Dampak polusi udara di wilayah DKI Jakarta tengah menjadi isu yang ramai diperbincangkan. Banyak pihak mengaitkan pencemaran udara ini dengan keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi, yang diduga menjadi penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya.
Terkait hal ini, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) telah mengemukakan pandangannya. Menurut mereka, akar masalah utama dari polusi udara yang tengah melanda Jakarta dan sekitarnya adalah polusi yang berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak.
Pernyataan ini disampaikan oleh Deputi Koordinator Bidang Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin. Dia merujuk pada studi yang dilakukan oleh Vital Statistic DKI Jakarta yang menyebutkan bahwa sekitar 70% polusi udara di Jakarta berasal dari sektor transportasi.
“Hasil dari analisis Vital Statistic Jakarta menunjukkan adanya lima jenis polutan, yaitu SO2, NOX, CO, PM 10, dan PM 2,5. Partikel PM 2,5 dianggap paling berbahaya karena ukurannya yang sangat kecil dan mampu masuk ke dalam paru-paru. Dari kelima polutan ini, empat di antaranya berasal dari sektor transportasi, dengan PM 2,5 sebagai kontributor terbesar, mencapai 67%,.”
Rachmat juga menegaskan bahwa selain sektor transportasi, sektor industri dan pembangkit listrik juga memiliki peran penting dalam menghasilkan polusi udara di Jakarta. Namun, sektor transportasi tetap mendominasi sebagai penyumbang utama polusi di wilayah tersebut.
“Selain itu, industri berkontribusi sebesar 26,8%, dan pembangkit listrik berkontribusi sebesar 5,7%. Jadi, sekitar 2/3 dari polusi berasal dari sektor transportasi,” tambahnya.
Dia juga menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 20 juta kendaraan bermotor yang beroperasi di Jakarta. Angka ini belum termasuk kendaraan yang masuk dan keluar dari Jakarta, serta kendaraan umum seperti bus dan truk yang juga turut berkontribusi terhadap polusi udara di ibu kota.
“Di DKI Jakarta sendiri, terdapat lebih dari 20 juta kendaraan bermotor. Angka ini belum termasuk sekitar 17 juta sepeda motor dan sekitar 3 juta mobil di DKI. Belum lagi kendaraan umum seperti bus dan truk,” jelasnya.
Selain itu, sumber polusi utama lainnya di Jakarta, yaitu sektor industri dan pembangkit listrik, juga menghasilkan polutan yang memiliki dampak negatif bagi kesehatan manusia.
“Perlu diperhatikan juga bahwa PLTU dan ribuan pabrik industri juga memberikan kontribusi dalam hal polusi udara. Semua ini saling terkait, dan solusinya adalah mengurangi proses pembakaran yang menghasilkan emisi. Kita perlu membatasi emisi ketika pembakaran tak terhindarkan, serta melindungi masyarakat dari paparan polusi,” tegasnya.