi perhatian, dapat diterapkan dengan waktu yang singkat. Pada satuan waktu belajar, jika frekuensi penggunaan terlalu tinggi dapat mengganggu kelancaran anak dalam menguasai bagian pengetahuan yang diterangkan guru. Sehingga lamanya diam yang lama dapat menimbulkan kegelisahan anak.
- Kontak pandang (eye contact)
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, guru hendaknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas atau siswa. Hal ini agar dapat membentuk hubungan yang positif dengan siswa dan juga dapat menghindari hilangnya kepribadian.
- Pemusatan perhatian
Pemusatan perhatian (focusing) yakni teknik yang dilakukan guru untuk memusatkan perhatian anak sebagai berikut : (1). Meminta anak untuk perhatian; (2). Mengatur tekanan suara; (3). Menggaris bawahi konsep yang penting; (4). Mengulang pengungkapan
(Sulastri, 2018)
2. Variasi Dalam Penggunaan Media dan Alat Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, agar pesan yang disampaikan dapat diterima secara utuh oleh siswa, maka guru perlu menggunakan variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran yang dipilih.
Secara umum terdapat tiga karakteristik bentuk media yaitu dapat didengar, dapat dilihat, dan juga dapat diraba. Dari tiga karakteristik tersebut, guru perlu menggunakan setiap media tersebut sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan agar dapat mengalihkan perhatian siswa. Adapun variasi penggunaan media dan alat pembelajaran dapat dilakukan dengan cara dibawah ini:
- Variasi visual atau variasi yang dapat dilihat seperti menggunakan bagan gambar, dan lain sebagainya.
- Variasi auditif atau variasi yang dapat didengar. Seperti menggunakan musik, suara guru, puisi, dan lain sebagainya.
- Variasi yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan. Seperti macam peragaan, model, dan lain sebagainya.
- Variasi alat yang dapat didengar, dilihat, dan diraba. Merupakan penggunaan yang tergolong dalam tingkat paling tinggi karena melibatkan semua indera.
(Sanjaya, 2007)
3. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Dalam proses pembelajaran, didalamnya tidak jauh dengan adanya proses interaksi. Sehingga, guru perlu membangun interaksi secara penuh dengan memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat berinteraksi, terutama interaksi dengan lingkungannya. Akan tetapi, tidak banyak guru yang menggunakan pola interaksi siswa dengan lingkungan. Hal tersebut harus dihindari. Karena tanpa kita sadari, dapat menurunkan kreativitas siswa sehingga, untuk menghindari permasalahan tersebut, guru perlu menggunakan pola interaksi yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Baik itu interaksi antara guru dan siswa, antar siswa, maupun siswa dengan lingkungannya
Adapun macam-macam variasi pola interaksi sebagai berikut:
- Pola guru-murid (Komunikasi sebagai aksi atau satu arah)
- Pola guru-murid-guru (Terdapat Feedback bagi guru, tetapi tidak ada interaksi antar siswa)
- Pola guru-murid-murid (Guru dan siswa belajar satu sama lain)
- Pola guru-murid, murid-guru (Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antar murid / Interaksi multi arah)
- Melingkar (Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan pendapatnya dan tidak diperkenankan untuk berbicara sebanyak dua kali jika terdapat siswa yang belum mendapat giliran untuk mengemukakan pendapatnya)
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakary
E, Mulyasa. 2015. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakary
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Soegito, Edi dan Yuliani Nuraini. 2003. Kemampuan Dasar Mengajar (online).
Sulastri, dkk. 2018. Pengajaran Mikro Berbasis Pembelajaran Saintifik. Malang: CV. Ampuh Multi Rejeki