Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk tujuan tertentu, seperti memperbaiki rasa, penampilan, konsistensi, dan umur simpan makanan. Bahan tambahan pangan dapat berupa zat yang berasal dari alam atau hasil sintesis, seperti pewarna, pengawet, pengemulsi, pengental, pemanis, dan sebagainya.
Pemanfaatan bahan tambahan pangan dalam industri makanan dan minuman sudah sangat umum dan menjadi hal yang diperlukan, karena memungkinkan produsen untuk mempertahankan kualitas makanan, meningkatkan daya tarik, memperpanjang umur simpan, dan meningkatkan kenyamanan penggunaan. Namun, penggunaan bahan tambahan pangan harus diatur dan dikontrol dengan ketat, karena jika digunakan secara berlebihan atau salah dapat membahayakan kesehatan manusia.
Pewarna
Pewarna merupakan salah satu jenis bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memberikan warna pada makanan dan minuman. Penggunaan pewarna pada makanan dan minuman bertujuan untuk meningkatkan daya tarik visual produk dan membuatnya lebih menarik bagi konsumen.
Pewarna dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Pewarna alami diperoleh dari sumber alami seperti buah, sayuran, dan tanaman, sedangkan pewarna sintetis dibuat melalui proses kimia.
Beberapa contoh pewarna alami adalah betakaroten yang terdapat pada wortel, klorofil yang terdapat pada daun, dan anthocyanin yang terdapat pada buah-buahan seperti anggur dan blueberry. Pewarna alami seringkali lebih mahal dan tidak tahan lama dibandingkan dengan pewarna sintetis, sehingga penggunaannya terbatas pada beberapa produk makanan dan minuman tertentu.
Pewarna sintetis lebih murah dan tahan lama, sehingga lebih banyak digunakan dalam industri pangan. Beberapa contoh pewarna sintetis yang umum digunakan adalah tartrazin, sunset yellow, dan red 40. Pewarna sintetis seringkali lebih stabil dan memberikan warna yang lebih tajam dibandingkan dengan pewarna alami.
Pengawet
Pengawet adalah salah satu jenis bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan makanan dan minuman. Penggunaan pengawet bertujuan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan pada makanan, sehingga produk makanan dan minuman dapat bertahan lebih lama dan memperpanjang umur simpannya.
Beberapa jenis pengawet yang umum digunakan adalah natrium benzoat, asam sorbat, nitrit, dan asam askorbat. Natrium benzoat dan asam sorbat digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang menyebabkan pembusukan pada makanan, sedangkan nitrit digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan keracunan makanan dan mempertahankan warna daging yang segar. Asam askorbat, yang juga dikenal sebagai vitamin C, digunakan sebagai pengawet alami dan membantu mempertahankan kualitas warna dan rasa pada buah-buahan dan sayuran.
Pengemulsi
Pengemulsi adalah salah satu jenis bahan tambahan pangan yang digunakan untuk membantu mencampurkan bahan-bahan yang tidak mudah tercampur, seperti air dan minyak. Penggunaan pengemulsi bertujuan untuk memperbaiki tekstur, rasa, dan kualitas produk makanan dan minuman.
Beberapa jenis pengemulsi yang umum digunakan adalah lecitin kedelai, mono-digliserida, dan karagenan. Lecitin kedelai adalah pengemulsi yang berasal dari biji kedelai, sedangkan mono-digliserida adalah pengemulsi yang berasal dari minyak nabati atau hewani. Karagenan adalah pengemulsi yang berasal dari rumput laut dan sering digunakan dalam produk makanan yang mengandung susu.
Pengemulsi juga digunakan dalam pembuatan produk bakery seperti roti, kue, dan donat untuk menghasilkan produk dengan tekstur yang lembut dan empuk. Penggunaan pengemulsi dalam pembuatan es krim juga dapat membantu mencegah pembentukan kristal es yang kasar dan meningkatkan kelembutan es krim.
Pengental
Pengental adalah salah satu jenis bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memberikan tekstur kental pada produk makanan dan minuman. Penggunaan pengental sangat penting dalam pembuatan produk makanan dan minuman yang memerlukan konsistensi dan tekstur tertentu, seperti saus, selai, pudding, dan yogurt.
Beberapa jenis pengental yang umum digunakan adalah tepung jagung, tepung kentang, tepung tapioka, dan gelatin. Tepung jagung dan tepung kentang digunakan untuk mengentalakan saus, sedangkan tepung tapioka sering digunakan dalam pembuatan es krim. Gelatin, yang berasal dari kolagen hewan, digunakan untuk mengentalakan makanan seperti jelly dan marshmallow.
Penggunaan pengental dalam pembuatan produk makanan dan minuman memiliki beberapa manfaat, seperti memperbaiki tekstur, meningkatkan daya tahan, dan memperpanjang umur simpan produk. Namun, seperti halnya dengan bahan tambahan pangan lainnya, terdapat beberapa kekhawatiran terkait dengan penggunaan pengental.
Salah satu kekhawatiran terbesar adalah adanya risiko alergi dan intoleransi makanan. Beberapa jenis pengental dapat menyebabkan reaksi alergi atau intoleransi pada sebagian orang yang mengonsumsinya. Selain itu, penggunaan pengental juga dapat mengurangi nilai gizi produk makanan dan minuman, terutama jika penggunaannya berlebihan.
Pemanis
Pemanis adalah salah satu jenis bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memberikan rasa manis pada produk makanan dan minuman. Pemanis alami dapat ditemukan dalam buah-buahan dan madu, sedangkan pemanis buatan diproduksi secara sintetis oleh industri makanan dan minuman.
Beberapa jenis pemanis buatan yang umum digunakan adalah sakarin, aspartam, siklamat, acesulfam K, sukralosa, dan neotame. Pemanis buatan ini umumnya lebih manis dari gula, dan digunakan sebagai pengganti gula dalam pembuatan produk makanan dan minuman rendah kalori atau bebas kalori.
Penggunaan pemanis dalam pembuatan produk makanan dan minuman memiliki beberapa manfaat, seperti mengurangi kalori dan gula pada produk, serta memberikan alternatif bagi orang yang tidak bisa atau tidak ingin mengonsumsi gula. Namun, terdapat beberapa kekhawatiran terkait dengan penggunaan pemanis.
Salah satu kekhawatiran terbesar adalah efek samping dari pemanis buatan. Beberapa jenis pemanis buatan telah dikaitkan dengan risiko kesehatan tertentu, seperti sakarin yang dihubungkan dengan risiko kanker pada tikus. Namun, studi pada manusia menunjukkan hasil yang berbeda-beda, dan belum ada bukti yang cukup untuk menyatakan bahwa pemanis buatan menyebabkan efek samping yang serius pada kesehatan manusia.
Penyedap Rasa
Bahan tambahan pangan penyedap rasa adalah bahan tambahan yang digunakan untuk memberikan rasa dan aroma pada makanan dan minuman. Bahan ini digunakan untuk meningkatkan rasa makanan dan membuat makanan menjadi lebih sedap.
Beberapa bahan tambahan pangan penyedap rasa yang umum digunakan antara lain MSG (Monosodium Glutamat), HVP (Hydrolyzed Vegetable Protein), Garam, dan ekstrak daging.
MSG adalah bahan tambahan pangan yang umum digunakan dalam industri makanan dan minuman untuk memberikan rasa umami pada makanan. MSG sering digunakan dalam makanan seperti mie instan, saus, keripik, dan makanan kaleng. Meskipun beberapa orang mengalami reaksi alergi terhadap MSG, penggunaan MSG umumnya dianggap aman untuk dikonsumsi.
HVP adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memberikan rasa pada makanan yang terbuat dari sayuran. HVP biasanya terbuat dari kacang-kacangan, gandum, atau jagung. HVP sering digunakan dalam makanan olahan, seperti mi instan, keripik, dan sosis.
Garam adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memberikan rasa asin pada makanan. Garam terbuat dari natrium klorida dan sering digunakan dalam makanan dan minuman. Namun, penggunaan garam yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi.
Ekstrak daging adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memberikan rasa pada makanan. Ekstrak daging umumnya terbuat dari tulang dan daging sapi atau ayam. Ekstrak daging sering digunakan dalam kaldu, mie instan, dan makanan kaleng.
Meskipun bahan tambahan pangan penyedap rasa dapat meningkatkan rasa makanan, terlalu banyak menggunakan bahan tambahan ini dapat memiliki efek buruk pada kesehatan. Penggunaan bahan tambahan pangan penyedap rasa yang berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
Aturan BPOM Terhadap Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Untuk Industri
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memiliki aturan dan regulasi yang ketat terkait penggunaan bahan tambahan pangan pada industri makanan dan minuman di Indonesia. Beberapa aturan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Daftar Bahan Tambahan Pangan yang Diperbolehkan
BPOM memiliki daftar bahan tambahan pangan yang diperbolehkan digunakan pada industri makanan dan minuman di Indonesia. Daftar tersebut terdiri dari bahan tambahan pangan yang telah disetujui dan dianggap aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak terdaftar pada daftar BPOM dilarang pada industri makanan dan minuman.
2. Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
BPOM telah menetapkan batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pada produk makanan dan minuman. Batas ini ditentukan berdasarkan jenis dan fungsi bahan tambahan pangan tersebut. Industri makanan dan minuman harus mematuhi batas maksimum tersebut untuk memastikan keamanan dan kualitas produk mereka.
3. Label dan Informasi Produk
Industri makanan dan minuman wajib menyertakan label dan informasi produk pada kemasan yang jelas dan mudah dipahami oleh konsumen. Label dan informasi produk tersebut harus mencantumkan daftar bahan tambahan pangan yang digunakan pada produk tersebut dan jumlah yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat dan jelas kepada konsumen.
4. Uji Coba dan Pengujian Produk
Industri makanan dan minuman harus melakukan uji coba dan pengujian terhadap produk mereka sebelum dijual ke pasaran. Hal ini dilakukan untuk memastikan keamanan dan kualitas produk, termasuk penggunaan bahan tambahan pangan yang sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku.
5. Pendaftaran Produk
Setiap produk makanan dan minuman yang dijual di Indonesia harus terdaftar pada BPOM. Pendaftaran produk ini melibatkan pengajuan dokumen dan pengujian produk untuk memastikan keamanan dan kualitasnya. BPOM akan memverifikasi dokumen dan hasil pengujian produk sebelum memberikan izin edar pada produk tersebut.
Dengan adanya aturan dan regulasi yang ketat dari BPOM, diharapkan penggunaan bahan tambahan pangan pada industri makanan dan minuman di Indonesia dapat dipantau dan diatur dengan baik untuk memastikan keamanan dan kualitas produk yang dijual kepada konsumen.